PROPOSAL SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Dosen Pembimbing :
Djoko Soejono, SP, MP
Oleh :
Indri Shofiana Sari
171510601149
i
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................8
2.2 Landasan Teori...........................................................................................11
2.2.1 Komoditas Kapulaga (Amomum compactum Soland. Ex Maton).......11
2.2.2 Pasca Panen...........................................................................................12
2.2.3 Teori Efisiensi Teknis...........................................................................16
2.2.4 Teori Analisis Frontier..........................................................................17
2.3 Kerangka Pemikiran..................................................................................20
2.4 Hipotesis......................................................................................................24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.............................................................25
3.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………… 25
3.2 Metode Penelitian.......................................................................................26
3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................................26
3.4.Metode Pengambilan Contoh....................................................................27
3.5 Analisis Data...............................................................................................29
3.6 Definisi Operasional...................................................................................31
3
BAB 1 PENDAHULUAN
biasanya disebut dengan garukan atau garu sampai diperoleh buah kapulaga
kering dengan kadar air maksimal 12% dengan ciri bila buah kapulaga ditekan
dengan 2 jari akan pecah dan buahnya terpisah-pisah.
Penanganan pasca panen selanjutnya yaitu penanganan pasca panen secara
mekanis atau menggunakan mesin oven, seiring dengan berkembangnya
teknologi, beberapa petani sudah melakukan pengeringan secara mekanis yaitu
dengan cara menggunakan mesin oven dalam mengeringkan buah kapulaganya.
Mesin oven ini lebih praktis karena para petani hanya perlu menuang kapulaga
basah kedalam oven lalu membolak balik buah kapulaga dalam oven selama 1 jam
sekali supaya buah kapulaga kerig merata, oven ini menggunakan energi panas
dari gas lpg dengan kapasitas 120kg dalam sekali proses pengeringan, mesin oven
ini dapat menghasilkan buah kapulaga kering hanya dengan kisaran waktu 8 jam
saja . beberapa mesin oven ini sudah saya temukan ada di Desa Burno Kecamatan
Senduro.
i
9
β1 β 2 (v i+u i)
Y i= AX 1 i X 2i e ………………………………………..(1)
Apabila fungsi produksi tersebut dilogaritmakan maka persamaannya akan
menjadi sebagai berikut :
(vi+ui)
ln Y i= β0 + β 1 ln X 1 i+ β 2 ln X 2 i +lne ……………….(2)
Keterangan :
Yi = output;
X1,2 = faktor input;
A = intersep fungsi produksi;
β0 = konstanta (lnA);
β 1 ,2 = parameter dari setiao faktor produksi ke-1 dan 2 yang digunakan;
vi = variabel penyusun error term (ε) disebut sebagai noise;
ui = variabel penyusun error term (ε) sebagai efek inefisiensi;
i = responden ke 1,…,n.
Model persamaan di atas dapat dijabarkan seperti pada gambar 2.1 sumbu
horizontal (X) merepresentasikan penggunaan input. Sedangkan sumbu vertikal
(Y) merepresentasikan penggunaan output. Komponen dari frontier pada model
deterministic frontier = exp (β0 + βIlnXI) digambarkan dengan asumsi memiliki
karakteristik skala kenaikan yang menurun. Pada gambar 2 menggambarkan
input-input dan output dari dua petani. Petani menggunakan input sebesar X 1
dengan output yang didapatkan adalah sebesar Y 1. Namun, pada petani 1 output
batasnya adalah Y1*. Nilai tersebut mampu melampaui nilai optimal pada fungsi
produksi yaitu Y1 = exp(β0 + βIlnXI). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kondisi yang menguntungkan seperti cuaca yang baik, penggunaan
input yang efisien dan lain-lain. Pada petani 2 menggunakan input sebesar X 2
dengan hasil sebesar Y2 yang berada di bawah batas fungsi produksi yaitu Y1 =
exp(β0 + βIlnXI) sehingga vi memiliki nilai yang negatif. hal tersebut dapat
diakibatkan oleh kondisi yang kurang menguntungkan seperti serangan hama dan
penyakit, bencana alam dan lain-lain.
19
yang jauh lebih baik jika tanaman, ternak atau ikan dibiarkan hidup secara alami
(Soetriono et al, 2002). Pertanian terdiri dari sektor pangan, hortikultura,
kehutanan, perikanan dan peternakan.
Kapulaga adalah produk hortikultura yang berdaya saing. Komoditas ini
termasuk dalam famili jahe-jahean (Zingiberaceae) yang terdiri dari empat genus
yaitu Amomum, Elettaria, Aframomum dan Zingiber (Indo, 1989). Kapulaga
digunakan dalam industri farmasi dan sebagai bahan masakan. Kapulaga
mengandung minyak atsiri, cineole, terpineol, borneol, protein, gula, lemak,
silikat, beta-kamper, sebin, mycene, myrtenal, carvone, terpinyl acetate. Dari
kandungan tersebut, kapulaga memiliki khasiat sebagai obat batuk. Kapulaga juga
memiliki sifat pencegah tulang keropos. Kapulaga memiliki aroma yang
menyenangkan yang berasal dari minyak esensial kapulaga, komoditas kapulaga
merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap sinar matahari langsung, oleh
karena itu komoditas kapulaga sering kali disebut dengan tanaman sela karena
komoditas kapulaga membutuhkan tanaman pelindung sebagai tanaman naungan
nya, tanaman naungan yang disarankan untuk komoditas kapulaga yaitu tanaman
pohon yang bisa untuk dipanen seperti sengon, damar, kopi, pisang dan lain
sebagainya
Petani biasanya menjual kapulaga dalam bentuk basah maupun kering.
Kapulaga kering memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kapulaga
basah bahkan kapulaga kering pernah menyentuh diharga Rp 270.000/Kg. Dalam
penanganan pasca panen, mayoritas petani masih melakukan teknik pengeringan
secara manual (tradisional) dan belum memperhatikan persyaratan mutu. Pada
teknik manual, kapulaga dijemur langsung di bawah terik matahari tanpa melalui
perlakuan lainnya. Selama proses pengeringan, kapulaga dibolak-balik dengan
tangan menggunakan sarung tangan yang bersih sampai diperoleh buah kapulaga
kering dengan kadar air maksimal 12% dengan ciri bila ditekan dengan 2 jari akan
pecah dan buahnya terpisah-pisah.
Cara manual memang murah dan praktis, namun memiliki beberapa
kelemahan. Lahan luas yang digunakan memungkinkan terjadinya kontaminasi
oleh debu, kotoran dan polusi kendaraan. Selain itu, waktu pengeringan yang lama
22
(7-10 hari) akan menghasilkan mutu yang jelek karena kulit banyak yang pecah,
buah banyak yang keluar, warna kulit tidak bagus dan mudah terserang jamur
dalam penyimpanannya (Sigit, 2019). Cara ini juga bergantung pada kondisi
cuaca dan memerlukan tambahan tenaga kerja untuk melakukan pengeringan.
Sebagian petani kapulaga yang tidak mempunyai cukup tenaga kerja rumah
tangga perlu mencari tenaga kerja untuk membantu proses penjemuran yang
berdampak pada penambahan biaya. Hal ini menyebabkan bagi sebagian petani
lebih memilih menjual buah kapulaga dalam kondisi basah.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, beberapa petani sudah
mengadopsi teknologi untuk mengeringkan kapulaga. Teknologi tersebut berupa
mesin oven dengan menggunakan energi panas dari gas lpg. Teknik tersebut
merupakan teknik pengeringan secara mekanis. Pada masa panen kapulaga
menyebabkan penimbunan kapulaga yang terlalu lama dan air yang terkandung di
dalamnya dapat merusak buah kapulaga. Oleh karena itu pengeringan kapulaga
merupakan salah satu masalah yang harus diatasi dengan baik dan benar agar
tidak mempengaruhi kualitas mutu kapulaga. Pengeringan kapulaga menggunakan
sistem mekanik dengan oven akan mempercepat proses pengeringan. Hal tersebut
dirasa lebih efisien karena tidak membutuhkan waktu yang lama pada proses
pengeringan. Fenomena tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang ditetapkan pada penelitian ini
adalah bagaimana efisiensi teknis penanganan pasca panen komoditas kapulaga di
Kabupaten Lumajang.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi
teknis penanganan pasca panen komoditas kapulaga di Kabupaten Lumajang.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wardhani et al. (2023)
menjelaskan bahwa dibandingkan menggunakan metode tradisional, pengeringan
menggunakan tray dryer dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan proses
pengeringan jahe agar lebih efisien. Samudra & Rofi (2023) juga melakukan
penelitian yang menjelaskan bahwa pengeringan kunyit dengan menggunakan
oven yang mendapatkan sumber panas dari hair dryer dinilai lebih efektif dan
efisien dibandingkan pengeringan secara manual menggunakan panas sinar
23
matahari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Elfiana et al. (2020) juga
membuktikan bahwa pengeringan bandrek menggunakan mesin dehidrator dinilai
lebih efisien jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan metode
tradisional.
Guna mencapai tujuan penelitian untuk mengetahui efisiensi teknis
penanganan pasca panen komoditas kapulaga di Kabupaten Lumajang, maka
dalam penelitian ini menggunakan analisis Stochastic Frontier Analysis (SFA).
Analisis tersebut digunakan peneliti untuk mendapatkan tujuan akhir yaitu
menganalisis efisiensi usaha pengeringan kapulaga secara manual dan mekanis di
Desa Kertosari Kecamatan Pasrujambe dan Desa Burno Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang.
• Tanaman Sayur
Hortikultura • Tanaman Buah
• Tanaman Hias
• Tanaman Biofarmaka
2.4 Hipotesis
1. Diduga penggunaan teknik penanganan pasca panen kapulaga secara mekanis
telah efisien secara teknis.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
i
26
2018: 24). Data yang akan diperoleh dari kegiatan wawancara yaitu data
primer mengenai tahapan penanganan pasca panen kapulaga secara manual
dan mekanis di Kabuaten Lumajang.
3. Dokumetasi, Studi dokumentasi merupakan sumber penjelasan data dari hasil
penelitian yang berupa foto maupun dokumen. Data yang diperoleh dari studi
dokumentasi berupa data sekunder yang dibutuhkan selama kegiatan
penelitian (Rukajat, 2018: 26). pengumpulan data melalui keterangan secara
tertulis yang merupakan dokumen-dokumen atau catatan resmi yang
berhubungan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan dokumentasi
mesin serta alat- alat yang digunakan dalam proses penanganan pasca panen
kapulaga secara manual dan mekanis di Kabupaten Lumajang
184
n= =22,009
1+184 (0.2)²
= 22,009 ≈ 22
Jadi ukuran sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 22 responden
Menurut Natsir (2004 : 3) rumus untuk jumlah sampel masing-masing
bagian dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling adalah sebagai
berikut :
JumlahPopulasi
Jumlah Sampel= X Jumlah Sampel yang diperlukan
Jumlah Populasi
KT = Kelompok Tani
3.5 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Stochastic
Frontier Analysis (SFA) yang digunakan untuk mengukur efisiensi teknis
pengeringan kapulaga secara manual dan mekanis. Analisis data pada penelitian
ini menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dan Frontier 4.1c. analisis
fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk mengukur efisiensi teknis
dari sisi utput dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada penelitian ini,
bentuk fungsi yang digunakan dalam analisis stochastic frontier adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas. Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah
berdasarkan pertimbangan bahwa bentuk fungsi ini dapat mengurangi terjadinya
multikolinearitas, perhitungannya sederhana, dapat dibuat dalam bentuk fungsi
linear dan banyak digunakan pada penelitian khususnya penelitian di bidang
pertanian.
Fungsi produksi ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor produksi
yang diduga berpengaruh terhadap volume kapulaga kering menggunakan teknik
manual dan mekanis. Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini,
dijelaskan bahwa terdapat faktor yang digunakan dalam kegiatan pengeringan
kapulaga yang berpengaruh terhadap volume kapulaga kering antara lain periode
(lama) pengeringan dan tenaga kerja. Fungsi produksi Stochastic Frontier secara
sistematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = β0 +X1β1X2β2e(vi-ui)
Jika dilogaritmakan, persamaan di atas akan menjadi bentuk persamaan
sebagai berikut :
LnYi = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + lnevi-ui
Keterangan :
Y = Jumlah volume kapulaga kering (kg)
X1 = lama pengeringan (jam)
X2 = jumlah tenaga kerja (HOK)
e = bilangan logaritma natural
β0 = konstanta
30
14. Suhu merupakan ukuran kuantitatif terhadap temperatur panas dan dingin,
diukur dengan termometer
15. Suhu ukuran kuantitatif terhadap temperatur panas dan dingin, diukur dengan
termometer
16. Lahan untuk penjemuran merupakan tanah kosong yang digunakan untuk
menjemur
17. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
yang menghasilkan barang atau jasa yang berguna bagi dirinya sendiri
ataupun masyarakat secara umum
18. Laju aliran udara adalah pergerakan udara
19. Kelembaban udara merupakan ukuran kadar uap air yang berada dalam
bentuk gas di udara
20. Penjemuran merupakan proses pengeringan gabah basah dengan
memanfaatkan panas sinar matahari
DAFTAR PUSTAKA
Coelli, T. J., Prasada Rao, D. S., O’Donnell, C. J., & Battese, G. E. (2005). An
Introduction to Efficiency and Productivity Analysis. In An Introduction to
Efficiency and Productivity Analysis. Kluwer Academic Publisher : USA.
Coelli, T.J., Rao, D.S.P. and Battese, G.E. (1998), An Introduction to Efficiency
and Productivity Analysis. Kluwer Academic Publishe : Boston
Elfiana, Usman, Sami, M., Ridwan, Intan, S. K., Rahmawati, C. A., Salmiyah, &
Pardi. (2021). Desiminasi Oven Drying Vacuum (ODV) Untuk Pengeringan
Rempah Bandrek Siap Saji Di Desa Kumbang Kecamatan Syamtalira Aron
Kabupaten Aceh Utara. Prosiding Seminar Nasional Politeknik Negeri
Lhokseumawe, 5(1), 147–154.
Lestari, N., Samsuar, S., Novitasari, E., & Rahman, K. (2020). Kinerja Cabinet
Dryer pada Pengeringan Jahe Merah dengan Memanfaatkan Panas Terbuang
i
34
Mandal, S., Tanna, H. R., Nath, A., Singh, R. K., & Kumar, A. (2018).
Development of Low Cost Portable Biomass Fired Dryer for Cardamom
Drying in Hilly Areas. 39(September), 923–929.
Nurhapsa. (2013). Analisis Efisiensi Teknis dan Perilaku Risiko Petani Serta
Pengaruhnya Terhadap Penerapan Varietas Unggul Pada Usahatani
Kentang di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Samudra, A., & Rofi, F. (2023). Kinerja Alat Pengering Kunyit Bersumber Panas
Hair Dryer. Steam Engineering, 4(2), 139–145.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J.,
Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa,
F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
Wardhani, M. T., Fadilah, S. N., Prastika, A., Arimbawa, I. M., Khamil, A. I.,
Darmayanti, R. F., & Muharja, M. (2023). Pengaruh Perendaman, Waktu
dan Ketebalan pada Pengeringan Jahe Putih (Zingiber officinale var.
Amarum) Menggunakan Tray Dryer dan Solar Dryer. 9(1), 1–10.
35