Anda di halaman 1dari 21

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Alifmanurahim
M. Tampan Rivaldo
FajaR maniK
Septika Liza Allena
A.PENGERTIAN FILSAFAT
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

C. RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA


SEBAGAI SUATU SISTEM

D.KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU


FILSAFAT
A. PENGERTIAN FILSAFAT
 Secara Etimologis : Menurut Harun Nasution istilah “falsafah” berasal dari bahasa
 Yunani, terdiri atas dua kata :
philien = mencintai dan sophos = kebijaksanaan, hikmah atau
philia = cinta dan sophia = kearifan, pandai
Jadi istilah filsafat pada mulanya merupakan suatu istilah yang secara umum
dipergunakan untuk menyebutkan usaha kearah keutamaan mental ( the pursuit of
mental excellence ).

 Secara Terminologis, yakni arti filsafat setelah dikaitkan dengan bidang-bidang


 ilmu tertentu sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Menurut Nasution, keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokan menjadi 2 :
1. Filsafat sebagai produk, yaitu :
 Sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran para filsuf masa lalu yang
lazimnya merupakan aliran atau sistem filsafat tertentu seperti : idealisme,
 materialisme, dll.
 Sebagai jenis problema yang dihadapi misalnya sebagai hasil aktivitas filsafat
dalam mencari kebenaran yang bersumber pada akal.
2. Filsafat sebagai proses, dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem
yang bersifat dinamis. Filsafat diyakini ditekuni dan dipahami sebagai suatu
sistem nilai tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktifitas berfilsafat, suatu
proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.

Filsafat Dalam Pengertian Umum :


a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.
b. Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan.
c. Ilmu yg berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
Cabang-cabang filsafat yang pokok :
1. Metafisika, membahas tentang hal-hal yg bereksistensi dibalik yang
fisis meliputi bidang : ontologi, kosmologi dan antropologi
2. Epistemologi, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan
3. Metodologi, berkait dengan persoalan hakikat metode dlm Ilmu pengetahuan
4. Logika, berkaitan dengan filsafat berfikir, yaitu : rumus-rumus, dalil-dalil
berfikir yang benar
5. Etika, berkaitan dengan tingkah laku moralitas manusia
6. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Sistem adalah : Suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya saling
berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling bekerjasama satu
sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh. Syarat-
syarat suatu Sistem :
1. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian
2. Tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri
3. Saling berhubungan dan saling bergantung
4. Untuk mencapai tujuan tertentu
5. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks.
 Pancasila memenuhi syarat sebagai Sistem Filsafat, karena :

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat & utuh
2. Sila-sila Pancasila bereksistensi dalam keteraturan : bersusun hierarkhis dan
berbentuk piramidal
3. Ada keterkaitan antar Sila-sila Pancasila
4. Ada kerjasama antar Sila-sila Pancasila untuk mencapai tujuan
5. Ada tujuan bersama ( Alinea IV Pembukaan UUD NRI 1945)
C. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai
Suatu Sistem
Pancasila terdiri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila, di mana setiap
sila pada hakikatnya merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri,
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis,
karena :
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila hakikatnya merupakan dasar filsafat Negara yang
masing-masing sila merupalan asas peradaban. Namun sila-sila Pancasila
Merupakan Satu kesatuan & keutuhan, karena setiap sila menjadi Unsur
(bagian) mutlak dari Pancasila.
Pancasila merupakan kesatuan yang “Majemuk Tunggal”.
Konsekuensinya : Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri Terlepas dari sila
lainnya & diantara sila satu dengan lainnya tidak saling bertentangan
2. SUSUNAN SILA-SILA PANCASILA MEMBENTUK
HIERARKHIS PIRAMIDAL

Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila


“HIERARKHIS lainnya merupakan basis atau pokok pangkalnya,
PIRAMIDAL dan tiap sila berikutnya merupakan pengkhususan
PANCASILA”
dari sila di mukanya.

Berkaitan dgn pengamalan Pancasila.


Faedah Praktis
hubungannya dgn bentuk Dalam pengamalan Pancasila yg asasi / paling
susunan Hierarkhis utama adalah mengamalkan sila pertama.
Piramidal Pancasila
Jika seseorang mengamalkan sila pertama
secara konsekuen secara langsung ia sudah
mengamalkan semua sila.
Berkemanusiaan
Orang bertakwa Berpersatuan
thdp Tuhan YME pasti
Berkerakyatan
Berkeadilan
DIAGRAM HIERARKHIS PIRAMIDAL PANCASILA
123
4 5

Keadilan Sosial Bagi


5
Seluruh Rakyat
5 Indonesia meliputi
meliputi

Kerakyatan yg Dipimpin oleh Hikmat 4


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
4 Perwakilan
3
3 Persatuan Indonesia
2
2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1
1 Ketuhanan Yang Maha Esa

meliputi
3. Hubungan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Mengkualifikasi

Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam


hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan
hierarkhis piramida tadi. Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan pada
susunan kesatuan Pancasila yang bersifat heirarkhis mengandung empat sila
lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya. Untuk kelengkapan dari
hubungan kesatuan keseluruhan dari sila-sila Pancasila dipersatukan dengan
rumus hierarkhis pada slide sebelumnya.
D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu
Sistem Filsafat

Kesatuan Sila-Sila Pancasila


Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukan hanya


merupakan kesatuan yang bersifat formal logis, namun
meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis,
dasar aksiologis & dasar Antropologis
Susunan Sila-sila Pancasila bersifat
Hierarkis & berbentuk Piramidal

Menggambarkan hubungan hierarkhi Menggambarkan hubungan hierarki


Sila-sila dalam urut-urutan luas Sila-sila dalam isi sifatnya

Ketentuan sila-sila dalam arti Merupakan sistem filsafat yang kesatuan


formal logis sila-silanya memiliki : dasar ontologis,
dasar epistemologi, & dasar aksiologis
Dalam Konteks Ontologis (Hakikat)
Manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis. Oleh karena itu,
hakikat dasar ini disebut dasar antropologis. Manusia adalah subyek pendukung
pokok sila-sila Pancasila, pada hakikatnya yg ber-Tuhan YME, yang
berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan, ialah manusia dari segi
Filsafat Negara Pancasila adalah “Dasar Filsafat Negara” Pendukung pokok
negara adalah rakyat & unsur rakyat ialah manusia. Jadi secara ontologis hakekat
dasar keberadaan dari sila sila Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini
Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung
pokok sila sila Pancasila secara ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Juga sebagai
makluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makluk
pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, maka secara
hierarkhis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
keempat sila sila Pancasila (Kaelan, 2005).
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal mutlak : susunan kodrat, sifat kodrat, &
kedudukan kodrat. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan dan sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri, maka
secara hierarkhis sila Ketuhanan YME mendasari & menjiwai 4 sila
lainnya.
Sebagai sistem filsafat landasan sila-sila dalam hal isinya
menunjukkan suatu hakikat makna yg bertingkat & ditinjau dari
keluasannya memiliki bentuk piramid. Hal ini dpt dijelaskan :
“sebenarnya ada hubungan sebab-akibat antara negara umumnya
dengan manusia. Karena Negara adalah lembaga kemanusiaan yang
diadakan oleh manusia. Adapun Tuhan adalah asal dari segala sesuatu
termasuk manusia, sehingga terdapat hubungan sebab & akibat yang
langsung antara negara dengan asal mula segala sesuatu. Rakyat adalah
jumlah dr manusia-manusia pribadi, sehingga ada hubungan sebab
akibat antara Negara dengan rakyat,dst.
Dalam Konteks Epistomologis (Pengetahuan)
Pancasila sabagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
Sistem pengetahuan. Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari merupakan
pedoman/dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa, & negara tentang makna hidup,
serta dasar dalam menyelesaikan masalah. Pancasila menjadi sistem cita-
cita/keyakinan yang telah menyangkut praktek, karena telah dijadikan
pedoman cara hidup manusia, sehingga berubah menjadi Ideologi.
Dasar epistemologi Pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Manusia adalah basis ontologis
Pancasila, oleh karena itu mempunyai implikasi terhadap bangunan
epistemologi, yaiti bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam
bangunan filsafat manusia (Pranarka, 1996: 32).
Menurut Titus(1984: 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistimologi yaitu :
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.

Pancasila sebagai objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi :


“masalah sumber pengetahuan & susunan pengetahuan Pancasila. Sumber
pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri,
digali & dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indoneisa dalam mendirikan negara.
Oleh karena sumber pengetahuan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang
memiliki adat-istiadat, kebudayaan & nilai religious, maka antara bangsa Indonesia
sebagai pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan memiliki kesesuaian yg bersifat korespondensif.
Sebagai suatu sistem pengetahuan Pancasila memiliki susunan yang
bersifat Formal logis, baik dalam arti susunan sila-silanya maupun isi arti sila-
silanya. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis dan bentuk
piramidal, sehingga susunan sila-silanya memiliki system logis yg menyangkut
kuantitas maupun kualitas.
Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-silanya.
Susunan isi arti Pancasila meliputi 3 hal, yaitu :
1. Isi arti Pancasila yg umum universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila
sebagai inti sari atau assensi Pancasila, sehingga menjadi pangkal tolak
derivasi baik dalam pelaksanaan di bidang Kenegaraan & tata tertib hukum
serta dlm realisasi praksis dlm berbagai kehidupan konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu sebagai pedoman kolektif
Negara & bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus & konkrit, yaitu dalam realisasi
praksis dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga memiliki sifat khusus
konkrit serta dinamis.
DALAM KONTEKS AKSIOLOGIS (Nilai)
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas
tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang
Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian
filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga
diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodnes),
dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam
menilai atau melakukan penilaian ( Frankena, 229).
Notonagoro merinci tentang nilai ada yang bersifat material dan nonmaterial. Dalam
hubungan ini manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda tergantung pada pandangan
hidup dan filsafat hidup masing-masing. Ada yang mendasarkan pada orientasi nilai
material, namun ada pula yang sebaliknya yaitu berorientasi pada nilai yang nonmaterial.
Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan panca indra maupun alat pengukur.
Tetapi nilai yang bersifat rohaniah sulit diukur, tetapi dapat juga dilakukan dengan hati
nurani manusia sebagai alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, dan karsa serta keyakinan
manusia (Kaelan, 2005).
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,
yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung
nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai
sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu
yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa
Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan atau penghargaan itu telah menggejala dalam
sikap, tingkah laku dan perbuatan menusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia
dalam hal ini sekaligus adalah pengembannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
manusia Indonesia.
DALAM KONTEKS
ANTROPOLOGIS (Hakikat Manusia)

Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa
jasmani dan rokhani. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai mahluk
pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan inilah maka seacar
hierarkhis sila pertama ketuhana yang maha esa mendasari dan menjiwai
keempat sila-sila Pancasila yang lainya (Notonagoro, 1975: 53).
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah
suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai, dan landasan
yang mendasar.
Daftar Pustaka

• https://bukancatatansiboy.files.wordpress.com/20
11/10/filsafat-pancasila-1-1.ppt
• http://www.slideshare.net/hardianwijay/pancasila-
sebagai-sistem-filsafat-hardiyan
• http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan
/Dr.%20Rukiyati,%20M.Hum./Materi%202%20-
%20Pancasila%20sebagai%20Filsafat%20Bangsa
.doc.
• Prof. DR. Kaelan. MS., Pendidikan Pancasila,
Paradigma Yogyakarta, 2014

Anda mungkin juga menyukai