Anda di halaman 1dari 17

BAB III

KONSEP PENYAKIT

A. DEVINISI
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir.
Penyebab stroke hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah
salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah
di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

B. ETIOLOGI
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke hemoragik umumnya
disebabkan oleh adanya perdarahan intracranial dengan gejala peningkatan
tekana darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada
normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan
mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu :
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak.
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.
Faktor resiko pada stroke adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul
dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke
waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi dan Kehilangan keseimbangan.
7. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.
8. Mual atau muntah.
9. Kejang.
10. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
11. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

D. PATOFISIOLOGI

STROKE HEMORAGIK

1. Perdarahan intra cerebral


Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
E. PATWAY
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia
(irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik
dapat dipertahankan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Batticaca (2008; 60), Pemeriksaan penunjang diagnostik
yang dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal,
analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
3. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
( masalah sistem arteri karotis ) .
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
6. EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
7. Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

H. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat
dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan kepada klien,
memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal
etik yang berlaku (Boedihartono, 2008)
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (Penghantar Konsep Dasar
Keperawatan) pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verivikasi dan Komunikasi data tentang klien meliputi :
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi,
tidak responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif,
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan
klien, seperti pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat
beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Riwayat psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecemasan, rasa cemas, rasa
tidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan
stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam
pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan
ibadah spritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang
mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara/ afaksia. Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi
bervariasi.
a. B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis,
peningkatan inspeksi pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg.
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis,
tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang
tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan
aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang
rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinesia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah
disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
f. B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, serta
mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
2) Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat latergi, stupor, dan semikomantosa.
3) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
4) Pengkajian saraf kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
5) Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
6) Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologi akan muncul kembali di
dahului dengan refleks patologis.
7) Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.

I. DIAGNOSA
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular
4. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan,
imobilisasi.
5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama.
J. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Perfusi jaringan cerebral NOC : NIC :


tidak efektif b/d gangguan  Circulation status  Monitor TTV
Perubahan respon motorik  Neurologic status  Monitor AGD, ukuran pupil,
 Tissue Prefusion : cerebral ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
- Perubahan reaksi Setelah dilakukan asuhan  Monitor adanya diplopia,
pupil selama………ketidakefektifan pandangan kabur, nyeri kepala
- Kesulitan menelan perfusi jaringan cerebral  Monitor level kebingungan dan
- Kelemahan atau teratasi dengan kriteria hasil: orientasi
paralisis ekstrermitas  Tekanan systole dan diastole  Monitor tonus otot pergerakan
- Abnormalitas bicara dalam rentang yang  Monitor tekanan intrkranial dan
diharapkan respon nerologis
 Tidak ada  Catat perubahan pasien dalam
ortostatikhipertensi merespon stimulus
 Komunikasi jelas  Monitor status cairan
 Menunjukkan konsentrasi  Pertahankan parameter
dan hemodinamik
orientasi  Tinggikan kepala 0-45o tergantung
 Pupil seimbang dan reaktif pada konsisi pasien dan order medis
 Bebas dari aktivitas kejang
 Tidak mengalami nyeri
kepala
Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan  Libatkan keluarga untuk
verbal b/d penurunan keperawatan selama… jam, membantu memahami /
sirkulasi ke otak diharapkan klien mampu memahamkan informasi dari /
untuk berkomunikasi lagi ke klien
dengan kriteria hasil:  Dengarkan setiap ucapan klien
 dapat menjawab dengan penuh perhatian
pertanyaan yang diajukan  Gunakan kata-kata sederhana
perawat dan pendek dalam komunikasi
 dapat mengerti dan dengan klien
memahami pesan-pesan  Dorong klien untuk mengulang
melalui gambar kata-kata
 dapat mengekspresikan  Berikan arahan / perintah yang
perasaannya secara verbal sederhana setiap interaksi
maupun nonverbal dengan klien
 Programkan speech-language
teraphy
 Lakukan speech-language
teraphy setiap interaksi dengan
klien

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
Kerusakan neuromuskuler  Mobility Level  Monitoring vital sign
 Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
 Transfer performance respon pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan  Konsultasikan dengan terapi fisik
keperawatan selama….gangguan tentang rencana ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan dengan kebutuhan
kriteria hasil:  Kaji kemampuan pasien dalam
 Klien meningkat dalam mobilisasi
aktivitas  Latih pasien dalam pemenuhan
fisik kebutuhan ADLs
 Mengerti tujuan dari  secara mandiri sesuai kemampuan
peningkatan mobilitas  Dampingi dan Bantu pasien saat
 Memverbalisasikan perasaan mobilisasi dan bantu penuhi
dalam meningkatkan kekuatan kebutuhan ADLs ps.
dan kemampuan berpindah  Berikan alat Bantu jika klien
 Memperagakan penggunaan memerlukan.
alat Bantu untuk mobilisasi  Ajarkan pasien bagaimana
(walker) merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
Bersihan Jalan Nafas tidak  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
efektif berhubungan dengan:  Respiratory status : suctioning.
neuromuskular, hiperplasia Ventilation  Berikan O2 ……l/mnt,
dinding bronkus, alergi jalan  Respiratory status : Airway
metode………
nafas, asma, trauma patency
Obstruksi jalan nafas :  Anjurkan pasien untuk istirahat
 Aspiration Control
spasme jalan nafas, sekresi Setelah dilakukan tindakan dan napas dalam  Posisikan
tertahan, banyaknya mukus, keperawatan selama pasien untuk memaksimalkan
adanya jalan nafas buatan, …………..pasien menunjukkan ventilasi
sekresi bronkus, adanya keefektifan jalan nafas dibuktikan  Lakukan fisioterapi dada jika
eksudat di alveolus, adanya dengan kriteria hasil : perlu
benda asing di jalan nafas.  Mendemonstrasikan batuk
DS:  Keluarkan sekret dengan batuk
efektif dan suara nafas yang
Dispneu DO: bersih, tidak ada sianosis dan atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat
Penurunan suara dyspneu (mampu mengeluarkan adanya suara tambahan  Berikan
nafas sputum, bernafas dengan bronkodilator :
Orthopneu mudah, tidak ada pursed lips)  Monitor status hemodinamik
Cyanosis  Menunjukkan jalan nafas
 Berikan pelembab udara Kassa
Kelainan suara nafas yang paten (klien tidak merasa
(rales, wheezing) tercekik, irama nafas, frekuensi basah NaCl Lembab  Berikan
Kesulitan berbicara pernafasan dalam rentang antibiotik :
Batuk, tidak efekotif normal, tidak ada suara nafas  Atur intake untuk cairan
atau tidak ada abnormal) mengoptimalkan keseimbangan.
Produksi sputum  Mampu mengidentifikasikan  Monitor respirasi dan status O2
Gelisah dan mencegah faktor yang  Pertahankan hidrasi yang adekuat
Perubahan frekuensi penyebab. untuk mengencerkan sekret
dan irama nafas  Saturasi O2 dalam batas
normal  Jelaskan pada pasien dan keluarga
 Foto thorak dalam batas tentang penggunaan peralatan :
normal O2, Suction, Inhalasi.
Resiko Kerusakan integritas Tissue Integrity : Skin and Mucous NIC : Pressure Management
kulit berhubungan dengan : Membranes Wound Healing :  Hindari kerutan pada tempat tidur
Eksternal : primer dan sekunder  Jaga kebersihan kulit agar tetap
 Kelembaban Setelah dilakukan tindakan bersih dan kering
 Kelembaban kulit keperawatan selama….. kerusakan  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Tirah baring lama integritas kulit pasien teratasi pasien) setiap dua jam sekali
dengan kriteria hasil:  Monitor kulit akan adanya
 Integritas kulit yang baik kemerahan
bisa dipertahankan (sensasi,  Oleskan lotion atau minyak/baby
elastisitas, temperatur, hidrasi, oil pada derah yang tertekan
pigmentasi)  Monitor aktivitas dan mobilisasi
 Tidak ada luka/lesi pada pasien
kulit  Monitor status nutrisi pasien
 Perfusi jaringan baik  Memandikan pasien dengan
 Menunjukkan pemahaman sabun dan air hangat
dalam proses perbaikan kulit  Kaji lingkungan dan peralatan
dan mencegah terjadinya yang menyebabkan tekanan
sedera berulang  Observasi luka : lokasi, dimensi,
 Mampu melindungi kulit kedalaman luka,
dan mempertahankan karakteristik,warna cairan,
kelembaban kulit dan granulasi, jaringan nekrotik,
perawatan alami tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
 Ajarkan pada keluarga tentang
luka dan perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi pemberian
diae TKTP, vitamin
 Cegah kontaminasi feses dan urin
K. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
(Setiadi 2012)
Implementasi keperawatan adalah pelaksaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010)

L. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk
mengukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien Bila masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka
perawat harus berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah
dengan meninjau kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali
terhadap keadaan masalah yang ada. (Basford. 2006, Hal : 24).
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.
2. Kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi.
3. Mobilisasi klien mengalami peningkatan.
4. Jalan nafas tetap efektif.
5. Integritas kulit baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Batticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. 2005. Medical Surgical Nursing; clinical
management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc

Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi X. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, S. C et.al. 2005. Brunner&Suddarth’s: Textbook of Medical Surgical


Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott

Soepardjo. 2009. Sekilas Tentang Stroke. Yayasan stroke Indonesia.

Sudoyo, A. W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. FK-
UI. Jakarta. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI.

Anda mungkin juga menyukai