Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah manusia dan agama tidak pernah lepas dari perkara dunia, agama
diciptakan pula karena ada manusia, sedangkan manusia sangat membutuhkan agama
sebagai tuntunannya, oleh sebab itu keduanya memiliki pengaruh islam dalam
pembinaan generasi yang akan datang.
Agama sangat berperan penting bagi manusia sebagai sarana menjamin
kelapangan dada dan menumbuhkan ketenangan hati bagi para pemeluknya. Agama
dapat memelihara manusia dari penyimpangan, kerusakan dan menjauhkan tingkah
laku negatif yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan agama membuat hati
manusia menjadi tentram, jernih dan suci.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian manusia?
2. Apa pengertian agama?
3. Apa tujuan di ciptakannya manusia?
4. Apa hubungan anatara manusia dan agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian manusia
2. Mengetahui pengertian agama
3. Paham tujuan diciptakannya manusia
4. Mengetahui apa hubungan antara manusia dan agama

1
BAB II
PEMBAHASAAN

1.1 Pengertian Manusia


Manusia termasuk salah satu jenis makhluk yang dapat di indra dengan
Pancaindra. Ada empat kata dalan al-quran yang dapat diartikan sebagai manusia yaitu
basyar, an-nas, al-ins/al-insan, dan adam.
a. Basyar
Basyar adalah gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu,
berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang seperti tertera
dalam Al-Qur’an surat Al-kahfi (18) : 110.

َ‫احدٌ ۖ فَ َم ْن َكان‬ ِ ‫ي أَنَّ َما ِإ ٰلَ ُه ُك ْم ِإ ٰلَهٌ َو‬


َّ َ‫قُ ْل ِإنَّ َما أَنَا بَش ٌَر ِمثْلُ ُك ْم يُو َح ٰى ِإل‬
‫صا ِل احا َو ََل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَادَةِ َربِ ِه أ َ َحداا‬ َ ‫يَ ْر ُجو ِلقَا َء َربِ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َم اًل‬

Artinya : katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia


seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah
Tuhan yang maha esa.” Maka barang siapa mengaharap pertemuan dengan tuhannya,
maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan
sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.
b. An-nas
Secara bahasa an-nas berarti manusia. Di dalam Al-Qur’an manusia dalam pengertian
an-nas ditunjukan pada jenis keturunan nabi Adam, seperti dalam Al-Quran surat Al-
hujarat (49) : 13.

2
‫شعُوباا‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأ ُ ْنثَ ٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ َ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬
َ َ‫َوقَبَا ِئ َل ِلتَع‬
Artinya : “ hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku suku suapaya
kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disis
ALLAH SWT ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnys
ALLAH SWT maha
mengetahui lagi maha mengenal.”
c. Al-ins / Al-insan
Secara bahasa Al-insan berarti manusia . kata Al-ins senantiasa dipertentangkan
dengan kata al-jin(tersembunyi), yakni sejenis makhluk halus yang tidak bersifat
materi yang hidup diluar alam manusia. Dalam pemakaian Al-Qur’an, kata al-insan
mengandung pengerti makhluk mukallaf (ciptaan Tuhan yang dibebani tanggung
jawab) pengemban amanah ALLAH SWT dan khalifah di atas bumi. Sesuai dalam Q.S
Al-baqarah (2):30

ً‫ض َخ ِليفَة‬
ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّ َك ِل ْل َمالَئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ُل ُُ فِي األ َ ْر‬
‫الد َمآ َء َونَ ْح ُن‬
ِ ُ‫س ِفك‬ ِ ‫قَالُوا أَت َ ْجعَ ُل فِي َها َمن يُ ْف‬
ْ َ‫س ُد فِي َها َوي‬
َ ‫ِس لَ َك قَا َل ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما الَ ت َ ْعلَ ُم‬
‫ون‬ ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْمد َِك َونُقَد‬
َ ُ‫ن‬
Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “Apakah Engkau
hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang
tidak Engkau ketahui.”

3
d. Adam
Adam secara bahasa berarti tanah. Yang menjelaskan bahwa manusia di ciptakan dari
tanah, seperti dalam surat Al-anam (6) : 2

‫ض ٰٓى أ َ َج اًل ۖ َوأ َ َج ٌل‬ ٍ ‫ُه َو ٱلَّذِى َخلَقَ ُكم ِمن ِط‬
َ َ‫ين ث ُ َّم ق‬
َ‫س ًّمى ِعن َدهُۥ ۖ ث ُ َّم أَنت ُ ْم ت َ ْمت َ ُرون‬
َ ‫ُّم‬
Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).
Dari berbagai definisi tersebut, maka hakikat manusia mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai ciptaan Allah.
2. Manusia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
3. Manusia diciptakan dengan ciptaan ketuhanan.
1.2 Tujuan diciptakannya manusia
a. Ilmu dan makhrifat
Allah S.W.T berfirman :

‫ض ِمثْلَ ُه َّن يَتَن ََّز ُل ْاْل َ ْم ُر بَ ْينَ ُه َّن‬ ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬ٍ ‫س َم َاوا‬ َ َ‫ََّّللُ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬
‫ش ْيءٍ ِع ْل اما‬ َ ‫ط ِب ُك ِل‬ َ ‫َّللاَ قَ ْد أ َ َحا‬
َّ ‫ِير َوأ َ َّن‬
ٌ ‫ش ْيءٍ قَد‬ َّ ‫ِلت َ ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
َ ‫َّللاَ َعلَ ٰى ُك ِل‬

Artinya : “Allah lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula,
perinyah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Maha kuasa
atas tiap-tiap sesuatu. Dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu’
(QS. Ath-Thalaq [65]: 12)

4
Ayat ini menyebutkan kesadaran manusia akan ilmu dan kekuasaan Tuhan yang tidak
terbatas (yakni, makhirat tentang Tuhan yang akan membentuk dimensi ilmu
kesempurnaan manusia) sebagai tujuan dari penciptaan.
b. Ujian
Allah S.W.T berfirman :

َ ‫ت َو ْال َح َياة َ ِل َي ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أ َ ْح‬


‫س ُن‬ َ ‫الَّ ِذي َخلَقَ ْال َم ْو‬
ُ ُ‫يز ْالغَف‬
‫ور‬ ُ ‫ع َم اًل ۚ َو ُه َو ْالعَ ِز‬
َ
Artinya : “yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian
siapakah yang lebih diantara kalian amalnya? Dan dia Maha Perkasa Maha
Pengampun” (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Maksud dari ujian Tuhan bukanlah penyingkapan rahasia-rahasia yang tersembunyi,
melainkan adalah menyediakan sarana dan prasana untuk mengembangkan potensi
serta mengantarkannya kepada realitas. Hal itu karena manusia adalah makhluk yang
berikhtiar dan kesempurnaannya bersifat pilihan internasional. Tuhan menguji
manusia dengan menyediakan semua syarat dan prasyarat untuk memilih jalan yang
baik atau buruk baginya, agar dengan itu potensi-potensi dirinya terealisasi dan dia
dapat memilih jalan yang benar.

5
c. Ibadah
ALLAH SWT berfirman :

‫ُون‬
ِ ‫د‬ُ ‫ب‬ ‫ع‬
ْ َ ‫ي‬‫ل‬ِ َّ
‫َل‬ ‫إ‬ ْ ْ
ِ َ ِ َ ِ ‫ت‬
‫س‬ ‫ن‬ ‫اْل‬‫و‬ َّ
‫ن‬ ‫ج‬ ْ
‫ال‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
Artinya, : “ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-KU.(Q.S Adz-dzariat(51) : 56)

Ibadah mempunyai damapak-dampak yang positif bagi kehidupan manusia baik di


alam sini maupun sana. Hikmah-hikmah ibadah anatara lain adalah : tuntutan fitrah,
jalan menuju penyingkapan diri dan kebebasannya dari kehampaan, terbang ke
angkasa metafisik dan meninggalan sangkarfisik, mencapai keyakinan kemenangan,
kesehatan dan ketenangan jiwa, kekuasaan atas diri dan potensi-potensinya,
pendekatan diri kepada Tuhan, basis etika, keimana, undang-undang dan social,
pembinaan naluri cinta kebaikan pembangunan pendidikan dan lain sebagainya.
d. Rahmat ilahi
ALLAH SWT berfirman:

‫ون‬ ِ ‫اس أ ُ َّمةا َو‬


َ ُ‫احدَة ا ۖ َو ََل يَزَ ال‬ َ َّ‫َولَ ْو شَا َء َرب َُّك لَ َجعَ َل الن‬
‫ََ ُم ْخت َ ِل ِفين‬
ْ ‫ِإ ََّل َم ْن َر ِح َم َرب َُّك ۚ َو ِل ٰذَ ِل َك َخلَقَ ُه ْم ۗ َوت َ َّم‬
‫ت َك ِل َمةُ َر ِب َك‬
‫اس أ َ ْج َم ِعين‬ ِ َّ‫َْل َ ْم ََل َ َّن َج َهنَّ َم ِم َن ْال ِجنَّ ِة َوالن‬

6
Artinya :” dan jika tuhanmu menghendaki, niscaya dia menjadikan manusia satu
umat, tetapi mereka senantiasa berselisih kecuali orang-orang yang memperoleh
rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah ALLAH SWT menciptakan mereka.” ( Q.S
Hud (11) : 118-119)
Jika di teliti lebih dalam, tujuan-tujan itu tidak saling bertentangan, sebagian dari-
NYA merupakan tujuan pengantar bagi tujuan yang selanjutnya, yakni ada tujuan
awal, tujuan menengah dan tujuan akhir.

1.3 Pengertian Agama


 Agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari a berarti “tidak”, dan gama
berarti “kacau”. Jadi, kata Agama berarti” Tidak Kacau” atau “teratur”. Dengan
demikian, Agama adalah aturan yang mengatur manusia agar kehidupannya
menjadi teratur dan tidak kacau. Sedangkan dalam An English Reader’s
Dictionary dinyatakan bahwa religion belief in God as creator an controller of
the univers, or as system of faith and worship based in such belief.Artinya, agama
adalah percaya kepada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta,
atau sebagai satu system kepercayaan dan peribadatan yang didasarkan pada
kepercayaan. Dan rumusan definisi yang lengkap adalah rumusan yang
dikemukakan oleh Endang Saefuddin Anshari, yaitu bahwa agama, religi, atau
diin adalah suatu system credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya
sesuatu yang mutlak di luar manusia dan satu system ritus (tata peribadatan)
manusia kepada yang dianggap mutak dan satu system norma (tata kaidah) yang
mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia dan hubungan manusia
dengan alam lain sesuai dengan tata keimanan dan tata peribadatannya.
 Di dalam Al-Qur’an atau Hadist Nabi, agama disebut dengan kata diin atau
millah atau syar’iyah. Kata diin atau ad-diin artinya pembalasan, adat kebiasaan,
peraturan, atau hari pembalasan, atau hari kiamat. Sedangkan kata millah berarti
undang-undang atau peraturan. Kata syar’iyah berarti jalan yang harus dilalui
atau hukum. Seperti dalam Al-Qur;an surat Al-kafirun (109) :

7
‫َّللاِ ال هر ْح َٰ َم ِن ال هر ِحي ِم‬
‫س ِم ه‬ ْ ِ‫ب‬
(1) ‫ُق ْل َٰ ٰٓياَيُّ َها ا ْل َٰك ِف ُر ْو َن‬
(2) ‫َ ٰٓال اَ ْعب ُ ُد َما تَ ْعبُد ُْو َن‬
(3) ‫َو َ ٰٓال اَ ْنتُ ْم َٰعبِد ُْو َن َما ٰٓ اَ ْعب ُ ُد‬
َ ‫َو َ ٰٓال اَ َن ۠ا عَاب ِ ٌد هما‬
(4) ‫عبَ ْدتُّ ْم‬
(5) ‫َو َ ٰٓال اَ ْنتُ ْم َٰعبِد ُْو َن َما ٰٓ اَ ْعب ُ ُد‬
َ ‫َل ُك ْم ِد ْي ُن ُك ْم َو ِل‬
(6) ‫ي ِد ْي ِن‬

Artinya :
1). Katakanlah: Hai orang-orang kafir
2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah
4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah
6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

1.4 Mengapa manusia harus beragama


Dalam terminology Islam manusia diyakini sebagai makhluk yang selain memiliki sisi
hewani yang sarat dengan kebutuhan-kebutuhan hewani seperti makan, minum, dan
kesenangan jasmani. Tetapi, manusia memiliki sisi agung yang dapat menghantarkannya
menjadi khalifah di muka bumi, sebagaimana tertera dalam Q.S An-nisa (4) : 28

َ ‫ض َر ْال ِق ْس َمةَ أُولُو ْالقُ ْر َبى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم‬


ُ ‫سا ِك‬
‫ين‬ َ ‫ِإ َذا َح‬
‫ار ُزقُو ُه ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو اًل َم ْع ُروفاا‬
ْ َ‫ف‬

8
Artinya : Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.

1.5 Hubungan manusia dan agama


Untuk melihat keterkaitan antara manusia dengan agama, dapat ditelusuri dari beberapa
hal, di antaranya kodrat manusia beragama, gambaran manusia beragama, dan kebutuhan
manusia akan agama.
1. Kodrat Manusia Beragama
Untuk mengetahui kodrat manusia beragama ini dapat dilihat pada beberapa fenomena
berikut:
a. Tentang doa keselamatan.
Setiap orang pasti ingin mendapatkan keselamatan. Ia merasa dirinya selalu terancam.
Makin serius ancamannya, doanya akan makin serius pula. Ia merasa kecil hidup di jagat
raya ini seperti perahu kecil yang terapung di samudra yang amat luas. Karena ancaman
tersebut ia ingin berpegangan dan menyandarkan diri kepada sesuatu yang ia anggap
sebagai yang Maha Ghaib dan Maha Kuasa.
b. Tentang kebahagiaan abadi.
Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang ia harapkan bukanlah
kebahagiaan yang sementara tetapi kebahagiaan abadi. Anehnya tidak setiap orang
mendapatkan kebahagiaan abadi seperti yang ia harapkan.
c. Memerhatikan tubuh kita sendiri.
Apabila kita merenungkan dan memperhatikan tubuh kita sendiri sebagai manusia
dengan kerangka dan susunan badan yang indah dan serasi dengan indra hati dan otak
yang cerdas untuk menanggapi segala sesuatu di kanan kiri kita, akan sadar bahwa kita
bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Sang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Ghaib dan
Maha kuasa.

9
2. Gambaran Manusia Beragama (Ekspresi Religius)
Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia menyerahkan diri kepada
sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung. Ia tunduk lagi patuh dengan rasa hormat
dan khidmat. Ia berdo'a, bersembahyang, dan berpuasa sebagai hubungan vertikal
(hablun minallah) dan ia juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama
umat manusia (hablun minannas), karena ia percaya bahwa semua itu diperintahkan oleh
Zat Yang Maha Ghaib serta Zat Yang Maha Pemurah. Penyerahan diri itu oleh manusia
yang beragama tidak merasa dipaksa oleh sesuatu kekuatan yang ia tidak dapat
mengalahkan.
Penyerahan diri itu dirasakan sebagai pengangkatan terhadap dirinya sendiri karena
dengan itu ia akan mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang abadi. Penyerahan diri
itu dilakukan dengan perasaan hormat dan khidmat dengan iman dan kepercayaan
dengan pengertian di luar jangkauan manusia (metarasional). Penyerahan diri manusia itu
bersifat bebas dan merdeka. Dengan rasa kesadaran dan kemerdekaan ia memeluk agama
dan menjalankan peraturan- peraturan yang ia anggap dari Zat Yang Maha Ghaib itu.
3. Kebutuhan Manusia akan Agama
Kefitrahan agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan
diri dari agama, karena agama merupakan kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia
memiliki perasaan takut dan cemas, selama itu pula manusia membutuhkan agama.
Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat digantikan dengan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek
material.
Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat menggantikan peran agama dalam
kehidupan manusia. Masyarakat Barat yang telah mencapai kemajuan material ternyata
masih belum mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya.

10
Manusia dengan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi akal
saja tidak mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi manusia. Terkait
dengan hal ini agama sangat berperan dalam mempertahankan manusia untuk tetap
menjaganya sebagai manusia. Kebutuhan manusia terhadap agama mendorongnya untuk
mencari agama yang sesuai dengan harapan-harapan rohaniahnya. Dengan agama
manusia dituntun untuk dapat mengenal Tuhan dengan segala sifat-sifat-Nya.

11
BAB III
KESIMPULAN

Manusia secara garis besar dirinya lah yang menentukan perbuatannya. Merekalah yang
mengambil keputusan untuk melakukan yang benar atau salah. Tetapi manusia juga
membutuhkan sesuatu yang bisa mengatur mereka dengan jelas. Oleh karena itu manusia
sangat membutuhkan agama untuk mengontrol dan mengetahui apa yang harus
dikerjakan selama hidupnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Seri buku ajar Akidah Islam UII press tahun 2000


Seri buku ajar Akidah Islam UII press tahun 2007
Seri buku ajar Akidah Islam UII press tahun 2009
https://www.kompasiana.com/audicitradewi/5d12457e0d823044fb0c1c92/hubungan-
manusia-dengan-agama
Bintu Syai, Aisyah, Manusia Dalam Perspektif Alquran, Penerjemah, Ali Zawawi,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999)
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : UNY Press, 2015
Shadikin, R. Abuy, Pengantar Studi Islam, Fak Tarbiyah IAIN SGD Bandung, 1986

13

Anda mungkin juga menyukai