Anda di halaman 1dari 20

Skenario 1

Fase Perawatan Periodontal

Pasien laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan gusinya sering berdarah saat menggosok
gigi sejak 6 bulan yang lalu. Pasien sehat secara medis dan bukan perokok. Pada pemeriksaan
klinis terlihat akumulasi plak, kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir di seluruh regio
rahang atas maupun rahang bawah. Terlihat tanda-tanda keradangan pada gingiva di rahang
atas dan rahang bawah tetapi tidak ada kehilangan perlekatan klinis. Kebersihan mulut pasien
dikategorikan buruk. Pasien didiagnosis mengalami gingivitis kronis. Perawatan periodontal
yang direncanakan untuk pasien termasuk dalam terapi fase I dan fase pemeliharaan.

1. Scaling adalah tindakan perawatan periodontal untuk membersihkan gigi dari plak dan
kalkulus subgingiva maupun supragingiva dengan menggunakan alat manual scaler
maupun ultrasonic scaler agar didapatkan permukaan gigi yang halus dan tidak dijadikan
retensi plak.
2. Gingivitis kronis adalah peradangan pada gingiva dalam jangka waktu yang lama atau
terus menerus biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri pada plak dan kalkulus.
Gingivitis kronis ini dilakukan pemeriksaan perdarahan dengan hasil BOP positif.
3. Root planing adalah suatu proses pembersihan untuk menghilangkan sementum nekrotik
atau permukaan akar gigi yang kasar sehingga didapatkan permukaan halus yang akan
membantu terjadinya proses perlekatan kembali epitel jaringan periodontal.
4. Perawatan periodontal fase I adalah salah satu serangkaian perawatan periodontal
sebagai fase dari penghilangan etiologi (fase etiotropik). Tahapan awal dari perbaikan
jaringan periodontal ini tanpa dilakukan perawatan pembedahan.
5. Kalkulus subgingiva adalah kalkulus yang berada di bawah margin gingiva sehingga
berada pada apikal servikal gigi dan biasanya tidak nampak secara klinis.
6. Kalkulus supragingiva terletak pada bagian mahkota (korona) gigi sampai margin gingiva
sehingga tampak kasat mata pada rongga mulut. Biasanya
berwarna putih atau putih kekuningan, keras dengan konsistensi seperti tanah liat, dan mud
aht e r l e p a s d a r i p e r m u k a a n g i g i .

STEP 2

Rumusan Permasalahan
1. Seberapa besar pengaruh dari gigi malposisi terhadap kalkulus subgingiva dan
bagaimana pengaruhnya saat dilakukan perawatan periodontal fase I ?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal fase I scaling dan root
planing ?
3. Apakah ada perawatan lain pada perawatan periodontal fase I selain DHE, scaling, dan
root planing ?
4. Bagaimana tahap yang dilakukan pada scaling dan root planing serta alat apa saja yang
digunakan ?
5. Apakah scaling dan root planing setiap regio perawatannya sama ?
6. Kapan saja pasien dilakukan evaluasi dan kontrol ?
7. Hal-hal apa saja yang dievaluasi kembali pada perawatan periodontal fase I ?

STEP 3

Analisis Permasalahan

1. Pada gigi yang malposisi seperti crowding akan mempengaruhi dari perlakuan pasien
terhadap oral hygiene yaitu lebih susah dalam membersihkan gigi sehingga gigi tersebut
akan lebih mudah ditempeli deposit bakteri plak dan kalkulus. Pada perawatan periodontal
fase I, operator juga lebih susah dalam melakukan scaling pada gigi yang crowding. Jika
koreksi gigi malposisi tidak dilakukan, maka kontrol plak dan kalkulus harus lebih sering
dilakukan agar oral hygiene pasien menjadi baik sehingga hal tersebut dapat mencegah
terjadinya penempelan deposit bakteri.

2. Indikasi scaling :
a. Penyakit periodontal
b. Kalkulus subgingiva dan supragingiva dengan skor CPITN 2

Kontraindikasi scaling :

a. Untuk anak-anak tidak diindikasikan untuk memakai ultrasonic scaler


b. Pada gigi dengan dentin yang lebih terbuka yang dapat menyebabkan nyeri jika
memakai ultrasonic scaler
c. Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol
d. Pasien dengan penyakit hemofilia

Indikasi root planing :

a. Jaringan nekrotik pada sementum


b. Pocket lebih dari 4 mm dengan skor CPITN 3

Kontraindikasi root planing :

a. Abses periodontal
3. Perawatan lain pada fase I antara lain :
a. Koreksi dari restorasi yang overhanging sehingga dapat mengoreksi dari trauma from
occlusion (TFO) yang dapat menyebabkan gigi goyang
b. Perawatan karies yang dekat dengan gingiva
c. Mengubah perilaku pasien tentang hidup sehat seperti pemberian motivasi, instruksi
dan lain sebagainya tentang kontrol makanan terutama karbohidrat.
d. Mengubah pola menyikat gigi pasien. Sebelumnya operator menginstruksikan untuk
pasien menyikat giginya seperti biasanya terlebih dahulu (kontrol mekanis) dan pasien
diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat kumur (kontrol kimiawi).
e. Occlusal adjustment yaitu untuk menyeimbangkan beban kunyah pada jaringan
periodontal.
f. Splinting pada gigi goyang.
g. Protesa sementara untuk menghindari kerusakan jaringan gigi sebelah menyebelahnya.
4. Pada scaling dan root planing prinsip kerjanya antara lain :
a. Operator harus mengetahui cara memegang alat dan sisi mana yang akan dirawat
b. Insersi alat dengan sudut 0° sampai mencapai dasar pocket
c. Penekanan ke koronal dan lateral secara “push and pull” dan intermitten
d. Menggunakan alat kuret yang tidak tajam dan lebih masuk ke dalam tanpa melukai
jaringan periodontal sekitar.
e. Menggunakan hoe untuk menghaluskan permukaan sementum agar tidak ditempeli
bakteri
f. Menggunakan sickle untuk menghaluskan kalkulus supragingiva karena jika dalam
subgingiva akan melukai jaringan
g. Menggunakan chisel untuk daerah interproksimal
h. Menggunakan file pada restorasi yang overhanging.
5. Tekniknya sama dengan Penekanan ke koronal dan lateral secara “push and pull” dan
intermitten. Untuk alatnya berbeda sesuai dari posisi mana yang akan dirawat dan operator
harus mengetahui dari segi sisi dan cara memegang alat.
6. Fase kontrol pasien adalah ± 1-2 minggu karena proses penyembuhan jaringan adalah ± 14
hari. Dari fase 1 ini akan dilihat dan dievaluasi apakah perlu dirawat lagi atau menentukan
tahapan/fase selanjutnya perawatan periodontal. Kemudia kontril kedua pada ± 3 bulan
untuk melihat dari perlekatan-perlekatan epitel.
7. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat dari :
a. Masih ada/tidaknya inflamasi jaringan
b. Kontrol plak
c. Kedalaman sulkus.

STEP 4

Peta Konsep

Penyakit Periodontal Etiologi

Gingivitis Kronis

Perawatan Periodontal Fase I

DHE Scaling Root planing

Evaluasi
STEP 5

Tujuan Pembelajaran

1. Mampu memahami dan menjelaskan fase-fase perawatan periodontal


2. Mampu memahami dan menjelaskan definisi, tahapan, dan apa saja yang dilakukan pada
perawatan periodontal fase I
3. Mampu memahami dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran, serta tindakan dari DHE
4. Mampu memahami dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran, tindakan, serta indikasi dan
kontraindikasi serta teknik pada perawatan periodontal fase I baik subgingiva maupun
supragingiva
5. Mampu memahami dan menjelaskan dasar pemikiran dan tindakan dari evaluasi perawatan
periodontal.

STEP 7

Pembahasan

7.1 Mampu memahami dan menjelaskan fase-fase perawatan periodontal


7.1.1 Fase-fase perawatan periodontal antara lain:
1. Fase Preliminary

Fase Preliminary adalah fase yang menjadikan tindakan pada kasus darurat sebagai
prioritas utama. Meliputi perawatan kasus darurat dari gigi atau periapikal, periodontal, dan
lain lain. Selain itu, pada fase ini dilakukan pencabutan gigi apabila gigi tersebut tidak dapat
dipertahankan (Khalid dan Bassel, 2014).

2. Fase I (Perawatan periodontal non-bedah) meliputi :


a. Edukasi kontrol plak,
b. Edukasi mengenai kontrol diet/kontrol makanan,
c. Scaling dan root planing,
d. Koreksi restorasi dan koreksi faktor yang mengiritasi gigi tiruan,
e. Terapi antimikroba, dapat menggunakan obat kumur atau antibiotik yang diberikan
secara langsung ke pocket periodontal,
f. Splinting (Khalid dan Bassel, 2014).
3. Evaluasi dari respon fase non bedah.
Pada fase ini dilakukan pengecekan kembali dari :
a. Kedalaman pocket periodontal dan keradangan gingiva,
b. Plak, kalkulus, dan karies (Khalid dan Bassel, 2014).
4. Fase II (Perawatan periodontal dengan bedah)
Fase ini dilakukan setelah evaluasi dari fase I, dengan pertimbangan hasil pemeriksaan
seperti :
a. Kedalaman pocket > 5 mm,
b. Furcation involvement derajat 2 dan 3,
c. Gingival enlargement.

Maka dengan ini dapat dilakukan perawatan bedah periodontal dan flap periodontal
(Khalid dan Bassel, 2014). Alasan ditentukannya kedalaman pocket 5 mm untuk dilakukan
perawatan lanjutan adalah bahwa standar 5 mm telah umum digunakan sebagai pedoman untuk
mengidentifikasi pasien calon rujukan bedah didasarkan pada pemahaman bahwa panjang akar
rata-rata adalah sekitar 13 mm dan puncak tulang alveolar berada kurang lebih 2 mm di apikal
dasar pocket. Ketika ada kehilangan perlekatan klinis sebesar 5 mm, puncak tulang alveolar
adalah sekitar 7 mm dari cementoenamel junction, karena itu hanya ada sekitar setengah
dukungan tulang untuk gigi tersebut. Bedah periodontal dapat membantu meningkatkan
dukungan gigi pada kasus ini melalui pengurangan poket dan prosedur regenerasi (Carranza,
2015).
5. Fase III (Perawatan Restoratif) meliputi :
a. Pembuatan restorasi tetap,
b. Gigi tiruan cekat dan lepasan,
c. Evaluasi terhadap respon terapi fase 3 (Khalid dan Bassel, 2014).
6. Fase IV ( Fase pemeliharaan)
Fase pemeliharaan ini untuk mempertahankan hasil perawatan yang diperoleh dan
mencegah kekambuhan penyakit (Khalid dan Bassel, 2014).
Gambar model diagram trimetik fase-fase perawatan periodontal (Khalid dan Bassel, 2014).

7.1.2 Prinsip perawatan periodontal

Menegakkan diagnosis dengan tujuan secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai


usaha untuk menjadikan mulut sehat, dengan pasien mampu, dan mau, menjaga agar mulut
tetap sehat (Laura et al, 2009).
Prinsip perawatan periodontium dibagi ke dalam tiga fase:
a. Fase permulaan (menghilangkan faktor penyebab), tujuannya adalah mengontrol atau
menghilangkan gingivitis serta menahan berkembangnya penyakit periodontium dengan
membuang plak dan faktor predisposisinya. Penyakit periodontium adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh adanya plak, dengan demikian, mengontrol plak adalah
merupakan kunci keberhasilan perawatan. Perawatan yang lebih kompleks akan selalu
gagal jika tanpa disertai tindakan mengontrol plak secara efektif (Laura et al, 2009).
b. Fase kerektif dilakukan terutama untuk memperbaiki fungsi, dan jika memungkinkan,
juga untuk memperbaiki fungsi estetika. Teknik korektif meliputi bedah periodontal,
bedah regeneratif, bedah mukogingiva, penggunaan selektif antibiotik secara lokal dan
sistemik, perawatan kerusakan area furkasi, pembuatan restorasi, perawatan endodontik,
serta penyesuaian oklusi (Laura et al, 2009).
Tujuan dari fase ini adalah:
a. Menghilangkan poket periodontium patologis, atau mendapatkan perlekatan epitel
yang erat di tempat poket pernah terjadi,
b. Menghentikan kehilangan tulang, serta pada beberapa kasus memulihkan
dukungan tulang alveolar,
c. Menciptakan lingkungan oral pasien yang secara relatif mempermudah pasien
untuk menjaga agar tetap bebas dari plak (Laura et al, 2009).
c. Fase pemeliharaan (suportif) bertujuan untuk memperkuat motivasi pasien sehingga
tingkat kebersihan mulutnya cukup baik untuk mencegah kekambuhan penyakit. Fase ini
mendapatkan perhatian yang tinggi karena relatif mudah, yaitu aktivitas penyakit dapat
dipantau dengan cara probing dan berbagai cara pemeriksaan di klinik (Laura et al, 2009).

7.2 Mampu memahami dan menjelaskan definisi, tahapan, dan apa saja yang dilakukan
pada perawatan periodontal fase I

Menurut American Academy of Periodontology, Perawatan periodontal fase I merupakan


terapi permulaan untuk mengontrol plak, penyakit periodontal yang berhubungan dengan
sistemik dengan cara menghilangkan bakteri plak biofilm, kalkulus supragingiva dan
subgingiva dengan kemoterapi agen dan menghilangkan faktor lokal seperti medeteksi
kerusakan restorasi dan perawatan lesi karies. Perawatan periodontal fase I merupakan
perawatan penunjang keberhasilan perawatan berikutnya. Macam-macam perawatan
periodontal fase I antara lain :

a. Instruksi kontrol plak terbatas

Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai cara pembersihan permukaan gigi yang licin dan
rata. Tahap ini merupakan komponen penting untuk terapi periodontal dapat sukses. Pada sesi
pertama kepada pasien baru dapat diajarkan cara pembersihan dengan sikat gigi dan mulai
menggunakan benang gigi (dental floss). Pendekatan di beberapa fase I memungkinkan dokter
gigi untuk mengevaluasi, memperkuat, dan meningkatkan keterampilan kebersihan mulut
pasien (Carranza, 2015).

b. Menghilangkan kalkulus secara keseluruhan


Pembersihan kalkulus supragingival dan subgingival bisa dengan cara scaling. Scaling
ini dapat dilakukan dengan scaler ultrasonik, scaler manual, atau kuret (Carranza, 2015).

c. Koreksi restorasi

Keberadaan restorasi yang berlebihan/overhanging, kasar, overcontoured, lokasinya


subgingival meskipun halus akan diikuti oleh penumpukan plak yang banyak, inflamasi
gingiva, kehilangan tulang dan kehilangan perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi yang
demikian menghalangi prosedur kontrol plak, sehingga harus dikoreksi atau diganti dengan
yang baru. Koreksi restorasi yang cacat adalah sama pentingnya dengan penyingkiran
kalkukus, dan oleh karena itu penyingkirannya harus dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan penyingkiran kalkulus (Carranza, 2015).

d. Penumpatan lesi karies

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodonsium


meskipun tanpa ada kalkulus atau restorasi yang cacat di sekitarnya. Hal ini disebabkan karies
yang letaknya demikian merupakan wadah yang luas dan tersembunyi bagi bakteri plak. Oleh
sebab itu penumpatan karies yang berada dekat ke gingiva merupakan bagian integral dari
perawatan inisial (Carranza, 2015).

e. Occlusal adjustment,
f. Ekstraksi gigi yang tidak bisa dipertahankan,
g. Penggunaan antibiotik (Carranza, 2015).
h. Splinting

Splinting adalah suatu alat yang bertujuan untuk imobilisasi atau stabilisasi kegoyangan
gigi. Splinting biasanya dilakukan pada fase I sebelum fase bedah, baik berupa splinting
sementara maupun splinting permanen. Beberapa penelitian menunjukkan splinting dapat
meningkatkan resistensi jaringan terhadap kerusakan periodontal lebih lanjut dan mempercepat
respon penyembuhan (Trijani, 2010).

7.3 Mampu memahami dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran, serta tindakan dari
DHE
Dental Health Education (DHE) didefinisikan sebagai pendidikan kesehatan gigi yaitu
proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan
untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup.
(Notoadmojo, 2003 dalam Afriansyah, 2016).

Menurut (Muin, 2011) Dental Health Education merupakan suatu usaha terencana dan
terarah dalam bentuk pendidikan kesehatan gigi non formal yang berkelanjutan. Pendidikan
kesehatan gigi merupakan suatu proses belajar yang timbul oleh karena adanya kebutuhan
kesehatan sehingga menimbulkan aktifitas perseorangan/masyarakat dengan tujuan untuk
menghasilkan kesehatan gigi yang baik.

Dasar pemikiran dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

a. Meningkatkan oral hygiene pasien (Carranza, 2015).


b. Memberikan informasi kepada pasien bahwa plak pada gigi dan daerah yang berbatasan
dengan gusi merupakan “target hygiene”, sehingga pada daerah tersebut harus
dibersihkan untuk mencegah karies dan penyakit periodontal (Carranza, 2015).
c. Usaha secara emosional untuk memperkenalkan pasien dengan dunia kesehatan gigi dan
mulut sehingga mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kemampuannya
sehingga mendapatkan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter gigi (Muin,
2011).
d. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan gigi
dan mulut (Muin, 2011).
e. Mengurangi penyakit gigi dan mulut (Muin, 2011).

Tindakan dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

1. Motivasi untuk Kontrol Plak yang Efektif


Memotivasi pasien untuk melakukan kontrol plak yang efektif adalah salah satu elemen
yang paling penting dan sulit, untuk mencapai kesuksesan jangka panjang pada terapi
periodontal. Membutuhkan komitmen pasien yang baik untuk dapat mengubah kebiasaan
sehari-hari dan selalu datang kontrol rutin untuk pemeliharaan. Mengadopsi kebiasaan baru
dan pasien dapat rutin kembali untuk perawatan tidak mustahil. Memotivasi dapat sukses bila:
a) pasien menerima dan memahami konsep patogenesis, pengobatan, dan pencegahan
penyakit periodontal,
b) bersedia untuk mengubah kebiasaannya seumur hidup,
c) dapat menyesuaikan keyakinan pribadi, praktik, dan nilai-nilai untuk mengakomodasi
kebiasaan baru,
keterampilan pasien harus dikembangkan untuk membangun kebiasaan kontrol plak yang
efektif. Di samping itu, pasien harus memahami peran penting dokter gigi dalam mengobati
dan menjaga kesehatan periodontalnya (Carranza, 2015).
2. Intruksi dan demontrasi

Menurut Nakre (2013) bahwa instruksi disertai dengan demonstrasi memiliki efektifitas
yang lebih baik daripada instruksi hanya dengan perkataan. Menurut Carramza (2015) bahwa
instruksi bagaimana cara membersihkan gigi membutuhkan partisipasi pasien, mengamati,
mengoreksi bila ada kesalahan, dan penguatan selama kontrol sampai pasien mencapai
kemampuan yang diperlukan.
Pasien dapat mengurangi jumlah plak biofilm dan gingivitis lebih efektif dengan cara
mengulang-ulang instruksi dan adanya dorongan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Namun demikian, pemberian instruksi untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut harus lebih
singkat daripada demontrasi cara menyikat gigi. Prosedur ini merupakan prosedur yang harus
dikerjakan dengan telaten dan butuh kesabaran pasien, pengawasan yang seksama dalam
mengkoreksi kesalahan, penekanan untuk rutin kontrol sampai pasien dirasa mampu menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya (Carranza, 2015).

Pada kunjungan pertama, pasien seharusnya diberikan sikat gigi yang baru, alat
pembersih bagian interdental dan disclosing agent. Disclosing agent digunakan untuk melihat
kondisi plak pada rongga mulut pasien (Carranza, 2015).

Mendemonstrasikan cara menyikat gigi di rongga mulut pasien, sementara pasien


memegang kaca untuk melihat apa yang dipraktekan dokter gigi. Kemudian pasien
diinstruksikan untuk mengulangi apa yang telah didemonstrasikan dokter gigi dan dikoreksi
dokter gigi. Instruksi dan demonstrasi tujuan penggunaan dental floss dan cara menggunakan
dental floss sesuai kebutuhan pasien. Anjurkan pasien untuk membersihkan gigi dan mulut
minimal sehari sekali dan instruksi untuk kontrol plak periodik (Carranza,2015).

3. Kontrol plak
Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah
pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap pembentukan plak
gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hygiene oral secara aktif. Keberadaan
karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida Ekstra Selular (PES). Bersama
dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular
(PES) menjadi bahan perekat pada matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang
dapat dilakukan adalah mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi :
a. Mengatur pola makanan
Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa.
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam
pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam membentuk plak
(Krismariono, 2009).
b. Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat kumur
sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung klorhexidin dapat
membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan zat antijamur (Krismariono,
2009).
c. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk
membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi, baik
manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk (Krismariono, 2009).

7.4 Mampu memahami dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran, tindakan, serta
indikasi dan kontraindikasi serta teknik pada perawatan periodontal fase I baik
subgingiva maupun supragingiva

Scaling adalah proses dimana biofilm dan kalkulus dihilangkan dari permukaan
supragingival maupun subgingival gigi. Sedangkan root planing adalah proses dimana sisa
kalkulus yang melekat pada sementum dihilangkan dari akar untuk menghasilkan permukaan
halus, keras, dan bersih (Carranza, 2015).

Scaling dan root planing ini bertujuan untuk mengembalikan gingiva yang sehat secara
menyeluruh dengan menghilangkan elemen yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva dari
permukaan gigi. Scaling dan root planing bukanlah prosedur yang terpisah, semua prinsip
scaling sama untuk root planing. Scaling dan root planing termasuk dalam perawatan
periodontal fase I (Carranza, 2015).
Sebelum dilakukan scaling, dokter gigi akan melakukan anamnesa pemeriksaan gigi
dengan melihat keadaan pasien secara ekstraoral dan intraoral. Setelah dilakukan analisis
secara cermat, jumlah kunjungan yang diperlukan harus diperhatikan secara cermat. Pasien
dengan jumlah kalkulus yang sedikit dengan keadaan jaringan di sekitar gigi relatif sehat, dapat
dirawat dalam satu kali kunjungan. Dokter gigi harus bisa mengestimasi jumlah kunjungan
yang diperlukan berdasarkan jumlah gigi dalam mulut pasien, jumlah plak dan kalkulus, tingkat
keparahan inflamasi, kedalaman dan aktivitas pocket, adanya invasi furkasi, dan kebutuhan
untuk anastesi lokal (Carranza, 2015).

7.4.1 Teknik scaling kalkulus supragingiva

Pada teknik scaling supragingiva, instrumentasi dilakukan pada daerah mahkota dan
tidak dibatasi oleh jaringan sekitarnya, sehingga adaptasi dan angulasi lebih mudah. Kalkulus
supragingiva biasanya dibersihkan dengan sickle, kuret, dan instrument ultrasonik. Hoe dan
chisel jarang digunakan. Sickle dan kuret dipegang dengan modifikasi pen grasp dan dilakukan
firm finger rest pada gigi yang berada di area yang berlawanan dengan area kerja. Angulasi
blade sedikit lebih kecil dari 90°. Cutting edge harus berada pada margin apikal kalkulus, dan
ditarik ke arah koronal secara vertikal atau obliq dengan tarikan yang pendek, kuat, dan
overlapping. Sickle mempunyai ujung yang tajam yang dapat merusak jaringan sekitar,
sehingga adaptasi dengan permukaan gigi harus baik. Permukaan yang dibersihkan sampai
secara visual dan taktil bebas dari semua yang deposit supragingiva. Jika bulky blade dapat
diinsersikan ke dalam jaringan sekitar maka sickle dapat digunakan untuk membersihkan
kalkulus di bawah free margin gingiva. Jika tindakan ini dilakukan, biasanya diikuti dengan
final scaling dan root planing dengan menggunakan kuret (Carranza, 2015).

7.4.2 Teknik scaling kalkulus subgingiva

Teknik ini lebih kompleks dan sulit dibandingkan dengan supragingiva karena kalkulus
berkonsistensi lebih keras daripada kalkulus supragingiva, kalkulus serta deposit lain
terperangkat di bagian dalam dan sulit dijangkau, terutama pada akar gigi dengan morfologi
irreguler, serta dinding pocket lebih terbatas namun kalkulus yang lebih dalam masih ada.
Scaling ini menggunakan alat sickle, hoe, file, dan alat ultrasonik namun tidak dianjurkan untuk
root planing. Meskipun beberapa file dapat menghancurkan deposit yang keras tetapi file, hoe,
dan alat ultrasonik yang besar dan sulit diinsersikan ke dalam pocket yang dalam. Hoe dan file
tidak bisa digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus seperti kuret, kuret sangat baik
digunakan untuk menghilangkan kalkulus pada sementum subgingiva (Carranza, 2015).
Scaling subgingiva dan root planing dilakukan dengan baik dengan kuret universal.
Cutting edge dapat diadaptasikan dengan ringan pada gigi dan lower shank dibuat sejajar
dengan permukaan gigi. Lower shank digerakkan menghadap ke gigi sehingga dengan
demikian bagian depan dari blade berada dekat dengan permukaan gigi. Blade instrument
diinsersikan dengan bagian bawah gingiva sampai dasar pocket, angulasi 45° dan 90°, dan
kalkulus dapat dihilangkan dengan gerakan yang terkontrol, gerak pendek, dan bertenaga
(Carranza, 2015).

Ketika stroke scaling digunakan untuk menghilangkan kalkulus, kekuatan bisa


dimaksimalkan dengan memusatkan tekanan lateral ke sepertiga bagian bawah blade. Di
bagian ini, beberapa mm dari ujung blade diposisikan sedikit ke apikal ke tepi lateral kalkulus,
dan stroke vertikal atau miring digunakan untuk membagi kalkulus dari permukaan gigi. Tanpa
menarik instrument dari sulkus, blade maju ke lateral untuk mengenai bagian berikutnya dari
kalkulus yang tersisa. Stroke vertikal/miring dibuat overlapping dengan stroke sebelumnya dan
proses ini diulang sampai kalkulus hilang (Carranza, 2015).

7.4.3 Scaling, root planing, dan curettage instruments


Alat ini dipakai untuk menghilangkan plak dan deposit terkalsifikasi dari mahkota dan
akar gigi, penghilangan sementum yang berubah dari permukaan akar subgingival,
debridement dari lapisan jaringan lunak pocket. Instrumen scaling and kuretase
diklasifikasikan seperti dibawah ini :

a. Sickle scalers

Sickle bisa digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva (Carranza, 2015).

b. Curettes
Biasanya digunakan untuk mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan
akar jaringan nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik (Carranza, 2015).

c. Hoe, chisel, and file scalers

Berfungsi untuk menghilangkan kalkulus subgingival yang sukar dibersihkan dan


sementum yang berubah.penggunaanya terbatas dibanding kuret (Carranza, 2015).

d. Ultrasonic

Digunakan untuk scaling dan pembersihan permukaan gigi dan kuretase dinding jaringan
lunak dari pocket periodontal (Carranza, 2015).

e. Cleansing and polishing instruments

Cleansing and polishing instruments seperti rubber cups, brushes, dan dental tape,
dipakai untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi (Carranza, 2015).

f. Periodontal endoscope

Berfungsi untuk memvisualisasikan secara dalam ke pocket subgingiva dan untuk


mendeteksi deposit pada akar gigi yang furkasi (Carranza, 2015).
7.4.4 Aktivasi instrumen
1. Adaptasi

Adaptasi adalah cara menempatkan cutting edge instrumen periodontal pada permukaan
gigi. Tujuan adaptasi yaitu agar cutting edge instrument tepat pada kontur permukaan gigi,
mencegah trauma pada jaringan lunak dan permukaan akar dan mendapatkan keefektifan
penggunaan alat (Carranza, 2015).

2. Angulasi

Angulasi adalah sudut antara permukaan blade instrument dengan permukaan gigi.
Angulasi yang tepat sangat dibutuhkan agar pekerjaan scaling efektif. Insersi subgingiva dari
blade instrument seperti kuret, angulasi sedapat mungkin mendekati 00. Ujung instrument dapat
diinsersikan dengan lebih mudah pada dasar pocket dengan muka blade menghadap gigi
(Carranza, 2015).

3. Gerak
Terdapat tiga gerakan dasar dalam menggunakan instrumen, yaitu:
a. Exploratory stroke

Adalah gerakan yang ringan dengan perasaan (feeling) digunakan pada probe atau sonde
untuk memeriksa dimensi pocket, kalkulus, dan ketidakteraturan permukaan gigi. Instrument
dipegang dengan ringan dan diadaptasikan dengan tekanan yang ringan terhadap gigi untuk
mendapatkan sensitivitas taktil yang maksimum (Carranza, 2015).
b. Scaling stroke
Adalah gerakan yang pendek, disertai tarikan dengan kekuatan penuh, menggunakan
blade instrumen untuk menghilangkan baik supragingival maupun subgingival kalkulus. Otot–
otot jari maupun tangan digerakkan untuk mendapatkan pegangan dengan tekanan lateral yang
kuat terhadap permukaan gigi. Ujung pemotong isntrument dikaitkan pada batas apikal
kalkulus dan menariknya ke arah koronal dengan gerakan yang kuat (Carranza,2015).
c. Root planing stroke

Adalah gerakan menarik yang bersifat sedang sampai ringan, digunakan pada tahap
akhir, yaitu menghaluskan permukaan akar. Untuk keperluan ini instrument yang paling sering
digunakan adalah kuret. Desain kuret memungkinkan untuk lebih mudah beradaptasi dengan
kontur subgingiva gigi, sehingga kuret cocok untuk root planing pada pasien – pasien yang
memiliki pocket yang dalam dan telah melibatkan daerah furkasi. Kuret dipegang secara
sedang – kuat, dengan diadaptasikan ke gigi, bahkan dapat memberikan tekanan lateral.
Dengan gerakan panjang kontinyu, gerakan seperti mencukur kuret diaktifkan. Bila permukaan
gigi telah halus,berangsur – angsur tekanan lateral dikurangi (Carranza, 2015).

7.4.5 Indikasi scaling dan root planing


1. Permukaan akar dan dentin yang terekspos dan terdapat kalkulus supragingiva dan
subgingiva. Pada permukaan dentin yang ekspos bakteri plak dapat menginvasi tubuli-
tubuli dentin. Maka dari itu scaling dierlukan untuk menyingkirkan deposit-deposit
tersebut pada permukaan akar yang terekspos dan terdapat poket, permukaanya dapat
dikontaminasi oleh toksin-toksin dari bakteri plak, terutama endotoksinnya (Carranza,
2015).
2. Menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva, seperti : plak
biofilm, kalkulus dan endotoksin dan menjaga jaringan gingiva (Carranza, 2015).
3. Menjaga kesehatan jaringan gingiva (Carranza, 2015).
4. Kehilangan perlekatan klinis (ADA, 2014).
5. Pada pemeriksaan radiografi, terdapat penurunan puncak tulang alveolar (ADA, 2014).
6. Pada pemeriksaan radiografi, tampak adanya kalkulus pada pada permukaan akar (ADA,
2014).
7. Pasien dengan gingiva yang bengkak dan inflamasi (ADA, 2016).
8. Adanya pocket supraboni (ADA, 2016).
9. Abses dengan lesi yang kecil dan tidak parah, masih dapat dilakukan scaling dan root
planing (Carranza, 2015).
7.4.6 Kontra indikasi scaling dan root planing
1. Keadaan sistemik / kondisi kesehatan mulut yang tidak stabil (Fan Richard, 2007).
2. Active tuberculosis (Fan Richard, 2007).
3. Pasien dengan kemoterapi atau terapi radiasi (Fan Richard, 2007).
4. Pasien yang mengkonsumsi dan ketergantugan narkotika dan alkohol (Fan Richard,
2007).
5. Pasien endocarditis (Fan Richard, 2007).
6. Pasien dengan moderate – severe NUG dan local lymphadenopathy atau dengan gejala
sistemik lainnya (Carranza, 2015).
7. Abses periodontal yang luas dan bisa didrainase. Abses perlu di irigasi untuk
membersihkan eksudat dan membersihkan pocket (Carranza, 2015).
8. Keadaan sistemik / kondisi kesehatan mulut yang tidak stabil (Fran Richard, 2007).

7.5 Mampu memahami dan menjelaskan dasar pemikiran dan tindakan dari evaluasi
perawatan periodontal.

Evaluasi perawatan periodontal merupakan pemeriksaan dari tindakan yang telah


diberikan untuk mengetahui tindakan tersebut efektif atau tidak.Dasar pemikiran dari tindakan
ini adalah karena jaringan periodontal tidak dapat tersembuhkan secara langsung, jadi tidak
dapat diketahui respon perawatan secara langsung. Jaringan yang sesungguhnya dapat sembuh
kurang lebih 4 minggu setelah tindakan sehingga perlu dijadwalkan untuk evaluasi (Nield,
2011).

Evaluasi setelah perawatan dilakukan 3-6 minggu dari terapi awal meliputi :

1. Memperbarui rekam medis pasien (Nield, 2011; Mitchell, 2016).


2. Pemeriksaan menyeluruh pada jaringan periodontal (kontrol plak, BOP, kondisi
gingiva) (Nield, 2011; Mitchell, 2016).
3. Membandingkan kondisi pasien di awal perawatan dengan keadaan saat evaluasi
(Nield, 2011; Mitchell, 2016).
4. Evaluasi ulang oral hygiene, pasien menjelaskan bagaiman cara untuk menjaga
kesehatan rongga mulutnya. Jika diperlukan, diberikan kembali instruksi dalam
menjaga kesehatan rongga mulutnya (Khalid dan Bassel, 2014).
5. Menentukan keputusan apakah perawatan dilanjutkan fase bedah atau tidak (Nield,
2011; Mitchell, 2016).

Anda mungkin juga menyukai