Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO 1

Seorang pasien perempuan usia 60 tahun, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
ingin dibuatkan gigi tiruan baru. Keluhan utama banyak gigi yang hilang sehingga sulit
untuk makan. Belum pernah memakai gigi tiruan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra
oral gigi 13, 24,25, 31, 34, 45 resesi gingiva, goyang o3, kalkulus di daerah sekitar gigi. Gigi
11, 21, 32 tinggal sisa akar, gigi yang lain hilang. Gigi hilang karena karies. Dokter gigi
melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan estetik, membuat
GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan, anasir akrilik. Setelah melakukan anamnesis,
dokter gigi melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan penetapan gigit.
Setelah GTL diinsersikan, menghasilkan GTL yang retentif, stabil. Dokter gigi
menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya
KATA SULIT :
1. Gigi tiruan
2. Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien untuk mengetahui kondisi rongga mulut
pasien baik jaringan keras maupun lunak. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada gigi
diantaranya adalah :
Perkusi
Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah : nyeri terhadap
pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic)
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain menggunakan
ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen.
Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan membingungkan penegakan
diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah
pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau
horisontal-bukolingual mahkota.
Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan kelainan
di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap
perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan periodontal. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis
yang sama pada regio sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus
memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).
Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Pada gigi yang
mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic sound) dibandingkan
gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai dengan kelainan
periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam
kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang menderita abses periapikal atau kista
akan terdengar lebih redup (dull sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga
menimbulkan bunyi yang redul (dull sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal.
Gigi multiroted akan menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal
(Miloro, 2004)

Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan sonde pada
area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak. Nyeri yang
diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika
gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa
terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital (Tarigan, 1994).

Probing
Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan
alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva,
kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman,
dkk, 1995).

Tes mobilitas – depresibilitas


Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di
sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Tes
mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan
menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Hasil tes
mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan
gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan
bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan lebih besar
dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan
menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns
dan Cohen, 1994).

Tes vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi
masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman, dkk, 1995).
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju
karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
-Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll maupun
rubber da
-Mengeringkan gigi yang akan dites.
Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
-Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
-Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri tajam
yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau
pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon
dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau
mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes
dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).

Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat
dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta
perca merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa. Kemudian gutta perca
dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal
gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri
yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya
respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).
Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang
digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak
merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan
tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke saluran
akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi
sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).
Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini
dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan
menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta
gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak
boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat
pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi
dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi,
karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini
terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak
dengan jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan
baterai habis (Grossman, dkk, 1995).
3. resesi gingiva
Resesi gingiva adalah terbukanya akar gigi oleh karena bergesernya gingiva ke arah
apikal, hal ini sering menimbulkan masalah. Resesi gingiva dapat terjadi lokal
ataumenyeluruh pada semua gigi, yang mengakibatkan dentin hipersensitif dan rentan
terhadap karies. Hal lain yang timbul adalah masalah estetik, terutama bila resesi terjadi
pada gigi anterior. Perawatan resesi gingiva bermacam-macam, tergantung dari keparahan
dan penyebab resesi
4. goyang derajat 3
Menurut Fedi dkk, kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitu
kegoyangan sedikit lebih besar dari normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan ke arah
apikal.
5. kalkulus
Menurut Carranza, kalkulus gigi merupakan plak gigi yang telah termineralisasi yang
menutupi permukaan gigi asli dan gigi tiruan. Hampir sama dengan Carranza, Wilkins juga
mendefinisikan kalkulus gigi sebagai deposit keras hasil mineralisasi plak gigi yang terbentuk
pada mahkota klinis gigi asli atau gigi tiruan atau pada protesa gigi lainnya.
Kalkulus adalah dental plak yang telah mengalami mineralisasi.29 Pembentukan kalkulus
terjadi dalam tiga tahap, yaitu pembentukan pelikel, maturasi plak, dan mineralisasi plak
menjadi kalkulus.1
Plak yang lunak akan menjadi keras akibat presipitasi garam mineral, 1-14 hari setelah
pembentukan plak.29 Tidak semua plak akan mengalami kalsifikasi. Plak pada awalnya
mengandung sejumlah kecil material anorganik yang akan bertambah seiring dengan
perkembangan plak menjadi kalkulus. Mikroorganisme tidak selalu berperan penting dalam
pembentukan kalkulus karena kalkulus juga bisa terbentuk pada gigi yang tidak memiliki
plak berisi bakteri.
Kalsifikasi dimulai dari pengikatan ion kalsium ke komplek karbohidrat- protein pada
matriks organik dan presipitasi kristal garam kalsium fosfat. Mineralisasi terdiri dari
pembentukan kristal hidroksiapatit, octocalcium phosphate, whitlockite, dan brushite,
masing-masing dengan pola perkembangannya khasnya. Kalsifikasi dimulai sepanjang
permukaan bagian dalam plak supragingiva dan pada plak subgingiva yang berbatasan pada
gigi. Dalam 24-72 jam, kalsifikasi dari pusat-pusat yang terpisah akan membesar dan
menyatu, membentuk deposit padat dari kalkulus. Kalkulus terdiri dari lapisan- lapisan yang
dipisahkan oleh kutikula tipis yang akan menyatu selama proses kalsifikasi.
Saliva merupakan sumber terjadinya mineralisasi bagi kalkulus supragingiva, sedangkan
serum transudat yang disebut gingival crevicular fluid merupakan sumber mineral bagi
kalkulus subgingiva. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kalkulus dari tahap plak
lunak menjadi termineralisasi sekitar 10 hari hingga 20 hari, dengan waktu rata-rata 12 hari,
sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah maksimum pembentukan kalkulus
adalah 10 minggu hingga 6 bulan.
Waktu yang diperlukan untuk mengawali kalsifikasi dan jumlah dari akumulasi kalkulus
berbeda-beda pada setiap orang tergantung kecenderungan individu dalam membentuk
kalkulus, derajat kekasaran permukaan gigi, dan kebiasaan tiap orang dalam menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya. Berdasarkan perbedaan tersebut, tiap orang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai heavy, moderate, atau slight calculus, atau bahkan non-calculus
formers.
6. sisa akar (Gangren radiks)
Gangren radiks adalah tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan akar gigi yang tertinggal
merupakan jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembangbiakan bakteri.
Gangren radiks dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang tidak sempurna.
Gejala yang didapat dari gangrene bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian
terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan.
Pada inspeksi sudah tidak terlihat lagi bagian dari mahkota gigi,. Pada gangren radiks, tidak
dilakukan pemeriksaan sondasi dan CE, pada perkusi tidak menimbulkan nyeri

7. karies
merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang mengalami proses kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya
interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet, terutama komponen
karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat
dan asetat. Yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya
bahan organik akibat terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan
terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri dapat berkembang ke
jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi
8. cetak anatomis
yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan sebagainya dalam garis
besarnya.
9. cetak fungsional
Yaitu cetakan dari rahang dimana batas selaput lender yang bergerak dan tidak bergerak
harus diperhatikan.
10. penetapan gigit
Berfungsi untuk memperoleh kondisi ideal rahang atas dan rahang bawah di dalam
rongga mulut dengan memproyeksikannya keluar mulut. Beberapa istilah yang digunakan
dalam menentukan penetapan gigit, diantaranya:
Vertical relations = D.V = relasi vertikal = tinggi gigit
Horisontal relations = relasi horisontal = letak gigit
Orientation relations = hubungan rahang terhadap sendi rahang

A. Pre Extractio Record


Yaitu: penetapan tinggi gigit dilakukan sebelum gigi-gigi yang masih ada akan
dicabut (indikasi pencabutan). Pencatatan tinggi gigit sebelum pencabutan sangat membantu
dalam menetapkan dimensi vertikal oklusal pada penderita tak bergigi.
Cara pengukutan dengan menggunakan :
Profile radiographs
Menggunakan foto rongent kepala penderita dari arah samping yang dibuat pada
saat gigi-gigi dalam keadaan oklusi/ setelah gigi dicabut, dilakukan foto rongent
kembali kemudian diukur / dibandingkan
Potret wajah (Profile photographs)
Membuat potret wajah dari arah samping dengan menggunakan kamera, gigi
oklusi maksimal diperbesar diukur anatomical landmark dibandingkan hasil
pengukuran anatomical lanmark penderita

B. Post Extraction Record


Penetapan gigit dilakukan setelah gigi diekstraksi atau pasien dalam keadaan tak
bergigi.
Tahapan Penetapan Gigit :
1. Persiapan
a. Lempeng dan galengan gigit
b. Kesejajaran bidang oklusal, gal. gigit dari arah depan dengan garis interpupil dan
dari arah samping sejajar bidang champer (tragus alanasi)
2. Menetapkan relasi vertikal
3. Menetapkan relasi horisontal
4. Mencatat relasi sentrik

Anda mungkin juga menyukai