Anda di halaman 1dari 12

[DENTISTRY LIFE NOTE] Basis

Gigi Tiruan Akrilik
posted in dentist-try, Uncategorized by nilakhurinin

 Apa itu Basis Gigi Tiruan?


Basis gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan
merupakan tempat melekatnya anasir gigi tiruan. Berbagai macam bahan telah
digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan seperti kayu, tulang, keramik, logam,
logam aloi dan beberapa jenis polimer.

Basis gigi tiruan dapat dibuat dari logam atau non logam, namun sampai saat
ini kebanyakan basis gigi tiruan terbuat dari bahan non logam terutama polimer.Bahan
basis gigi tiruan polimer yang paling umum digunakan adalah resin akrilik atau disebut
polimetil metakrilat.

 Apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan?


Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu logam dan non logam.
a. Logam
Bahan logam yang digunakan sebagai basis gigi tiruan pada umumnya berupa
aluminium kobalt, logam emas, aluminium dan stainless steel.3 Meskipun bahan logam
memiliki kekuatan yang baik, tahan terhadap fraktur dan abrasi, tetapi bahan ini
mempunyai kelemahan seperti pembuatannya memerlukan biaya yang mahal serta
estetis yang kurang.
b. Non-Logam
Basis non logam dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Thermo-hardening

Bahan basis thermo-hardening adalah bahan basis yang mengalami perubahan kimia
dalam proses dan pembentukan. Hasil dari produk tersebut berbeda dari bahan dasar
setelah selesai diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan dengan panas ataupun
dibentuk ulang. Contoh bahan thermo-hardening adalah fenol-formaldehid, vulkanit, dan
resin akrilik.

Bahan fenol-formaldehid lebih dikenal dengan Bakelite, awalnya ditemukan pada


penggunaan di bidang perindustrian. Pada tahun 1924, bahan ini mulai diperkenalkan
sebagai salah satu bahan pembuatan basis gigitiruan, namun mempunyai beberapa
kelemahan seperti dapat terjadi perubahan warna, estetis yang kurang, sulit direparasi,
memiliki kekuatan impak yang rendah, serta lebih sulit dalam pembuatannya.

Vulkanit merupakan bahan pertama yang paling banyak digunakan untuk memproduksi
basis gigi tiruan. Bahan ini terbuat dari karet yang mengandung 32% sulfur dan oksida
logam untuk memberikan warna.3 Akan tetapi, bahan ini mempunyai kekurangan dalam
hal estetis, mengabsorpsi saliva serta dapat menyebabkan stomatitis.

Resin akrilik (polimetil metakrilat) adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil
metakrilat yang berulang. Menurut American Dental Association (1974), resin akrilik
dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Resin akrilik polimerisasi panas ; resin yang polimerisasinya dengan bantuan


pemanasan. Pada umumnya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan

b. Resin akrilik swapolimerisasi ; komposisi resin ini sama dengan polimerisasi panas
kecuali cairannya mengandung bahan aktivator yang polimerisasinya dapat berlangsung
pada suhu kamar. Resin ini disebut juga self cured autopolimeryzing, atau bahan yang
diaktivasi secara kimia
Thermo-hardening resin akrilik memiliki sifat porositas dan penyerapan air yang tinggi,
perubahan volumetrik, mudah fraktur serta mempunyai kandungan sisa monomer.

2. Thermo-plastic

Bahan thermo-plastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia dalam
proses pembentukannya. Produk yang dihasilkan serupa dengan bahan dasar, hanya
saja terjadi perubahan dalam bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dengan panas dan
dibentuk menjadi bentuk yang lain. Jenis bahan dari kelompok ini yang digunakan
sebagai bahan basis gigi tiruan antara lain : seluloid, selulosa nitrat, resin vinil, nilon,
polikarbonat, dan resin akrilik.

Seluloid mulai diperkenalkan pada tahun 1869. Pada awal penggunaan, bahan ini
mempunyai sifat estetis yang baik. Namun seiring berlalunya waktu, bahan ini kurang
diminati karena terjadinya perubahan warna, serta mudah menimbulkan stain karena
sifat porositas yang dimiliki.
Bahan vinil diperkenalkan sebagai bahan basis gigitiruan pada tahun 1932. Sifat umum
resin ini memenuhi syarat basis gigitiruan, tetapi ketahanan yang rendah terhadap fatik,
sering menyebabkan masalah fraktur beberapa waktu setelah pemakaian. Menjelang
akhir tahun 1960an, mulailah dikembangkan bahan vinil-akrilik. Kelebihan dari bahan ini
yaitu sedikit penyerapan air, sehingga meningkatkan ketahanan terhadap fatik dan
impak. Namun, kekurangan yang dimiliki, yaitu modulus elastisitas yang rendah serta
penghantar panas yang rendah.
Polikarbonat adalah rantai polimer dari bisphenol-A carbonat. Bahan ini cukup populer
dan banyak digunakan dalam kedokteran gigi sejak dahulu sebagai mahkota sementara.
Bahan ini cukup kuat, tahan terhadap fraktur dan fleksibel. Tetapi, polikarbonat tidak
dapat menahan tekanan oklusal sehingga tidak dapat mempertahankan dimensi vertikal
dalam jangka waktu yang lama.
Thermo-plastic akrilik mempunyai ketahanan terhadap fraktur, kekuatan tekan,
fleksibilitas yang baik, serta sedikit kandungan sisa monomer. Tetapi bahan ini tidak
dapat mempertahankan dimensi vertikal dalam waktu yang lama. Contoh dari thermo-
plastic akrilik adalah Flexite M.P. yang diperoleh dari campuran khusus polimer dan
mempunyai kekuatan impak tertinggi dibandingkan bahan jenis akrilik lainnya.
Nilon adalah nama generik dari termoplastik polimer, dan pertama kali digunakan
sebagai basis gigitiruan pada tahun 1950an. Bahan ini mempunyai ketahanan impak
yang tinggi, akan tetapi bahan ini memiliki kelemahan yaitu dapat terjadi perubahan
warna serta dapat menyerap air.

 Bagaimana sifat resin akrilik?


Resin aklilik mempunyai beberapa sifat yaitu sebagai berikut :
a. Curing Shrinkage
Ketika monomer metil metakrilat berpolimerisasi akan terjadi perubahan kepatadan.
Perubahan kepadatan menyebakan shrinkage polimerisasi sebesar 21 %. Umunya
perbadinga powder-liquid adalah sebesar 3–3,5 :1 (vol ) atau 2,5 :1 (berat). Pada proporsi
adonan akrilik ini akan terjadi Shrinkage sebesar 7%. Hal ini disebabkan karena resin
akrilik selama ini menunjukkan shrinkage yang terdistribusi merata disetiap permukaan
basis sehingga tidak begitu mempengaruhi adaptasi basis mukosa.
b. Strength (Kekuatan )
Kekuatan resin akrilik tergantung dari komposisi resin, teknik prosesing, dan lingkungan
gigi tiruan itu sendiri. Resin akrilik mempunyai modulus elastisitas yang relatif rendah
yaitu 2400 Mpa, oleh karena itu basis tidak boleh kurang dari 1 mm.
c. Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah
mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik.
Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu shrinkage
porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai gelembung yang
tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity
terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi terutama pada
protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.
d.Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absorbsi

air dan temperatur tinggi.


e. Crazing
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin, hal ini disebabkan karena adanya
tensile stress, sehingga terjadi pemisahan barat molekul.
f. Fraktur
Gigi tiruan yang tidak sesuai karena desain yang tidak baik dapat menyebabkan daya
fleksural yang berkelanjutan sehingga terjadi fatigue dan akhirnya menyebabkan gigi
tiruan fraktur.
g. Radiologi
Akrilik tidak dapat dideteksi dalam foto karena sifat radiolusensinya. Ini disebabkan
karena atom C,H,O yang terdapa dalam alrilik melemahkan, menyerap sinar x- ray. Hal
ini akan meyulitkan jika terjadi kecelakaan dimana ada bagian akrilik yang tertelan atau
tertanam di dalam jaringan lunak.
h. Reaksi alergi
Sangat jarang pasien yang mengalami reaksi alergi akibat kontak dengan resin akrilik
yang berasal sdari gigi tiruan. Kebanyakan kasus yang dilaporkan adalah akibat dari gigi
tiruan yang tidak bersih dan gigi tiruan yang tidak sesuai kedudukanya dalam rongga
mulut sehingga mengakibatkan trauma pada jaringan lunak mulut, tetapi banyaknya
residual monomer yang terdapat pada basis resin akrilik yang tidak mengalami
polimerisasi secara sempurna akan mengakibatkaniritasi pada jaringan mulut pasien.
i. Penyerapan air
Resin akrilik meyerap air secara peerlahan dengan nilai equilibrium absorpsi 2 – 2,5 %
aka terjadi setelah 6 bulan atau lebih tergantung dari ketebalan basis. Peyerapan air ini
akan menyebabkan perubahan dimensiomnal, tetapi hal ini adalah tidak signifikan dan
biasanya bukan merupakan penyebab utama ketidak sesuaian gigi tiruan.
j. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul polimer yang tinggi yaitu 500.000
– 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul polimer ini akan
bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah berpolimerisasi dengan benar.
Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan lainnya oleh gaya Van der Waals dan
ikatan antarrantai molekul. Bahan yang memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan
rantai molekul yang lebih banyak dan mempunyai kekakuan yang besar dibandingkan
polimer yang memiliki berat molekul yang lebih rendah.
k. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah
baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi
sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu,
larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan
protesa.

Selain itu ada juga sifat lainnya yaitu:


• Cukup elastic dan bila terdapat klamer maka cukup rigid atau keras terhadap
tekanan  kunyah
•  Dapat menyesuaikan diri dengan cairan mulut
•  Tidak mengiritasi jaringan mulut,
•  Tidak beracun
•  Tidak berasa dan tidak barbau
•  Tidak berubah warna
• Mudah dipolish

 Bagaimana syarat resin akrilik yang dapat digunakan dalam kedokteran gigi?
Syarat Resin Akrilik Dalam Kedokteran Gigi
1. Pertimbangan biologis → Tidak berbau, tidak berasa, tidak toksik dan tidak mengiritasi
jaringan mulut.
2. Sifat fisik memiliki kekuatan terhadap tekan gigit atau pengunyahan, tekanan
benturan, keausan, kestabilan dimensi.
3. Sifat estetik → Menunjukkan translusensi dan tidak berubah warna setelah
pembentukan.
4. Tahan abrasi, mudah direparasi dan dibersihkan
5. Biokompabilitas dengan jaringan lunak mulut
6. Biaya ekonomis dan mudah dalam manipulasi

 Apa saja komposisi resin akrilik?


Komposisi dari resin akrilik yaitu :
A. Powder
• Polimer poly ( methyl methacrylate). Baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi
methyl methacrilate daslam air maupun partikel ayng tidak teratur bentuknya yang
diperoleh dengan cara menggerinda batangan polimer.
• Initiator peroksida ; berupa 0,2-0,5% benzoyl peroksida.
• Pigmen ; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer
1. Titanium atau Zinc Oksida
2. Opaficer
3. Dibutil Ptalat
4. Plasticizers
5. Nilon, akrilik
6. Serat Sintetik
B. Cairan
• Monomer methyl methacrylate
• Stabilizer ; sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya
polymerisasi selama penyimpanan.
• AktivatorDimetil-P-Toluidine Zat activator ini umumnya golongan amina organic,
dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier.
• Inhibitor Hidroquinon
• Cross linking agent: Etilene Glikol Dimetakrilat. Agen cross-linked dapat berfungsi
sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer. Apabila
etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan ke dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk
yang mana merupakan suatu struktur disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini
memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas
dan penyerapan air.

Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
• Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator
seperti dimethyl paratoluidin.
• Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak mudah
dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara
dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar.
• Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %.
• Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira 80%
dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih
ringan.
• Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured karena
bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian. Pada
pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured mempunyai deformasi
awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih cepat kembali dibandingkan
dengan bahan self cured.
• Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar dapat terjadi
penguningan setelah beberapa lama.

 Apa saja klasifikasi dari resin akrilik?


Pada dasarnya, dari semua tipe resin akrilik memiliki tujuan sama dalam awal reaksinya
yakni untuk mengaktifkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu muatan listrik
netral dimana di dalamnya terkandung atom-atom yang tidak berpasangan. Radikal ini
merupakan hasil pemanasan benzoil peroksida yang digunakan sebagai inisiator.
A. Heat Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Panas)
Pada resin jenis ini, energy thermal diperoleh dari proses perendaman akrilik di dalam
air, selain itu juga diperoleh dari proses perebusan. Resin ini memiliki komposisi bubuk
atau powder berupa polimethyl metakrilat dengan tambahan inisiator berupa benzoil
peroksida. Disamping juga ada liquid atau cairan berupa methyl metakrilat yang di
dalamnya terkandung sedikit kandungan hydroquinone yang ditambah dengan glikol
dimetakrilat sebagai bahan ikat silang.
Kelebihan dari heat cured acrylic adalah nilai estetis unggul dimana warna hasil akhir
akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, resin akrilik ini
tergolong mudah dimanipulasi dan harga terjangkau. Sedangkan jika dilihat dari segi
kekurangan heat cured acrylic adalah daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong
rendah, fleksibilitas juga masih rendah dan hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi
penyusutan volume.
B. Self Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Berbeda dengan heat cured acrylic, self cured acylic menggunakan activator berupa
cairan kimia. Cairan kimia yang
digunakan adalah dari golongan amin tersier biasanya adalah dietil paratuloidin. Jenis ini
memang tidak sesempurna tipe I karena residu monomer yang terbentuk dari proses
polimerisasi dan manipulasi lebih banyak. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan
mengatur suhu dan waktu manipulasi secara tepat.
Kelebihan dari tipe ini adalah mudah dilepaskan dari kuvet, fleksibilitas lebih tinggi dari
tipe I, pengerutan volumeakhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini
tergolong kurang sempurna. Sedang kekurangannya adalah elastisitas dari tipe ini
tergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat
mengiritasi jaringan rongga mulut, dandari segi ekonomis lebih mahal.
C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Cahaya)
Cahaya yang dapat digunakan sebagai activator pada resin akrilik jenis ini adalah sinar
UV dengan panjang gelombang 290-4—nm dan sinar tampak dengan panjang gelombang
400-700 nm. Pada proses manipulasi resin akrilik jenis ini, ditambahkan bahan inisiator
berupa champorquinon.
Kelebihan dari resin akrilik jenis ini adalah penyusutan saat polimerisasi rendah, hasil
akhir manipulasinya dapat dibentuk dengan baik dan resin ini dapat dimanipulasi dengan
peralatan sederhana. Kekurangan dari resin akrilik ini adalah elastisitas dari resin akrilik
ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak jaringan rongga mulut.
D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik teriaktivasi Kimia)
Activator pada resin akarilik ini adalah gelombang mikro dimana gelombang ini membuat
molekul bergerak secara merata dan
seimbang ke segala arah sehingga hasil akhir dari resin akrilik ini lebih sempurna dari
yang lain. Hal tersebut disebabkan karena hamper semua monomer beraksi sehingga
proses polimerisasinya sempurna.
Kelebihan dari jenis resin akrilik ini adalah waktu pemanasan yang dibutuhkan dari resin
ini lebih singkat, perubahan warna kecil, sisa monomer lebih sedikit karena
polimerisasinya lebih sempurna. Kekurangan dari resin jenis ini yakni resin akrilik ini
masih dapat menyerap air, selain itu harga cukup mahal karena peralatan manipulasinya
canggih.
 Bagaimana manipulasinya?

Manipulasi Heat Cured Acrylic Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan
sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan
volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup
dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga
tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan
sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang berasal dari perbandingan
monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer,
maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.Pencampuran polymer dan monomer harus
dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya
(mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal.
Bila polymer dan monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila ditarik
akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas
meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan
adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer
yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.

Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan
getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.Waktu
dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat
mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam
tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih
singkat.
Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic
Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan acrylic.
Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam yang
biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu
diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould
seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis
(dough stage). Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi di
dalam gips sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan
cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic. Sewaktu melakukan
pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
– Cetakan terisi penuh.

- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan
cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama polimerisasi
terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam cetakan.
Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity. Ruang cetak diisi
dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat dan
padat, maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat hydraulic bench press.
Sebaiknya pengepresan dilakukan dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi
penuh dan padat.
Cara pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga cetak,
kemudian kedua bagian kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan.
Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic dipotong dengan pisau
model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi 1200
psi. Kelebihan acrylic dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan
tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet diambil
dan dipindahkan pada begel.Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian
(packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau
boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan
kecepatan peningkatan suhu/temperature.
Metode pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode
pemasakan resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm
diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga mencapai
temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian temperaturnya
ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan
dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel
dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan selama 20 menit),
api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel
dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api segera
dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara perlahan-
lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan acrylic yang
menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan
akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol
perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap, maka
berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya polimerisasi
dan terjadi porositas pada permukaan acrylic.

Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya jumlah monomer adalah:


1. Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
2. Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
3. Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%.
Pemasakan pada temperature yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat akan
menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak
dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-
sfat optic acrylic. Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak
geleembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic) dan gaseous porosity
(berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang
tebal dan jauh dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya
crazing (retak) pada permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng
menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer. Retak juga dapat terjadi oleh karena
pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama pada proses
reparasi.
Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan
denture yang menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan
menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke
dalam acrylic sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka
dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture
porselen atau bahan lain seperti klamer dengan landasan denture acrylic;retak-retak
dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer
berkontak dengan resin dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama
pemakaian.

 Apa saja aplikasi Resin Akrilik Di Kedokteran Gigi?


a. Sebagai bahan restorasi
Kelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi, aplikasi mudah
setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat
halus dan mengkilat.
b. Sebagai sendok cetak
Sendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering
disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-cured resin.
Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi
sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil selama pasca
polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel bubuk selama proses pengasahan.
c. Sebagai alat ortodonsi lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat akrilik
berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung
mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold
curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit
namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing
polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu
pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik
lepasan dan untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi
dalam pembuatan.
d. Sebagai reparasi
Bahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat-cured.
e. Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan yang
biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan
energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas
yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining
itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan
antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan
dibentuk dengan teknik molding tekanan.
f. Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan
adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer
lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih
sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250
kN/m pada suhu 40-50oC.

About these ads

Anda mungkin juga menyukai