Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

HUBUNGAN PENYAKIT SISTEMIK DENGAN BAKTERI RONGGA


MULUT

SEMESTER GENAP

BLOK FUNGSI SISTEM STOMATOGNASI

TAHUN AKADEMIK GENAP 2017-2018

Dosen Pebimbing :

Drg. Izzata Barid., M. Kes

NIP:196805171997022001

Disusun Oleh :

Yohanes Chanditama Fevian Mahendra

NIM : 171610101110

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 1

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2

2.1 Hubungan Penyakit Sistemik dengan Bakteri Rongga Mulut........ 2

BAB III PENUTUP ……………………………………………………….. 9

3.1 Simpulan ……….....…………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 10

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Hubungan Penyakit Sistemik dengan Bakteri
Rongga Mulut” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Serta harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 3 April 2018

` Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rongga mulut merupakan tempat hidup baketri aerob dan anaerob.
Organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam plak
gigi, cairan sulkus gingiva mucus membran, dorsum lidah, saliva, dan mukosa
mulut. Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka
waktu cukup lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh,
yang kemudian dapat menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan gejala klinis
pada bagian tubuh yang lain. Contohnya, tetanus yang disebabkan oleh suatu
pelepasan dari eksotoksin yang berasal dari infeksi lokal. Teori tentang fokal
infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana akan
mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi, skeletal dan
sistem saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme atau toksin
yang dapat berasal dari gigi, akar gigi, atau gusi yang terinfeksi.
Menurut W.D Miller (1890), seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama
telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama
bagian pulpa dan periodontal. Organisme yang berasal dari mulut tersebut
dapat menyebar ke daerah sinus (termasuk sinus darah kranial), saraf pusat dan
perifer, sistem kardiovaskuler, mediastinum, paru-paru dan mata. Penyebaran
infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui beberapa
cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi melalui
aliran limfatik (limfogen), perluasan infeksi dalam jaringan, dan penyebaran
dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan penyakit sistemik dengan bakteri rongga mulut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengkaji hubungan penyakit sistemik
dengan bakteri rongga mulut?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Penyakit Sistemik dengan Bakteri Rongga Mulut


Rongga mulut dapat menjadi sebuah tempat awal dari diseminasi
organisme patogenik ke lokasi tubuh lain, terutama pada orang yang
mengalami gangguan sistem pertahanan tubuh seperti pasien yang menderita
keganasan, diabetes, atau reumatoid artritis atau mengonsumsi kortikosteroid
atau terapi imunosupresif lainnya. Tingkat bakteri pada plak gigi dapat
mencapai angka lebih dari 1011 mikroorganisme per mg. Infeksi jaringan
endodontal dan periodontal pada manusia berhubungan dengan adanya
mikroflora yang kompleks, dengan ditemukannya sekitar 200 spesies (pada
periodontitis apikalis) dan lebih dari 500 spesies (pada periodontitis
marginalis). Infeksi ini didominasi oleh bakteri anaerobik, dengan batang
gram-negatif menjadi yang paling banyak diisolasi. Kedekatan anatomi
mikroflora ini dengan aliran darah dapat memfasilitasi terjadinya bakteremia
dan penyebaran sistemik dari produk, komponen, dan kompleks imun bakteri.
Di dalam rongga mulut terdapat beberapa sawar/barrier untuk mencegah
penetrasi bakteri dari plak gigi ke jaringan, yaitu sawar fisik yang terbentuk
oleh permukaan epitel; defensins, yang merupakan antibiotik peptida turunan
inang, dalam epitel mukosa mulut; sawar elektrik yang merefleksikan
perbedaan Eh antara sel inang dan lapisan mikrobial; sawar imunologi dari sel
pembentuk-antibodi; dan sawar fagosit berupa sistem retikuloendotelial. Dalam
kondisi normal, sistem sawar ini bekerja bersama untuk menghambat dan
menghilangkan bakteri yang dapat masuk ke jaringan. Ketika kondisi
keseimbangan ini terganggu oleh adanya pelanggaran pada fisik (trauma),
sistem elektrikal (hipoksia), atau sawar imunologi (neutropenia, AIDS, atau
terapi imunosupresan) maka organisme dapat menyebar dan menyebabkan baik
infeksi akut dan kronis dengan peningkatan frekuensi dan keparahan. Dengan
kesehatan mulut dan perawatan gigi yang normal, dari seluruh bakteria
fakultatif hanya sedikit yang dapat mencapai aliran darah. Namun, dengan
kebersihan mulut yang buruk, jumlah bakteri yang berkoloni di dalam mulut,

2
terutama supra gingivalis, dapat meningkat 2 sampai 10 kali lipat 6 sehingga
memungkinkan masuknya bakteri ke jaringan dan aliran darah, menyebabkan
peningkatan prevalensi dan memperberat bakteremia.
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung
melalui beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen),
transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan infeksi dalam jaringan,
dan penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya
atau teraspirasinya materi infektif .

A. Transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen)


Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya
merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan
kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke
dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin
meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya
organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang
berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid
yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan
vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan
edema menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada
daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung
dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam
mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon
perlawanan terhadap infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir
melalui vena jugularis internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat
membuat sedikit kerusakan. Namun, saat berada di dalam darah, organisme
yang mampu bertahan dapat menyerang organ manapun yang kurang resisten
akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.

B. Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)


Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya
dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan
mudah menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat

3
anastomosis pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir.
Akan tetapi anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.
Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:

Sumber infeksi KGB regional

Gingiva bawah Submaksila

Jaringan subkutan bibir bawah Submaksila, submental, servikal


profundus

Jaringan submukosa bibir atas dan Submaksila


bawah

Gingiva dan palatum atas Servikal profunda

Pipi bagian anterior Parotis

Pipi bagian posterior Submaksila, fasial

Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi


penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai kepala atau
leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh
lainnya. Weinmann mengatakan bahwa inflamasi gingiva yang menyebar
sepanjang sisi krista alveolar dan sepanjang jalur pembuluh darah ke sumsum
tulang. Ia juga menyatakan bahwa inflamasi jarang mengenai membran
periodontal. Kapiler berjalan beriringan dengan pembuluh limfe sehingga
memungkinkan absorbsi dan penetrasi toksin ke pembuluh limfe dari
pembuluh darah.

C. Peluasan langsung infeksi dalam jaringan


Perluasan langsung infeksi terjadi melalui tiga cara, yaitu:
 Perluasan di dalam tulang tanpa pointing
Area yang terkena terbatas hanya di dalam tulang, menyebabkan
osteomyelitis. Kondisi ini terjadi pada rahang atas atau yang lebih sering pada

4
rahang bawah. DI rahang atas, letak yang saling berdekatan antara sinus
maksila dan dasar hidung menyebabkan mudahnya ketelibatan mereka dalam
penyebaran infeksi melalui tulang.

 Perluasan di dalam tulang dengan pointing


Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi
perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak
dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses
bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai
mata dan menyebabkan edema di mata. Di rahag bawah, pointing dari infeksi
menyebabkan abses bukal. Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar
mulut dapat ikut terlibat atau pusa terdorong ke posterior sehingga membentuk
abses retromolar atau peritonsilar.

 Perluasan sepanjang bidang fasial


Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya
yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta
karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga
infeksi dapat menurun.

D. Penyebaran ke traktus gastrointestinal dan pernapasan


Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat
menimbulkan tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung.
Aspirasi produk septik dapat menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau
pneumonia. Absorbsi limfogenik dari fokus infeksi dapat menyebabkan
adenitis akut dan selulitis dengan abses dan septikemia. Penyebaran hematogen
terbukti sering menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.
Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran
napas atas dan menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral
juga dapat memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya
tuberkulosis dan diabetes mellitus. Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang
tanpa kerusakan yang jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang
normal. Suatu tipe pneumonia dapat disebabkan oleh aspirasi material infeksi,
terutama pada kelainan periodontal yang lanjut. Juga telah ditunjukkan bahwa

5
tuberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal dan
flap gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain
dapat memperburuk TB paru yang sudah ada, juga dapat menambah systemic
load, yang menghambat respon tubuh dalam melawan efek kaheksia dari
penyakit TB tersebut. Mendel telah menunjukkan perjalanan tuberkel basilus
dari gigi melalui limfe, KGB submaksila dan servikal tanpa didahului ulserasi
primer. Tertelannya material septik dapat menyebabkan gangguan lambung
dan usus, seperti konstipasi dan ulserasi.

Berikut adalah manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut akibat


bakteri:
a. Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini adalah penyebab penyakit
diphteria . Diptheria adalah penyakit menular, infeksi akut yang ditemukan
pada anak-anak dan hanya ditemukan pada dewasa di waktu musim dingin.
Klebs-Loeffer bacillus- Corynebacterium diphtheriae makin bertambah saat
memasuki saluran pemapasan bagian atas. Biasanya ditularkan melalui
"droplet" yang terinfeksi atau kontak langsung. Aspek di mulut adalah
bercak "diptheritic membrane dimulai dari tonsil dan kadang-kadang
membesar menutupi seluruh permukaan palatum. Sudah
ditemukan/diobservasi pada sisi mukosa bukal gigi yang barn tumbuh. Sisi
palatum yang lunak ada kemungkinan benar-benar lumpuh. Bila infeksi
menyebar, maka laring akan dapat tertutup oleh "pseudo-membrane".
Bagian tersebut akan membiru (odematus) yang akan menyumbat
mekanisme pernafasan dan akibatnya pasien akan mati lemas.

b. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebabkan penyakit


tuberkulosis. Penyakit ini berawal dari bagian paru-paru., tetapi luka akibat
tbc dapat terjadi di daerah rongga mulut. Biasanya ditemukan pada daerah
dasar lidah dan ditemukan saat autopsi. Dokter gigi dapat tertular oleh
penyakit ini dan biasanya akan terjadi luka pada jari tangan dapat hanya
permukaan saja ataupun lukanya dalam tetapi dengan rasa sakit seperti
kalau terjadi sakit pada ulser (=udun). Sangat mudah terjadi kesalahan
diagnosa klinis antara bentuk ulser atau.bahkan carcinoma.

6
c. Mycobacterium leprae. Bakteri ini menyebabkan penyakit infeksi kronis
yang disebut Leprosy (Hansen's disease). Penyakit ini diketahui sedikit
menular. Sebelumnya mencapai proporsi epidemik tetapi sekarang hanya
endemik saja di bagian di dunia ini. Luka mulut terdiri atas tumor yang kecil
seperti hanya benjolan yang disebut lepromas, yang berkembang dibagian
atas lidah, bibir ataupun palatum. Selebihnya hiperplasi gingiva dapat terjadi
dengan terlepasnya gigi geligi. Histopatologi: Inflamasi granulomatous
dimana makrophage dengan multinucleated giants cells sangat dominant.
Acid fast bacilli dapat ditemukan diantara makrophage dan paling bagus
dengan pengecatan Fite.

d. Bacillus anthracis. Bakteri ini menyebabkan penyakit antrax. Penyakit ini


secara esensial merupakan penyakit pada hewan sapi dan domba, tapi dapat
mengenai manusia melalui kontak langsung dengan hewan. Spesies bakteri
ini mempunyai spora yang sangat resisten dan dapat hidup didalam tanah
selama beberapa tahun. Spora tersebut memasuki tubuh melalui mulut
ataupun lewat mukosa usus atau bahkan melalui pernafasan. Masa inkubasi
sangat pendek, sehari atau dua hari dan penyakit keras ini mengakibatkan
kefatalan pada domba atau sapi dalam satu atau dua jam atau tidak lebih dari
sehari. Penularan pada daerah mulut bisa terjadi karena penggunaan sikat
gigi yang tidak steril yang terbentuk oleh luka lepuhan yang sudah
terkontaminasi oleh spora antrax. Pada beberapa kasus, bagian palatum yang
keras terinfeksi menyebabkan bengkak dan mengeluarkan buih. Pasien
menjadi demam dan daerah yang terkena akan mengalami odematous
dimana palatum dan tulang alveolus menjadi rusak / terganggu. Pada kasus
ini gigi-geligi akan tumbuh diluar batas tanpa dukungan tulang.

e. Streptococcus beta hemoliticus. Bakteri ini menyebabkan penyakit yang


disebut sebagai scarlatina, penyakit yang terjadi awalnya pada anak-anak
dimusim dingin. Spesies bakteri ini mampu menghasilkan erythrogenic
toxin. Sesudah kontak awal diikuti masa inkubasi 3-5 hari lalu adanya
pembesaran nodes limphaticus cervicalis. Manifestasi pada mulut dikenal
dengan istilah "stomatitis scarlatina". Bagian palatum bisa kongesti dengan

7
tenggorokan kemerahan. Awal penyakit ini ditandai dengan lidah yang
terlapisi oleh jamur bewarna putih. Secara klinis kits sebut "strawbery
tongoe", tetapi lapisan penutup ini akan cepat hilang dan organ akan
menjadi merah sekali dan tampak mengkilat (glistening) dan halus. Pada
beberapa kasus, bagian mukosa bukal dan palatum memperlihatkan ulserasi
tetapi pada kasus yang biasa dalam 7-10 hari lidah akan kembali normal.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Fokal infeksi merupakan asal mula dan penyebab berkembangnya penyakit
sistemik, terutama penyakit periodontal di permukaan marginal maupun apical,
jumlah bakteri pada infeksi jaringan periodontal apical mencapai 200 macam
dan pada infeksi jaringan periodontal marginal mencapai 500 macam atau lebih
dan umumnya bakteri gram negatif. Ada beberapa macam penyakit sistemik
yang mempunyai hubungan langsung Fokal infeksi disebabkan oleh infeksi
kronis di suatu tempat (gigi) toxin, bakteri sisa-sisa dari kotoran maupun
mikroba penginfeksi dari gigi menyebar ke tempat lain di tubuh seperti ginjal,
jantung, mata, kulit. Menembus masuk kedalam aliran darah. Melalui suatu lesi
(kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma mekanis, misalnya pada tindakan
pencabutan gigi, penyebarannya percontinuitatum ke daerah- daerah sekitarnya
dan sistemik sebagai fokus infeksi dengan kelainan gigi dan jaringan
penyangga gigi. sepefii penyakit kardiovaskular, alergi, penyakit asthma hay
fever anemia, diabetes mellitus, arthritis, kanker kandung kemih dll.

9
DAFTAR PUSTAKA

Daniel m. Laskin, D.D.S., M.S., ; Oral and Maxillofacial Surgery, Vol. 1, The
C.V. Mosby Company, St. Louis-Toronto- London; 1980; p 108-178

Genco, KL, 1996, Current View of Risk Factors of Periodontal Disease, J


Periodontal, 67 :1041 - 1049

Glurich, L, Grossi, S., Albini, B, Ho, A, 2002, Systemic Inflammation in


Cardiovascular and Periodontal Disease : Study J. Am. Microbiology.

Kinane, DE, 1998, periodontal Disease, contribution to cardiovascular Disease:


An Overview of Potential Mecahnism, J. Anna] Periodontal, 3:142-150.

Li, X.,Koolveit , K.M., Tronstad, dan Olsen, L ,2000, Systemic Disease caused by
oral infection, Clin, Microbial Rev, 13:547-558

10

Anda mungkin juga menyukai