Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH TENTANG

” INFEKSIUS LARINGOTRACHEATIS “

DISUSUN OLEH :
NAMA : ROLIAMY SAPUTRI
NIM : 2102101010174
MATA KULIAH : PENYAKIT INFEKSIUS II

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Mahdi Abrar, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Infeksius laryngitracheitis” .
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Penyakit Infeksius II. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Infeksius laryngitracheitis’’ bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepadaBapak Prof. Dr. Mahdi Abrar,
M.Sc. selaku dosen mata kuliah Penyakit Infeksius II yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
yang saya tekuni.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Banda Aceh,
03 Maret 2023

Roliamy Saputri
2102101010174
Daftar Isi
BAB I ............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PERUMUSAN MASALAH.............................................................................. 5
2.1 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
2.2 Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
3.1 Pengertian Infeksius Laringotracheatis ........................................................ 6
3.2 Perubahan Patologik ..................................................................................... 7
3.2.1 Perubahan Makroskopik ....................................................................... 7
3.2.2 Perubahan Mikroskopik ........................................................................ 7
3.3 Penyebab Penyakit ......................................................................................... 8
3.4 Gejala Penyakit .............................................................................................. 9
3.5 Penularan Penyakit ...................................................................................... 10
3.6 Diagnosa Laboratorium dan Diagnosa Banding ......................................... 12
3.7 Pengobatan, Pengendalian, dan Pencegahan .............................................. 12
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
4.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Di Indonesia, peranan unggas terutama ayam, baik ayam ras maupun bukan
ras dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani seperti telur dan daging bagi
masyarakat sangat besar. Oleh sebab itu, industri peternakan unggas terutama
ayam perlu senantiasa ditingkatkan kinerjanya, sehingga dapat berproduksi
secara optimal.

Kesehatan ternak merupakan bagian tak terpisahkan dari usaha


peningkatan produksi ternak, karena produktivitas ternak hanya dapat dicapai
secara optimal apabila ternak dalam keadaan sehat. Oleh karena itu kontrol
kesehatan unggas merupakan prasyarat tercapainya target produksi yang optimal.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan
masih terdapat beberapa kendala berupa penyakit unggas, di antaranya adalah
penyakit virus yang sangat menular, yaitu penyakit Infectious Laryngotracheitis
(ILT).

Penyakit infectious laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit infeksius


pada saluran pernafasan atas pada unggas yang disebabkan oleh virus infeksious
laryngotracheitis yang termasuk dalam familli herpesviridae. Klasifikasi lebih
lanjut virus penyebab penyakit infeksious laryngotracheitis kedalam sub-familli
Alpha-herpesvirinae. Virus ILT (infectious laryngotracheitis) pertama kali
diisolasi oleh beadudette pada tahun 1930, tetapi baru pada 1963 berhasil
dikarakterisasi sebagai virus herpes (Wibowo dan Asmara, 2002).

ILT merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang dicirikan


dengan kesulitan bernafas menjulurkan leher karena kesulitan bernafas,
konjungtivitis, adanya inflamasi yang mengelilingi membrab mata. Virus Herpes
mampu hidup 8-10 hari pada leleran, <70 hari didalam karkas, kemudian dapat
hidup lebih dari 80 hari pada eksudat (trachea atau saluran pernafasan) dalam
kondisis alami. Penyakit ini berlangsung 2-6 minggu dalam flok, dan lebih lama
dibandingkan (hemoragic tracheitis) (iritasi pada mata).
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

2.1 Rumusan Masalah

1. Apa Itu Laringotracheitis Infeksius?

2. Apa Saja Faktor Risiko Laringotracheitis Infeksius?

3. Bagaimana Cara Mencegah Laringotracheitis Infeksius?

4. Apa Saja Pengobatan Laringotracheitis Infeksius?

5. Apa Saja Komplikasi Laringotracheitis Infeksius?

2.2 Tujuan

1. Mengetahu pengertia Laringotracheitis Infeksius

2. Mengetahui apa saja Faktor Risiko Laringotracheitis Infeksius

3. mengetahui Cara Mencegah Laringotracheitis Infeksius

4. mengetahui beberapa cara Pengobatan Laringotracheitis Infeksius

5. Memahami Komplikasi Laringotracheitis Infeksius


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Infeksius Laringotracheitis

Infectious laryngotracheitis Adalah penyakit menular pada unggas yang


menimbulkan gangguan terutama pada saluran pernapasan. Pada awal
kejadianpenyakit, bulu secara mendadak rontok yang berlangsung selama 1-3 hari.
Ayam ngorok, batuk dan bernapas dengan susah payah sehingga leher sebentar-
sebentar di julurkan.

Infectious Laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit pernafasan yang


bersifat akut dan sangat menular pada unggas. Virus ini mengandung asam
Dioxyribonucleid acid (DNA), berbentuk ikosahedral, mempunyai envelope
dengan ukuran 195–250 nm dan hanya memiliki satu serotipe. Nucleocapsid dari
virus Gallid herpes berdiameter 80-100 nm dan disusun oleh 162 capsomer.
Serangan penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan berat yang
disertai muntah darah, kematian, penurunan berat badan serta penurunan produksi
(Indriani et al., 2004).

Infectious laryngotracheitis (ILT, LT) merupakan suatu penyakit viral pada


ayam yang dapat bersifat akut ataupun ringan, yang tersifat oleh adanya kesulitan
bernafas (bernafas dengan mulut sambil menjulurkan leher) dan adanya eksudat
bercampur darah yang berasal dari trakea dan keluar melalui hidung ataupun
mulut.Penyakit ini mempunyai arti ekonomik yang penting sehubungan dengan
adanya ILT bentuk ganas yang menyebabkan mortalitas yang tinggi dan
penurunan produksi sel.

Penyakit berjalan sangat cepat, masa inkubasi 6-10 hari. Angka kematian
5-70%, biasanya berkisar 10-20% dengan angka kesakitan 90-100%. Ayam yang
terserang dapat mati atau sembuh setelah 2 minggu. Pada ayam petelur, produksi
telur menurun sampai 10-20%. Produksi kembali normal dalam jangka waktu 4
minggu.
3.2 Perubahan Patologik

3.2.1 Perubahan Makroskopik

Perubahan makroskopik bervariasi menurut derajad keparahan dari


penyakit. Lesi yang terlihat biasanya terbatas pada saluran pernapasan bagian atas,
terutama trakea. Bentuk berat ditandai oleh adanya eksudat kaseus, selaput
difterik, mukus dan perdarahan didalam trakea, yang kerap kali menyumbat daerah
laring dan syring. Trakea kerap kali sangat kongestif dan sianotik. Bentuk ringan
ditandai oleh adanya mukus yang berlebihan dengan / tanpa sejumlah kecil eksudat
difteritik didalam trakea. Lubang hidung biasanya mengalami keradangan dan
berisi eksudat kaseus. Terlihat juga adanya konjungtivitis. Kadang – kadang
ditemukan adanya eksudat kaseus dan difteritik didalam jaringan orofaring.

Lesi ini dapat dikelirukan dengan Fowl pox dan difisiensi vitamin A. Paru
dan kantong udara jarang terkena ; paru dapat mengalami kongesti dan kantung
udara dapat menebal dan tertutup oleh eksudat kaseus. Bentuk perakut ditandai
oleh adanya perdarahan dan bekuan darah didalam trakea (pada bagian tertentu
atau seluruhnya); dapat juga trakea hanya terisi oleh mukus yang ternoda oleh
darah ; bronki primer dapat juga menunjukkan lesi yang sama dengan trakea.

3.2.2 Perubahan Mikroskopik

Perubahan mikroskopik bervariasi sesuai dengan stadium dari penyakit.


Pada stadium awal akan ditemukan adanya kebengkakan sel, diikuti oleh adnya
silia dan edema selular. Setelah 2 – 3 hari akan terlihat adanya infiltrasi limfosit,
heterofil dan sel plasma di dalam mukosa dan submukosa. Selanjutnya akan diikuti
oleh nekrosis epitel dan hemorrhagik. Jika proses penyakit melanjut maka infiltrasi
sel radang akan makin ekstensif. Lesi yang karakteristik untuk ILT adalah
pembentukan benda inklusi intranuklear, yang hanya dapat diamati selama
beberapa hari sebelum terjadi deskuamasi epitel. Perubahan tersebut sangat parah
pada trakea dan laring.
3.3 Penyebab Penyakit

Infectious laryngotracheitis disebabkan oleh herpesvirus grup A yang


termasuk famili herpesviridae, subfamili Alphaherpesvirinae. Uji netralisasi virus
(VN) dan immunofluorescence menunjukkan bahwa struktur antigenik dari
berbagai isolat virus ILT bersifat homogenus, namun dengan analisis
endonuklease restriksi terdapat perbedaan dalam profil DNA. Belakangan ini
beberapa peniliti melaporkan adanya variasi antigenik yang bersifat minor dari
berbagai galur virus ILT. Virulensi virus ILT asal lapangan perlu dibedakan
dengan virus ILT dalam vaksin aktif oleh karena kenyataanya beberapa galur
vaksin dapat menimbulkan reaksi pasca vaksinasi yang mirip dengan vaksin alami.

Berbagai metode setelah dikembangkan untuk membedakan galur virus


vaksin ILT dan virus ILT asal lapangan, misalnya menggunakan indeks mortalitas
pada telur ayam bertunas, analisis endonuklease restriksi dan klon fragmen DNA.
Virus ILT dapat dikembangkan di dalam telur ayam bertunas, kultur jaringan yang
berasal dari hati dan ginjal, embrio ayam dan ginjal ayam (Menendez et al., 2014).

Virus ini akan inaktif dalam waktu 10 – 15 menit, pada temperatur 55 0 C


dan akan mati dalam waktu 48 jam pada temperatur 35 0 C, jika disimpan dalam
kaldu. Virus ILT dalam trakea dari karkas ayam akan mati dalam waktu 44 jam
pada temperatur 37 0 C dan dalam waktu 10 hari pada temperatur 13 – 23 0 C.

di dalam selaput khorio allantois virus ini akan mati dalam waktu 5 jam
pada temperatur 25 0 C. larutan 3 % kresol atau 1 % soda akan menginaktivasi
virus ILT kurang dari 1 menit.Sehubungan dengan sifat – sifat virus tersebut, maka
pada dasarnya virus tersebut tidak bertahan lama diluar tubuh ayam, namun
ketahanan virus tersebut dalam tubuh ayam yang bertindak sebagai carrier
merupakan faktor penting yang menyebabkan kasus ILT dapat ditularkan secara
periodik dalam satu peternakan atau daerah.
3.4 Gejala Penyakit

Penyakit berjalan secara perakut, akut, mild atau asymtomatik. Pada


bentuk perakut, ayam ditemukan mati tanpa adanya gejala. Prodromal atau tiba-
tiba sesak nafas dengan beberapa kali batuk dan mengeluarkan eksudat berupa
lendir yang tercampur darah atau titik darah, di ikuti kematian pada 1-3 hari
kemudian. Pada bentuk akut , terlihat sesak nafas tetapi tidak terjadi secara tiba-
tiba seperti pada kasus perakut. Adanya penyumbatan trachea oleh eksudat
menyebabkan ayam susah bernafas , menjulurkan lehernya terengah –engah, paruh
terbuka dan bersin-bersin. Kadang-kadang terlihat adanya kotorandi hidung.
Terjadi conjunctivitis , mata berair dan keluar air mata. Ayam mengalami cyanosis
pada muka dan jengger. Biasanya ayam mati 3- 4 hari kemudian.

Pada bentuk yang ringan telihat batuk ringan ,mengibaskan kepalanya,


mengeluarkan eksudat dari hidung dan mata. Conjungtivitis dan mata berair. Pada
ayam yang sedang bertelur dapat menurunkan produksi telur. ILT akut kadang
terlihat adanya eksudat berbusa dari kantung mata. Lendir kental dalam jumlah
yang sangat banyak menyumbat saluran nafas. Secara alamiah ayam berusaha
mengeluarkan lendir tersebut dengan batuk. Ayam batuk dan menggeluarkan
massa putih kekuningan yang kadang-kadang bercampur darah. Massa ini sering
menempel pada bagian-bagian kandang dan merupakan sumber penularan
penyakit. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalm 1 gram lendir berdarah
tersebut terdapat 1 milyar virus (Ou dan Giambrone, 2012).

Selaput lendir trachea mula-mula mengalami penebalan dan terjadi


pembentukan lendir kental sehingga ayam sukar bernafas . reaksi ini timbul kira-
kira 5 hari setelah infeksi. Lama kelamaan selaput lendir mengalami perlukaan
sehingga lendir kental menjadi bercampur darah. Pada kasus ILT yang parah akan
terbentuk massa perkejuan yang menyebab kan penyumbatan pada trakea.
3.5 Penularan Penyakit

Penyakit akan terjadi jika partikel yang mengandung virus masuk kedalam
tubuh ayam melalui saluran pernafasan . sumber penularan adalah ayam sakit
terutama melalui gumpalan darah , lendir yang di batukan. Ayam yang telah
sembuh dapat menjadi pembawa penyakit selama 2 tahun. Penularan secara
langsung melaui penghisapan ke seluruh pernapasan atau masuknya virus melalui
conjungtivitas mata. Peralatan kandang dan hewan liar yang tercemar virus
tersebut kea yam sehat.

Virus ILT terutama ditemukan dalam eksudat yang berasal dari hidung,
oropharynk, trachea dan mungkin juga konjungtiva. Pintu masuk virus ILT yang
alami adalah melalui saluran pernapasan bagian atas dan okular. Infeksi melalui
oral dapat juga terjadi, walaupun rute infeksi seperti ini juga membutuhkan suatu
kontak dengan epitel kavum nasi setelah menelan bahan yang mengandung virus
tersebut.

Penularan virus ILT lebih cepat jika sumber penyakit berasal dari ayam
yang terinveksi secara akut dibandingkan dengan ayam yang bertindak sebagai
carrier dalam penyakit ini. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung
melalui kontak secara langsung dengan ayam sakit, jaringan ayam sakit, carrier
ataupun karkas yang mengandung virus ILT. Penularan tersebut dapat juga terjadi
secara tidak langsung melalui kandang ayam yang terserang ILT, alat atau
perlengkapan peternakan, makanan atau minuman, pekerja atau kendaraan yang
tercemar ILT.

Vaksin ILT aktif yang dilemahkan kerap kali merupakan sumber penularan
penyakit ini. Leleran dari hidung atau ekspektoran dari mulut dapat mencemari
udara dan masuk ke saluran pernapasan bagian atas lalu diikuti oleh replikasi virus
yang intensif. Beberapa peneliti melaporkan bahwa virus ILT yang bersifat
infeksius biasanya ditemukan dalam jaringan trakea dan leleran tubuh dalam
waktu 6 – 8 hari pasca infeksi. Bukti tentang adanya fase viremia selama dan
setelah periode tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebaran virus ILT di luar
trakea terjadi melalui ganglion trigeminus dalam waktu 4 – 7 hari setelah lesi
trakea terlihat pada 40 % ayam yang diinfeksi dengan virus ILT viruen.

Aktivasi kembali virus ILT yang laten dari ganglion trigeminus dapat
ditemukan dalam waktu 15 bulan setelah kelompok ayam yang mengalami infeksi
laten tersebut divaksinasi terhadap ILT. Ekskresi kembali virus ILT dari kelompok
ayam yang terinfeksi secara laten dapat juga terjadi setelah stres, misalnya akibat
pindah kandang dan pada fase produksi awal.

Gambaran utama infeksi saluran pernapasana oleh ILT yang bersifat


persisten tidak tampak secara klinis. Tingkat terjadinya carrier setelah letupan
suatu kasus ILT adalah sekitar 2% – 50 % selama periode 16 bulan. Penularan
melalui telur yang tercemar virus ILT pada bagian luar maupun dalam tidak terjadi
oleh karena embrio yang terinfeksi virus ini telah mati sebelum menetas.

Ayam yang sembuh dari infeksi virus ILT atau ayam yang divaksinasi
dengan vaksin ILT aktif dapat mengalami infeksi laten atau menjadi carrier. Dalam
hal ini ayam yang kelihatan sehat dapat mengeluarkan virus ILT secara periodik
dalam jangka waktu yang lama ; mungkin selama beberapa tahun. Intensitas
ekskresi virus ILT dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor stres, misalnya
transportasi pada ayam, stres sosial atau awal produksi telur.

Ayam sakit yang bertahan hidup akan mengeluarkan virus ILT dalam
jumlah yang banyak dan merupakan sumber penularan penyakit yang sangat
penting, terutama pada stadium awal dari infeksi ketika tingkat replikasi virus
masih tinggi sekali. Jika ayam – ayam tersebut dicampur dengan ayam lain yang
sensitif, maka penularan peyakit akan terjadi dengan mudah.
3.6 Diagnosa Laboratorium dan Diagnosa Banding
1. Isolasi dan identivikasi virus
2. Pemeriksan serologis
3. agar gel diffution test
4. fluorescent antibody test
5. virus neutralization (uv) test
6. enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)

Pemeriksaan histopatologi selaput lendir trakea pada masa awal kejadian


penyakit. Infectious laryngotracheatis sering di kelirukan dengan penyakit cacar,
ND , IB ,avian influenza, aspergilosis dan infectious coryza.

3.7 Pengobatan, Pengendalian, dan Pencegahan

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Usaha yang dapat
di lakukan adalah menjaga supaya kondisi badan cepat membaik dan
meningkatkan nafsu makan dengan memberikan vita stress. Sedangkan usaha
untuk mencegah infeksi sekunder dapat dilakukan dengan memberikan therapy,
doxyvet, ampivol, coliquin, doxytin , neo medritil, respiratrek, dan kolidrin ( pilih
salah satu dan berikan sesuai aturan pakai). Jika umur masih muda dan serangan
masih awal dapat dipertimbangkan untuk vaksinasi.

Pemberian antibiotik / antibakteri hanya bertujuan mengobati infeksi


sekunder oleh karena bakteri. Disamping itu, perlu juga dilakukan rehabilitasi pada
jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin. Sanitasi / desinfeksi perlu
ditingkatkan untuk mencegah meluasnya infeksi pada kandang atau flok lainya.
Jika diagnosis ILT diperoleh pada stadium awal dari kasus maka vaksinasi pada
ayam yang belum terinfeksi mungkin dapat memberikan perlindungan terhadap
infeksi virus ILT. Vaksinasi mengunakan vaksin ILT.

Program vaksinasi pada ayam pedaging dan ayam jantan umur 2-3
minggu. Untuk ayam petelur dan ayam pembibit :

 Pada daerah peternakan denagan rasio terkena ILT yang rendah, vasksinasi
dilakukan pada umur 10-16 minggu.
 Pada daerah peternakan denagn resiko terserang ILT tinggi , vaksinasi
dilakukan pada umur 6-7 minggu dan di ulang pada 16-17 minggu.

Vaksinasi di lakukan dengan cara tetes mata . vaksinasi ILT mengunakan


cara tetes mata akan menyebabkan radang dan pembengkakan pada selaput mata.
Reaksi post vaksinasi ini normal terjadi yang merupakan tanda bahwa tubuh ternak
berespon terhadap vaksin (Natih et al., 2022). Reaksi ini akan berlangsung dalm
waktu 3 hari. Agar reaksi post vaksinasi tidak menjadi parah ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan :
 Ayam tidak di vaksin ND aktif atau IB aktif dalm waktu minggu sebelum di
vaksin ILT.
 Pemberian vaksin dilakukan dengan benar sehingga setiap ekor ayam
menerima dosis yang seragam
 Tidak terdapat factor imunosupressant.
 System pemeliharaan all in all out.
 Ayam benar-benar dalam kondisi sehat saat di lakukan vaksinasi.
 Kandang tidak mengandung ammonia yang tinggi.
 Berikan vita stress 3 hari sebelum dan sesudah vaksinasi.

Pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen


lainnya secara optimal diperlukan untuk menghilangkan faktor pendukung sumber
infeksi virus ILT. Tindakan pencegahan perlu dilakukan dengan jalan sanitasi /
desinfeksi yang ketat
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infectious Laryngotrachitis (ILT) Adalah penyakit menular pada unggas
yang menimbulkan gangguan terutama pada saluran pernapasan. Infectious
laryngotracheitis disebabkan oleh herpesvirus grup A yang termasuk famili
herpesviridae, subfamili Alphaherpesvirinae. Penyakit berjalan secara perakut,
akut,”mild” atau asymtomatik. Pada bentuk perakut, ayam ditemukan mati tanpa
adanya gejala. Penyakit akan terjadi jika partikel yang mengandung virus masuk
kedalam tubuh ayam melalui saluran pernafasan. sumber penularan adalah ayam
sakit terutama melalui gumpalan darah , lendir yang di batukan. Vaksinasi di
lakukan dengan cara tetes mata . vaksinasi ILT mengunakan cara tetes mata akan
menyebab kan radang dan pembengkakan pada selaput mata. ada obat yang dapat
menyembuhkan penyakit ini. Usaha yang dapat di lakukan adalah menjaga supaya
kondisi badan cepat membaik dan meningkatkan nafsu makan dengan
memberikan vitamin.

4.2 Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dari dunia medis veteriner
sehingga ditemukan sebuah langkah untuk meminimalisir penyakit yang
disebabkan oleh virus ini. Selain itu adanya penyuluhan ke pihak peternak akan
memudahkan Penekakan kejadian penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA

Indriani, R., Hamid, H., Adjid, R. M. A. dan Saepulloh, M. uji patogenesitas dan
imunogenitas isolate lapang virus Infectious laryngotracheitis. JITV. 9(2):
122-127.
Menendez, K. R., Garcia, M., Spatz, S. dan Tablente, N. L. (2014). Molecular
epidemiology of Infectious laryngotracheitis: a review. Journal Of Avian
Pathology, 43(2): 109-117.
Natih, K. K. N., Rahayuningtyas, I., Alam, J. dan Hidayanto, N. K. (2022).
Pengujian mutu vaksin Infectious laryngotracheitis (ILT) dalam rangka
pemantauan dibeberapa provinsi di Indonesia tahun 2021. Jurnal Buletin
Pengujian Mutu Hewan, 31(2): 72-77.
Ou, S. C. and Glambrone, J. J. (2012). Ifectious laryngotracheitis virus in chicken.
World Journal Virol, 1(5): 142-149.
Wibowo, M. H. dan Asmara, W. (2002). Isolasi propogasi agen penyebab penyakit
dari kasus terdiagnosa penyakit Infectious laryngotracheitis (ILT) pada
telur ayam berembrio. Jurnal Sains Veteriner, 10(2):52-57.

Anda mungkin juga menyukai