” INFEKSIUS LARINGOTRACHEATIS “
DISUSUN OLEH :
NAMA : ROLIAMY SAPUTRI
NIM : 2102101010174
MATA KULIAH : PENYAKIT INFEKSIUS II
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Mahdi Abrar, M.Sc
Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Infeksius laryngitracheitis” .
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Penyakit Infeksius II. selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Infeksius laryngitracheitis’’ bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepadaBapak Prof. Dr. Mahdi Abrar,
M.Sc. selaku dosen mata kuliah Penyakit Infeksius II yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
yang saya tekuni.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Banda Aceh,
03 Maret 2023
Roliamy Saputri
2102101010174
Daftar Isi
BAB I ............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II PERUMUSAN MASALAH.............................................................................. 5
2.1 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
2.2 Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 6
3.1 Pengertian Infeksius Laringotracheatis ........................................................ 6
3.2 Perubahan Patologik ..................................................................................... 7
3.2.1 Perubahan Makroskopik ....................................................................... 7
3.2.2 Perubahan Mikroskopik ........................................................................ 7
3.3 Penyebab Penyakit ......................................................................................... 8
3.4 Gejala Penyakit .............................................................................................. 9
3.5 Penularan Penyakit ...................................................................................... 10
3.6 Diagnosa Laboratorium dan Diagnosa Banding ......................................... 12
3.7 Pengobatan, Pengendalian, dan Pencegahan .............................................. 12
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
4.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Di Indonesia, peranan unggas terutama ayam, baik ayam ras maupun bukan
ras dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani seperti telur dan daging bagi
masyarakat sangat besar. Oleh sebab itu, industri peternakan unggas terutama
ayam perlu senantiasa ditingkatkan kinerjanya, sehingga dapat berproduksi
secara optimal.
PERUMUSAN MASALAH
2.2 Tujuan
Penyakit berjalan sangat cepat, masa inkubasi 6-10 hari. Angka kematian
5-70%, biasanya berkisar 10-20% dengan angka kesakitan 90-100%. Ayam yang
terserang dapat mati atau sembuh setelah 2 minggu. Pada ayam petelur, produksi
telur menurun sampai 10-20%. Produksi kembali normal dalam jangka waktu 4
minggu.
3.2 Perubahan Patologik
Lesi ini dapat dikelirukan dengan Fowl pox dan difisiensi vitamin A. Paru
dan kantong udara jarang terkena ; paru dapat mengalami kongesti dan kantung
udara dapat menebal dan tertutup oleh eksudat kaseus. Bentuk perakut ditandai
oleh adanya perdarahan dan bekuan darah didalam trakea (pada bagian tertentu
atau seluruhnya); dapat juga trakea hanya terisi oleh mukus yang ternoda oleh
darah ; bronki primer dapat juga menunjukkan lesi yang sama dengan trakea.
di dalam selaput khorio allantois virus ini akan mati dalam waktu 5 jam
pada temperatur 25 0 C. larutan 3 % kresol atau 1 % soda akan menginaktivasi
virus ILT kurang dari 1 menit.Sehubungan dengan sifat – sifat virus tersebut, maka
pada dasarnya virus tersebut tidak bertahan lama diluar tubuh ayam, namun
ketahanan virus tersebut dalam tubuh ayam yang bertindak sebagai carrier
merupakan faktor penting yang menyebabkan kasus ILT dapat ditularkan secara
periodik dalam satu peternakan atau daerah.
3.4 Gejala Penyakit
Penyakit akan terjadi jika partikel yang mengandung virus masuk kedalam
tubuh ayam melalui saluran pernafasan . sumber penularan adalah ayam sakit
terutama melalui gumpalan darah , lendir yang di batukan. Ayam yang telah
sembuh dapat menjadi pembawa penyakit selama 2 tahun. Penularan secara
langsung melaui penghisapan ke seluruh pernapasan atau masuknya virus melalui
conjungtivitas mata. Peralatan kandang dan hewan liar yang tercemar virus
tersebut kea yam sehat.
Virus ILT terutama ditemukan dalam eksudat yang berasal dari hidung,
oropharynk, trachea dan mungkin juga konjungtiva. Pintu masuk virus ILT yang
alami adalah melalui saluran pernapasan bagian atas dan okular. Infeksi melalui
oral dapat juga terjadi, walaupun rute infeksi seperti ini juga membutuhkan suatu
kontak dengan epitel kavum nasi setelah menelan bahan yang mengandung virus
tersebut.
Penularan virus ILT lebih cepat jika sumber penyakit berasal dari ayam
yang terinveksi secara akut dibandingkan dengan ayam yang bertindak sebagai
carrier dalam penyakit ini. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung
melalui kontak secara langsung dengan ayam sakit, jaringan ayam sakit, carrier
ataupun karkas yang mengandung virus ILT. Penularan tersebut dapat juga terjadi
secara tidak langsung melalui kandang ayam yang terserang ILT, alat atau
perlengkapan peternakan, makanan atau minuman, pekerja atau kendaraan yang
tercemar ILT.
Vaksin ILT aktif yang dilemahkan kerap kali merupakan sumber penularan
penyakit ini. Leleran dari hidung atau ekspektoran dari mulut dapat mencemari
udara dan masuk ke saluran pernapasan bagian atas lalu diikuti oleh replikasi virus
yang intensif. Beberapa peneliti melaporkan bahwa virus ILT yang bersifat
infeksius biasanya ditemukan dalam jaringan trakea dan leleran tubuh dalam
waktu 6 – 8 hari pasca infeksi. Bukti tentang adanya fase viremia selama dan
setelah periode tersebut belum diketahui secara pasti. Penyebaran virus ILT di luar
trakea terjadi melalui ganglion trigeminus dalam waktu 4 – 7 hari setelah lesi
trakea terlihat pada 40 % ayam yang diinfeksi dengan virus ILT viruen.
Aktivasi kembali virus ILT yang laten dari ganglion trigeminus dapat
ditemukan dalam waktu 15 bulan setelah kelompok ayam yang mengalami infeksi
laten tersebut divaksinasi terhadap ILT. Ekskresi kembali virus ILT dari kelompok
ayam yang terinfeksi secara laten dapat juga terjadi setelah stres, misalnya akibat
pindah kandang dan pada fase produksi awal.
Ayam yang sembuh dari infeksi virus ILT atau ayam yang divaksinasi
dengan vaksin ILT aktif dapat mengalami infeksi laten atau menjadi carrier. Dalam
hal ini ayam yang kelihatan sehat dapat mengeluarkan virus ILT secara periodik
dalam jangka waktu yang lama ; mungkin selama beberapa tahun. Intensitas
ekskresi virus ILT dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor stres, misalnya
transportasi pada ayam, stres sosial atau awal produksi telur.
Ayam sakit yang bertahan hidup akan mengeluarkan virus ILT dalam
jumlah yang banyak dan merupakan sumber penularan penyakit yang sangat
penting, terutama pada stadium awal dari infeksi ketika tingkat replikasi virus
masih tinggi sekali. Jika ayam – ayam tersebut dicampur dengan ayam lain yang
sensitif, maka penularan peyakit akan terjadi dengan mudah.
3.6 Diagnosa Laboratorium dan Diagnosa Banding
1. Isolasi dan identivikasi virus
2. Pemeriksan serologis
3. agar gel diffution test
4. fluorescent antibody test
5. virus neutralization (uv) test
6. enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Usaha yang dapat
di lakukan adalah menjaga supaya kondisi badan cepat membaik dan
meningkatkan nafsu makan dengan memberikan vita stress. Sedangkan usaha
untuk mencegah infeksi sekunder dapat dilakukan dengan memberikan therapy,
doxyvet, ampivol, coliquin, doxytin , neo medritil, respiratrek, dan kolidrin ( pilih
salah satu dan berikan sesuai aturan pakai). Jika umur masih muda dan serangan
masih awal dapat dipertimbangkan untuk vaksinasi.
Program vaksinasi pada ayam pedaging dan ayam jantan umur 2-3
minggu. Untuk ayam petelur dan ayam pembibit :
Pada daerah peternakan denagan rasio terkena ILT yang rendah, vasksinasi
dilakukan pada umur 10-16 minggu.
Pada daerah peternakan denagn resiko terserang ILT tinggi , vaksinasi
dilakukan pada umur 6-7 minggu dan di ulang pada 16-17 minggu.
4.2 Saran
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dari dunia medis veteriner
sehingga ditemukan sebuah langkah untuk meminimalisir penyakit yang
disebabkan oleh virus ini. Selain itu adanya penyuluhan ke pihak peternak akan
memudahkan Penekakan kejadian penyakit ini
DAFTAR PUSTAKA
Indriani, R., Hamid, H., Adjid, R. M. A. dan Saepulloh, M. uji patogenesitas dan
imunogenitas isolate lapang virus Infectious laryngotracheitis. JITV. 9(2):
122-127.
Menendez, K. R., Garcia, M., Spatz, S. dan Tablente, N. L. (2014). Molecular
epidemiology of Infectious laryngotracheitis: a review. Journal Of Avian
Pathology, 43(2): 109-117.
Natih, K. K. N., Rahayuningtyas, I., Alam, J. dan Hidayanto, N. K. (2022).
Pengujian mutu vaksin Infectious laryngotracheitis (ILT) dalam rangka
pemantauan dibeberapa provinsi di Indonesia tahun 2021. Jurnal Buletin
Pengujian Mutu Hewan, 31(2): 72-77.
Ou, S. C. and Glambrone, J. J. (2012). Ifectious laryngotracheitis virus in chicken.
World Journal Virol, 1(5): 142-149.
Wibowo, M. H. dan Asmara, W. (2002). Isolasi propogasi agen penyebab penyakit
dari kasus terdiagnosa penyakit Infectious laryngotracheitis (ILT) pada
telur ayam berembrio. Jurnal Sains Veteriner, 10(2):52-57.