Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

KEPERAWATAN KRITIS

KEPERAWATAN A
KELOMPOK 1

Ilmy Limyah
Sri Wahyuni
Mulyana Anwar
Rahmawati Anwar
Nurul Awaliah
Megawati Yunus

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDUN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ungkapkan kepada Allah swt. atas segala rahmat dan
hidayah yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan dengan baik yang membahas tentang Pneumoia. Selanjutnya,
salawat dan salam kami sanjungkan kepada Rassulullah Saw. Beserta keluarga
dan para sahabat Beliau yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan
ke alam penuh ilmu pengetahuan. Kami berterima kasih pada dosen pembimbing.
Selaku dosen mata kuiah Keperaatan Kritis yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita Pneumonia yang baik dan handal. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya saran, kritik, dan usulan demi
perbaikan makalah ini serta makalah yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Samata, 15 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Bab I: Pendahulua .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
Bab II: Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 2
Pencegahan primer, sekunder dan tersier pada penyakit pneumonia ................... 2
Pencegahan Primer .................................................................................................. 3

Pencegahan Sekunder ............................................................................................. 4

Pencegahan Tersiserr .............................................................................................. 5


Peran dan fungi perawat serta fungsi advokasi pada kasus kritis terkait sistem
pernapasan dengan pemyakit pneumonia .................................................................. 5
Peran serta fungsi dalam menjalankan kompetensi perawat critical care dalam
menangani pasien pneumonia ................................................................................. 6
Peran dan Fungsi advokasi perawat dalam penanganan pasien pneumonia ..... 6
Asuhan keperawatan ....................................................................................................... 5
Pengkajian .................................................................................................................. 6
Diagnosa...................................................................................................................... 6
Intervensi ................................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit yang umum terjadi pada
masyarakat, yang merupakan salah satu penyakit penyebab kematian
tertinggi pada anak-anak dan orang dewasa. Hal ini diduga karena
penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas
penatalaksanaannya belum memadai (Nugroho et al., 2011). Pneumonia
paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Patogen yang paling
umum adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzaetipe b
(Hib), dan Respiratory Syncytial Virus(RSV) (Tong, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit yang banyak terjadi di seluruh
penjuru dunia yang telah menginfeksi kira-kira 450 juta orang pertahun.
Penyakit ini menjadi penyebab utama jutaan kematian pada semua
kelompok (7% dari kematian total dunia) setiap tahun. Angka ini paling
besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 5 tahun dan dewasa
yang berusia lebih dari 75 tahun (Langke, 2016). Angka period
prevalencepneumonia atau angka penderita pneumonia pada waktu
tertentu di Indonesia cenderung meningkat dari 2,1% pada tahun 2007
menjadi 2,7% pada tahun 2013 (Depkes, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pneumonia?
2. Apa Penyebab pneumonia ?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit pneumonia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit pneumonia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER PADA


PENYAKIT PNEUMONIA
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap
kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT
(Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4
bulan.
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada
bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada
balita.Di samping itu, zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak
juga perlu mendapat perhatian.
c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan
polusi di luar ruangan.
d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
e. Memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan mengenai penyakit
pneumonia
2. Pencegahan sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan
sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga
dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral dan penambahan oksigen.
b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau
amoksilin.
3. Pencegahan tersier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak
munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk
kondisi pasien, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada
pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit
lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan.
Upaya yang dilakukan dapat berupa:
a. Melakukan perawatan yang ekstra pada pasien di rumah, beri antibiotic
selama 5 hari, anjurkan keluarga untuk tetap kontrol bila keadaan
pasien memburuk.
b. Bila keadaan pasien bertambah parah, maka segera bawa ke sarana
kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak
menimbulkan kematian.

B. PERAN DAN FUNGI PERAWAT SERTA FUNGSI ADVOKASI PADA


KASUS KRITIS TERKAIT SISTEM PERNAPASAN DENGAN
PEMYAKIT PNEUMONIA
Perawat critical care mempunyai berbagai peran formal, yaitu :
1. Bedsite nurse  peran dasar dari keperawatan kritis. Hanya mereka
yang selalu bersama klien 24 jam, dalam 7 hari seminggu
2. Pendidik critical care  mengedukasi pasien
3. Case manager mempromosikan perawat yang sesuai dan tepat waktu
4. Manager unit atau departemen (kepala bagian)  menjadi pengarah
5. Perawat klinis spesialis  dapat membantu membuat rencana askep
6. Perawat praktisi  mengelola terapi dan pengobatan.

Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinkasikan dengan tim


mengimplementasikan rencana askep, memodifikasi rencana sesuai
kebutuhan dan respon pasien
Peran serta fungsi dalam menjalankan kompetensi perawat critical
care dalam menangani pasien pneumonia:

1. Pemberi Asuhan Keperawatan


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
pelayanan keperawatan. Perencanaan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialami.kemudian dapat di
evaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan keperawatan yang
diberikan mulai dari hal yang sederhana sampai dengan masalah yang
kompleks, Asuhan keperawatan yang diberikan yaitu:
a. Melakukan pengkajian terhadap tanda-tanda dan gejala yang
dialami oleh klien, meliputi pengkajian :
1) Data demografi
2) Riwayat masuk, klien di bawah ke Rumah Sakit setelah sesak
nafas, sianosis atau batuk-batuk disertai demam tinggi.
Kesadaran kadang menurun apabila masuk dengan disertai
riwayat kejang demam.
3) Riwayat penyakit dahulu, predileksi penyakit saluran
pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam
rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit
pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
dapat memperberat klinis penderita.
4) Pengkajian
a) Sistem integumen : kulit pucat, turgor menurun (akibat
dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit meningkat,
kemerahan
b) Sistem pulmonal : pernapasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum
banyak, pengunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat,
terdengar stridor, ronchi pada lapang paru.
c) Sistem cardiovaskuler : denyut nadi meningkat, pembulu
darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
d) Sistem neurosensoris : GCS menurun, refleks menurun/
normal, latergi
e) Sistem muskuloskeletal : tonus otot menurun, nyeri
otot/normalretraksi dan pengunaan otot aksesoris
pernafasan
f) Sisetem genitourinaria : produksi urin menurun/normal
g) Sistem digestif : konsistensi fases diare/
normal
5) Setelah melakukan pengkajian maka perawat menegakkan
diagnosa keperawatan berdasarkan hasil dari pengkajian yang
sudah dilakukan.
Contoh diagnosa yang bisa diambil yaitu : Bersihan jalan nafas
tidak efektif
6) Merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dispnue
b) Menunjukan jalan nafas yang paten
c) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
7) Langkah-langkah melaksanakan tindakan sesai dengan rencan
yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien:
a) Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction
b) Monitor status oksigen klien
c) Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Advokat
Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien
pneumonia, perawat bertugas memberikan informasi kepada
keluarga klien yang bersangkutan terhadap klien. Khususnya dalam
pengambilan keputusan atau persetujuan atas tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada klien. Yang meliputi hak atas
informasi tentang penyakit klien, hak untuk menentukan nasib
anaknya, dan hak untuk memenuhi ganti rugi akibat kelainan
tindakan.
a. Keluarga dapat menolak aturan atau tindakan yang bisa
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien
penderita pneumonia
b. Membantu klien penderita pneumonia dalam menyatakan hak-
haknya yang dibutuhkan pada saat perawatan pneumonia dan
agar klien mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya
c. Membantu klien dan keluarga dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
pneumonia
3. Edukator
Perawat membantu orang tua klien meningkatkan
pengetahuan penyakit pneumonia pada anaknya. Dengan cara
memberikan penejelasan tentang gejala penyakit pneumonia, serta
tindakan yang diberikan. Sehingga terjadi perubahan perilaku dari
orang tua klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.
Untuk meningkatkan pengetahuan orang tua klien dapat di
lakukan dengan mengadakan pendidikan kesehatan tentang
pneumonia, yang didalam pendidikan kesehatan tersebut
menjelaskan tentang pengertian penyakit pneumonia, gejala-gejala
pneumonia, pengobatan pneumonia, serta tindakan-tindakan yang
harus dilakukan kepada klien yang ketika tejadi penyakit
pneumonia.
4. Koordinator
Perawat bertugas mengarahkan, merencanakan dan
mengorganisasi pelayanan kesehatan dalam melakukan tindakan
keperawatan terhadap pneumonia. Sehingga pemberian pelayanan
kesehatan terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

Tujuan perawat sebagai koordinator :

a. Agar asuhan keperawatan untuk penderita pneumonia dapat


terpenuhi dapat terpenuhi secara efektif, efisien dan
menguntungkan klien
b. Agar pengaturan waktu dan seluruh aktivitas atau penanganan
pada klien pneumonia dapat dilaksanakan dengan baik
5. Kolaborator
Perawat bertugas melakukan tindakan kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam melakukan tindakan keperawatan
dalam melakukan pemeriksaan penunjang, maupun pemeriksaan
lainnya. Perawat dapat bekerja sama dengan dokter, fisio terapis,
ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan lain-lain. Dalam melakukan
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan selanjutnya.
a. Perawat memberikan obat kepada klien pneumonia sesuai
denkgan instruksi dokter dan pedoman pada 6B
b. Perawat memberikan asupan nutrisi sesuai dengan apa yang di
tentukan oleh ahli gizi untuk penderita pneumonia
c. Perawat berkolaborasi dengan bagian laboratorium untuk
pemeriksaan penunjang pada penderita pneumonia.
6. Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi
terdapat masalah atau tindakan perawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Peran perawat dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap
penyakit pneumonia pada anak bertugas sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah yang dihadapi oleh keluarga klien untuk tindakan
keperawatan yang diberikan. Sebagai contohnya adalah sebagai
berikut:
a) Ketika keluarga tidak mengetahui penyakit pneumonia yang
diderita klien maka perawat bertugas untuk menjelaskan
tentang penyakit pneumonia
b) Ketika keluarga bertanya tentang tindakan yang dilakukan
mengenai penyakit pneumonia maka perawat harus
menjelaskan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk
klien.
7. Pembawa perubahan
Peran sebagai pembawa perubahan dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematik
dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan terhadap klien dengan memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh perawat guna membawa
perubahan kepada klien yaitu:
a) Setelah perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien
yang menderita pneumonia diharapkan penyakit pneumonia
yang diderita oleh klien dapat teratasi dengan baik sehingga
klien dapat cepat sembuh.
b) Dengan adanya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
perawat kepada keluarga diharapkan keluarga dapat memahami
tentang penyakit pneumonia, gejala-gejala pneumonia, serta
tindakan-tindakan yang harus dilakukan kepada klien yang
mengalami pneumonia.
Peran dan Fungsi advokasi perawat dalam penanganan pasien
pneumonia

Menurut AACN menjelaskan bahwa peran perawat kritis adalah


peran advokat. AACN mendefinisikan advokat adalah menghormati dan
mendukung nilai-nila dasar, hak-hak, dan keyakinan pasien sakit kritis.
Dalam peran ini, perawat dalam menangani pasien pneumonia melakukan
beberapa hal:

1. Menghormati dan mendukung hak klien atau keluarga sebagai


pengganti pasien yg ditunjuk untuk pengambilan keputusan otonom
2. Membantu pasien pneumonia mendapatkan perawatan yg dibutuhkan
3. Menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan hak-hak pasien
4. Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau
keluarga sebagai pengganti pasien yg ditunjuk membuat keputusan.
5. Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien
6. Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien
7. Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga, dan
profesional kesehatan lainnya
8. Mengajarkan pasien selalu berserah diri kepada Allah Swt.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
b. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
1) Sputum:merah muda, berkarat
2) Perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
3) Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
4) Bunyi nafas menurun
5) Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2) Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3) Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar
suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan
ronkhi basah paasa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Pola nafas tidak efektif
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Intervensi SIKI
Diagnose Kriteria hasil Intervensi
1. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Latihan batuk
tidak efektif asuhan keperawatan Efektif:
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, 1. Observasi
sekresi yang tertahan diharapkan status a. Identifikasi
pernafasan: bersihan kemampuan
jalan nafas dapat batuk
ditingkatkan, dengan b. Monitor adanya
kriteria hasil: retensi sputum
1. Mendomonstrasikan 2. Terapeutik
batuk efektif dan a. Atur posisi semi
suara nafas bersih, fowler atau
tidak ada sianosis fowler.
dan dyspneu b. Pasang perlak
2. Menunjukkan jalan dan bengkok di
nafas yang paten pangkuan
3. Mampu pasien.
mengidentifikasi dan c. Buang sekret
mencegah faktor pada tempat
yang dapat sputum.
menghambat jalan 3. Edukasi
nafas a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
Manajemen jalan
napas:
1. Observasi
a. Monitor bunyi
napas tambahan
(mis. gurgling,
mengi,
wheezing,
ronkhi kering).
b. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Pemantauan
Respirasi:
1. Osibserv
a. Monitor
kemampuan
batuk efektif
b. Monitor adanya
produksi
sputum.
c. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan
efektif tindakan keperawatan napas:
selama ..x .. jam 1. Observasi
diharapkan pola nafas a. Monitor bunyi
pasien normal. napas tambahan
1. Mendemonstrasikan (mis. gurgling,
batuk efektif, suara mengi,
nafas yang bersih, wheezing,
tidak ada cyanosis, ronkhi kering).
dyspnea b. Monitor sputum
2. Menunjukkan jalan (jumlah, warna,
nafas yang paten aroma)
(irama nafas, tidak Pemantauan
tercekik, tidak ada respirasi:
nsuara nafas 1. Observasi
abnormal) a. Monitor
3. Tanda-tanda vital frekuensi dan
dalam rentang irama
normal kedalaman
nafas
b. Monitor jalan
napas (seperti
bradibnea,
takibnea,
hiperventilasi)
c. Monitor
kemampuan
batuk efektif
d. Monitor adanya
produksi
sputum
e. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
f. Monitor
saturasi oksigen
2. Terapeutik
a. atur interval
pemantauan
repirasi sesuai
kondisi pasien
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktifitas


berhubungan tindakan keperawatan 1. Observasi.
dengan selama 1 x 24 jam a. Indentifikasi
ketidakseimbangan diharapkan energi defisit tingakt
antara suplai dan psikologis maupun aktivitas.
kebutuhan oksigen fisiologi pasien b. Monitor respon
terpenuhi emosional fisik,
1. Berpartisipasi dalam sosial
aktifitas fisik tanpa danspiritual
disertai peningkatan terhadap
tekanan darah, nadi, aktivitas.
RR 2. Terapeutik.
2. Mempu melakukan a. Fasilitasi
aktivitas sehari-hari aktivitas fisik
secara mandiri rutin (misalnya
3. Tanda tanda vital ambulasi,
normal mobilisasi dan
4. Level kelemahan perawatan diri)
5. Mampu berpindah: sesuai
dengan atau tanpa kebutuhan.
bantuan b. Libatkan
6. Status keluarga dalam
kardiopulmonari aktivitas jika
adekuat perlu.
7. Sirkulasi status baik 3. Edukasi
Status respirasi: a. Ajarkan cara
pertukaran gas dan melakukan
ventilasi adekuat aktivitas yang
diplih
b. Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual
dalam menjaga
fungsi dan
keseatan.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
PPNI. 2018 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator
diagnostik. Edisi 1, Jakarta. DPP. PPNI
PPNI. 2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator
diagnostik. Edisi 1, Jakarta. DPP. PPNI
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai