Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ORIENTASI NEGARA, TEKNOLOGI DAN BUDAYA


KORUPSI”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan


Dosen Pengampu : Dr. Adang Djatnika, M.T

Di susun oleh :
Maulana Hamdan 1178020133
Mr. Hanif Hade 1178020142
Muhamad Fauzi Hawari 1178020148
Muhammad Amir Mahfuzh 1178020152
Muhammad Rizal Utomo 1178020161
Muhammad Zahid Zahran 1178020163
Mutiara Rahmi Fadillah 1178020166
Nabilah Anindya Sagita 1178020167
Najib Sulaeman 1178020171

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji serta Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala


karena atas segala rahmat, berkat serta karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan.
Tidak lupa sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi kita, Nabi besar, Nabi
penutup segala Nabi yakni Muhammad Shallahu’alaihi Wassallam.

Makalah ini yang berjudul “Orientasi Negara, Teknologi dan Budaya


Korupsi” bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Pembangunan,
selain dari itu juga makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan serta
meningkatkan keilmuan mengenai ilmu ekonomi serta korupsi yang menghambat
pertumbuhannya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam segala bentuk baik itu dalam bentuk materi ataupun moril. Terutama kami
sangat berterima kasih sekali kepada dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Pembangunan yakni bapak Dr. Adang Djatnika, M.T, yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami dapat lebih berfikir kritis, logis, dan sistematis terhadap keilmuan
mengenai ekonomi pembangunan lebih khusus lagi mengenai orientasi negara
dalam memberantas korupsi, teknologi yang digunakan untuk memberantas korupsi,
serta budaya korupsi dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi.

Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
kesalahan-kesalahan, kami sadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
supaya kami dapat memperbaikinya dikemudian hari.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
ISI ....................................................................................................................................... 3
A. Unsur Pemberantasan Korupsi ................................................................................ 3
B. Rintangan-Rintangan Dalam Memberantas Korupsi .............................................. 5
C. Orientasi Negara Dalam Memberantas Korupsi ..................................................... 6
D. Tekanan Masyarakat Terhadap Pemerintah Perihal Korupsi .................................. 8
E. Kebudayaan Yang Berdampak Pada Perilaku Korupsi ......................................... 10
F. Alat Bukti Korupsi ................................................................................................ 11
G. Teknologi Yang Dipakai Dalam Pemberantasan Korupsi .................................... 12
H. Pengaruh Korupsi Terhadap Pembangunan Ekonomi .......................................... 14
BAB III............................................................................................................................. 18
PENUTUP........................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu masalah yang selalu menjadi
sorotan dan sekaligus keprihatinan masyarakat,karena korupsi merupakan benalu
social yang merusak sendi-sendi struktur pemerintahan dan menjadi hambatan
paling utama dalam pembangunan.

Dalam pemberantasannya tentu tidak hanya bisa mengandalkan unsur


pemerintahan saja, melainkan semua elemen kebangsaan harus turut andil dalam
memberantas korupsi. Masyarakat juga dinilai perplu berpartisipasi dalam upaya
pemberantasan korupsi dan bersinergi bersama pemerintah bersama-sama
menumpas korupsi.

Tentunya dalam pemberantasan korupsi juga memiliki berbagai aspek yang


perlu diperhatikan oleh negara yang menuntut agar negara mampu memililih arah
orientasi atau fokus pemberantasan korupsi agar berjalan efektif dan maksimal.

Dijaman globalisasi dan serba menggunakan teknologi ini juga menuntut agar
pemerintah dapat memanfaatkan teknologi untuk memberantas koruspsi. Oleh
karenanya, makalah ini diantaranya akan membahas lebih lanjut mengenai program
pemerintah mengenai fokusnya terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia,
serta teknologi untuk membantu proses pemberantasan korupsi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana unsur pemberantasan korupsi ?
2. Seperti apa rintangan-rintangan dalam memberantas korupsi ?
3. Apa orientasi negara dalam memberantas korupsi ?
4. Bagaimana tekanan masyarakat terhadap pemerintah perihal korupsi ?
5. Seperti apa kebudayaan yang berdampak pada perilaku korupsi ?
6. Seperti apa alat bukti korupsi ?
7. Apa saja teknologi yang dipakai dalam pemberantasa korupsi ?
8. Bagaimana pengaruh korupsi terhadap pembangunan ekonomi ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai unsur pemberantasan korupsi
2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai rintangan-rintangan dalam
memberantas korupsi
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai orientasi negara dalam
memberantas korupsi
4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai tekanan masyarakat terhadap
pemerintah perihal korupsi
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai kebudayaan yang berdampak
pada perilaku korupsi
6. Untuk mengetahui dan memahami mengenai apa alat bukti korupsi
7. Untuk mengetahui dan memahami mengenai teknologi yang dipakai dalam
pemberantasa korupsi
8. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengaruh korupsi terhadap
pembangunan ekonomi

2
BAB II

ISI

A. Unsur Pemberantasan Korupsi


Dalam pemberantasan korupsi tentunya membutuhkan unsur atau elemen
pendukung agar kegiatan pemberantasan korupsi dapat berjalan secara efektif.
Pada intinya elemen atau unsur yang benar-benar dibutuhkan adalah dari elemen
pemerintah dan juga elemen masyarakat, dimana kedua elemen tersebut terbagi
lagi menjadi beberapa bagian seperti berikut :

1. Elemen Pemerintah
a) Instrumen Hukum
Upaya pemerintah dilaksanakan melalui berbagai kebijakan, dimulai
dari yang paling mendasar yaitu Undang-Undang Dasar 1945 sampai
kepada peraturan yang paling spesifik seperti Undang-Undang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
b) Lembaga yang Berwenang
Selain dari aspek hokum yang telah disinggung diatas, pemerintah juga
membentuk komisi-komisi yang berhubungan langsung dengan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi seperti Komisi
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
2. Elemen Masyarakat
Pemerintahan yang baik dan bersih mempunyai delapan unsur, yang
salah satunya adalah adanya peran serta masyarakat dalam laju
pemerintahan. Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang
menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta membantu upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Adapun peran serta masyarakat dalam UU Pidana Korupsi dapat
diwujudkan dalam bentuk:
a) Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana korupsi.

3
b) Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak
pidana korupsi.
c) Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab
kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana
korupsi.
d) Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya
yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paing lama 30
hari.
Peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi telah
dikembangkan melaluii Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 Tentang
Tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan
dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta
masyarakat diartikan sebagai peran aktif organisasi masyarakat, perorangan,
atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi.1
Selain unsur tersebut, agar pemberantasan korupsi berjalan lebih
maksimal lagi maka harus dilakukannya pendekatan. Pendekatan yang
paling ampuh dalam melawan korupsi di indonesia dapat dilakukan dengan
cara berikut.
Pertama, meningkatkan strandar tata pemerintahan melalui
konstruksi integritas nasional. Tata pemerintahan modern mengedepankan
sistem tanggung gugat. Dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang
bebas dengan batas-batas undang-undang yang juga harus mendukung
terciptanya tata pemerintah dan masyarakat yang bebas dari korupsi.
Demikian pula, dengan pengadilan yang merupakan bagian dari tata

1
Nopiyanti, Nopi.2017”Peran Sinergitas Pemerintah, Masyarakat dan Mahasiswa Dalam
Pemberantasan Korupsi”, Makalah dikutip dari
https://www.academia.edu/35508807/PERAN_SINERGITAS_PEMERINTAH_MASYARAKAT
_DAN_MAHASISWA_DALAM_PEMBERANTASAN_KORUPSI, diakses pada 30 Oktober
pukul 17.11

4
pemerintahan. Pengadilan tidak lagi menjadi hamba penguasa, tetapi memili
ruang kebebasan dalam menegakkan kedaulatan hukum dan peraturan.
Kedua, hal yang paling sulit dan fundamental dari semua
perlawanan terhadap korupsi adalah upaya membangun kemauan politik
(political will) . kemauan polirik ini bukan sekedar kemauan para politis dan
orang-orang yang berkecimpung dalam ranah politik, tetapi yang lebih
penting adalah kemauan politik yang termanifestasikan dalam bentuk
keberanian yang didukung oleh kecerdasan sosial masyarakat sipil atau
warga negara dari berbagai elemen atau sastra sosial. Dengan demikian,
jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri,
tetapi untuk mengelola dan merumuskan gerakan mencapai kehidupan
berbangsa dan bernegara yang baik.
Selanjutknya, KPK yang memiliki tugas dan wewenang khusus
dalam pemberantasan korupsi harus dapat mengembalikan kekuatan yang
sempat terbangun oleh KPK dan menunjukan kinerja yang real dlam
pemberantasan dan penyelesaian berbagai kasus korupsi di negri ini.
Dukungan dari berbagai kalangan, seperti POLRI, elemen gerakan anti
korupsi, seperti ICW dan lain-lain dan masyarakat harus bersinergi dan
menjadi partner dalam pemberantasan korupsi. Keseriusan pemerintah, baik
legislatif maupun eksekutif juga harus berbanding lurus dengan keinginan
dari berbagai pihak dlam pemberantasan korupsi.2
Pada akhirnya sinergi yang tercipta dari hal-hal yang telah
disinggung di atas tentunya dapat bermuara pada pemberantasan korupsi
yang berjalan secara efektif.

B. Rintangan-Rintangan Dalam Memberantas Korupsi


Faktor yang merupakan kendala atau rintangan dalam upaya pemberantasan
korupsi yang sering dijumpai selama ini antara lain meliputi; belum memadainya
sarana dan skill aparat penegak hukumnya. Kejahatan korupsi yang terjadi baru
diketahui setelah memakan waktu yang lama, sehingga para pelaku telah
memindahkan, menggunakan dan menghabiskan hasil kejahatan korupsi

2
Anwar, Ali dkk. 2019. Sosiologi Korupsi. Bandung : pustaka setia, Hlm.107-108

5
tersebut, yang berakibat upaya pengembalian keuangan negara relatif sangat
kecil, beberapa kasus besar yang penanganannya kurang hati-hati telah memberi
dampak negatif terhadap proses penuntutan perkaranya.3

Selain itu, Deputi Bidang Pemberantasan Pusat Pelaporan dan Analisis


Transaksi Keuangan (PPATK), Wirzal Yanuar, mengatakan ada enam kendala
pengungkapan tindak pidana korupsi, yaitu sebagai berikut :

1. Kejahatan yang teroganisasi


2. Pelaku intelektual seringkali tidak terlibat langsung dalam aksi kejahatan.
Seringkali
3. Rantai kejahatan yang panjang dapat mengakibatkan putusnya rantai alat
bukti.
4. Locus delicti atau tempat dan waktu terjadinya tindak pidana bersifat lintas
batas negara.
5. Alat dan sarana kejahatan semakin canggih
6. Hukum seringkali tertinggal dari kejahatan, sehingga banyak tindak
kejahatan yang sulit disentuh.4

C. Orientasi Negara Dalam Memberantas Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan Strategi Nasional
(Stranas) Pencegahan Tindak Pidana Korupsi fokus pada tiga hal, Stranas
tersebut telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54/2018 tentang Stranas
Pencegahan Korupsi. KPK menjelaskan terdapat sebelas rencana aksi untuk
merealisasikan tiga fokus tersebut. Ke-tiga fokus Stranas adalah sebagai berikut :

1. Perizinan dan Tata Niaga


Dalam konteks perizinan dan tata niaga, Ketua KPK menuturkan ada lima
rencana aksi yang akan dilakukan.
a) Peningkatan pelayanan, kepatuhan perizinan, dan penanaman modal.

3
Kartini Kartono. 1988. “Patologi Sosial”. Jakarta:Bina Aksara. Hlm. 13.

4
https://nasional.tempo.co/read/468346/enam-kendala-pemberantasan-korupsi-versi-
ppatk/full&view=ok ,diakses pada 30 Oktober pukul 17.09.

6
b) Perbaikan tata kelola data dan kepatuhan sektor ekstraktif, kehutanan,
serta perkebunan.
c) Utilisasi Nomor Induk Kependudukan untuk perbaikan tata kelola
pemberian bantuan sosial dan subsidi. Dengan cara ini diharapkan
pemberian bantuan bisa tepat sasaran.
d) Integrasi dan sinkronisasi data impor strategis. Target rencana aksi ini
adalah terwujudnya Indonesia National Single Window, yakni sistem
satu pintu untuk menyampaikan data, informasi, dan pengambilan
keputusan untuk kepabeanan serta pengeluaran barang.
e) Penerapan manajemen anti suap di pemerintahan dan sektor swasta.
2. Keuangan Negara
Dalam fokus keuangan negara, ketua KPK membeberkan ada tiga rencana
aksi, yaitu sebagai berikut :
a) Integrasi sistem dan perencanaan berbasis elektronik.
b) Peningkatan profesionalitas dan modernisasi pengadaan barang dan jasa.
Target dari rencana aksi ini adalah sistem perencanaan dan penganggaran,
serta pengadaan barang dan jasa berbasis elektronik.
c) Optimalisasi penerimaan negara dari penerimaan pajak dan non-pajak.
Untuk peningkatannya, KPK bersama-sama dengan kementerian dan
Lembaga terkait akan berusaha bagaimana meningkatkan pendapatan
negara.
3. Penegakan Hukum dan Reformasi Birokrasi.
Dalam fokus penegakan hukum dan reformasi birokrasi,upaya yang
dilakukan adalah :
a) Melakukan penguatan pelaksanaan reformasi dengan cara sistem merit
dan zona integritas.
b) Upaya perbaikan tata kelola sistem peradilan pidana terpadu.

7
c) Implementasi grand design strategi pengawasan keuangan desa. KPK
bersama dengan Kementerian Desa, Kemendagri, dan instansi lain yang
terkait akan mengawal dana desa agar dimanfaatkan dengan seharusnya.5

D. Tekanan Masyarakat Terhadap Pemerintah Perihal Korupsi


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pihak yang benar-benar terkena dampak
dari kasus tindak pidana korupsi adalah masyarakat. Masyarakat akan merasakan
kerugian yang nyata akibat para pelaku tindak pidana korupsi yang terus-terusan
“mencuri” uang rakyat.

Maka tentunya sangatlah lumrah bilamana masyarakat merasakan


keresahan akan fenomena tindak pidana korupsi yang kemudian tekanan-
tekanan dari masyarakatpun muncul dan diutarakan kepada pihak pemerintah
yang berharap bahwa kasus korupsi bisa segera diatasi dan dibasmi.

Sebagai contoh tekanan yang dilakukan oleh masayarakat adalah aksi


demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa mewakili masyarakat yang
menuntut adanya tindakan tegas pemerintah terhadap kasus korupsi.

Fenomena terhangat yang baru saja terjadi adalah kontroversi Revisi


Undang Undang yang dilakukan oleh DPR RI yang pada saat itu tinggal
beberapa hari menjabat. Aksi mahasiswa yang melakukan penolakan terhadap
RUU KPK mencapai ratusan. Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Keluarga
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Universitas Paramadina, Universitas
Trisakti, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Universitas Indraprasta
PGRI (Unindra), serta berbagai perguruan tinggi lainnya bergabung mahasiswa
menjatuhkan mosi tidak percaya ke DPR RI.

Pada 23 september 2019 aksi tak cuma terjadi di Jakarta. Tetapi, beberapa
titik sekaligus di Indonesia seperti pergerakan dari para mahasiswa Yogyakarta,
mahasiswa di Jawa Tengah, Samarinda, dan lainnya. Mereka membawa 7
tuntutan di antaranya adalah pencabutan revisi UU KPK dan penundaan RKUHP.

5
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190128221651-12-364578/kpk-fokus-cegah-korupsi-
di-perizinan-hingga-tata-negara , diakses pada 30 Oktober pukul 11.45

8
Serta pada 24 September 2019 Inilah aksi mahasiswa terbesar di Indonesia,
diperkirakan mencapai 15 ribu orang di Jakarta. Jumlah ini lebih besar dibanding
peserta aksi Reformasi 1998.6 Dari peristiwa tersebut bisa disimpulkan bahwa
betapa besarnya tekanan masyarakat yang peduli akan keadaan negeri ini.

Selain dituangkan dalam bentuk demonstrasi, masyarakat juga menciptakan


sebuah organisasi atau lembaga yang dimaksudkan untuk menghapuskan
korpusi di negeri ini. Seperti lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW)
merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) anti korupsi yang
lahir pada masa bergulirnya reformasi pada Mei 1998. Kelahiran ICW tidak
terlepas dari konteks perubahan sosial dan politik. ICW sebagai salah satu aktor
gerakan sosial yang menghendaki adanya perubahan sosial. Yaitu ingin
menghilangkan praktek-praktek dan sistem pemerintah

Eksistensi ICW dalam pemberantasan korupsi sejak tahun 1998 telah diakui
publik. Secara berturut-turut, tahun ini ICW mendapat penghargaan UII Award
dari Universitas Islam Indonesia, Soegeng Sarjadi Syndicate Award, dan
penghargaan dari Dewan Pers.

Selain award dari sejumlah institusi, ICW juga mendapat penghargaan yang
jauh lebih bernilai, yakni dukungan dari masyarakat luas. Sejak membuka Divisi
Kampanye Publik dan Penggalangan Dana pada 2010 lalu, ICW telah berhasil
mengumpulkan dukungan nyata berupa barisan supporter ICW yang kini
berjumlah 560 orang. Para supporter ini secara rutin memberikan donasi untuk
mendukung kerja-kerja pemberantasan korupsi.7

6
https://www.vivanews.com/indepth/fokus/9035-reformasi-dalam-bahaya-mahasiswa-bergerak-
serentak, diakses pada 30 Oktober pukul 17.15

7
https://www.researchgate.net/publication/324247872_LEMBAGA-
LEMBAGA_ANTI_KORUPSI, diakses pada 30 Oktober pukul 17.00

9
E. Kebudayaan Yang Berdampak Pada Perilaku Korupsi
Kebudayaan atau dalam hal ini ialah budaya berasal dari kata budh dalam
bahasa Sanksekerta yang berarti akal. Kemudian menjadi kata budhi(tunggal)
dan budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal budi manusia (Supartono Widyosiswoyo,34: 2001).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,


moral, hukum, adat istiadat dan lain kemmpuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia (Soerjono Soekanto, 2012: 150).

Kebiasaan-kebiasaan tindakan korupsi yang marak ini kemudian


berkembang menjadi sebuah budaya yang cenderung bersifat negatif. Dalam
pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan akan tumbuh
dengan adanya hasil pemikiran akal budi manusia. Sedangkan, pemikiran dan
akal budi manusia itu dapat mengarah pada hal yang cenderung negatif seperti
budaya korupsi.8

Budi winarmo, dalam bukunya globalisasi : tantangan atau ancaman bagi


indonesia (2008: 71) mengutarakan bahwa korupsi di indonesia berlangsung
sejak dahulu misalnya pemberian upeti bagi pejabat atau raja.

Mohtar Mas'oed, dalam bukunya Politik, Birokrasi dan Pembangunan


(Pustaka Pelajar, 1999), menjelaskan, masyarakat Indonesia dan Thailand,
mempunyai faktor budaya yang dapat mendorong timbulnya korupsi :

Pertama, adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh, kepada pejabat


pemerintah. Tindakan seperti itu, di Eropa atau Amerika Utara bisa dianggap
korupsi.

Kedua, orang Indonesia dan Thailand lebih mementingkan ikatan keluarga


dan kesetiaan parokial lainnya. Dalam masyarakat Indonesia, kewajiban
seseorang pertama-tama adalah memerhatikan saudara terdekatnya, kemudian

8
https://www.kompasiana.com/syasdawitazukhrufi/5901798762afbd232d7ab090/budaya-korupsi-
di-indonesia?page=all ,diakses pada 30 Oktober pukul 18.10

10
trah atau sesama etnisnya. Sehingga, seorang saudara yang mendatangi seorang
pejabat untuk meminta perlakuan khusus, sulit ditolak.

Penolakan bisa diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban


tradisional. Tetapi, menuruti permintaan berarti mengingkari norma-norma
hukum formal yang berlaku, yaitu hukum Barat (KUHP dan lainnya). Sehingga,
terjadi konflik nilai, yaitu antara pertimbangan kepentingan keluarga atau
kepentingan negara.

Sosiolog Ignas Kleden dalam bukunya, Menulis Politik: Indonesia sebagai


Utopia (Kompas, 2001), secara implisit mengatakan, korupsi berkembang pesat
di Indonesia karena budaya paternalistis dalam masyarakat Indonesia, di mana
hubungan antara masyarakat masih didasarkan pada patron klien. Tingkah laku
orang kecil akan banyak mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka yang
dianggap menjadi anutan, tanpa mempersoalkan apa yang dilakukan anutan,
benar atau tidak.9

F. Alat Bukti Korupsi


Pada umumnya, alat bukti dalam kasus pidana dijelaskan pada Pasal 184
ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah dalam perkara
pidana adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan
terdakwa.

Pasal 26 A UU No. 20/2001 juga menyebutkan bahwa alat bukti yang di


simpan secara elektronik juga dapat dijadikan alat bukti yang sah dalam kasus
tindak pidana korupsi. Selain dalam UU No. 20/2001, informasi elektronik
sebagai alat bukti juga disebutkan di dalam pasal 38 huruf b UU No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No.15/2002). Bukti elektronik

9
https://antikorupsi.org/id/news/korupsi-dan-budaya-0 , diakses pada 30 Oktober pukul 17.29

11
ini seringkali dijadikan bukti utama oleh penuntut umum dalam proses
pembuktian di persidangan dalam kasus tindak pidana korupsi.10

G. Teknologi Yang Dipakai Dalam Pemberantasan Korupsi


Teknologi informasi menjadi andalan dan tulang punggung pemerintah
dalam upaya memberantas dan mencegah tindak pidana korupsi. Implementasi
kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan
korupsi juga dilakukan dengan memperbaiki regulasi yang mengatur ihwal
korupsi. Hasilnya, masyarakat makin percaya efektivitas langkah yang diambil
Pemerintah.

Selama ini, arah dan kebijakan Pemerintah dalam pencegahan dan


pemberantasan korupsi bergerak dalam senyap dan nyaris tidak mendapatkan
perhatian dari publik. Masyarakat lebih tertarik untuk menyorot perilaku-
perilaku korupsi yang menyeruak ke publik seperti operasi tangkap tangan dan
sebagainya. Namun hal itu tidak mengurangi kenyataan bahwa masyarakat
sudah merasakan efektivitas dan kebijakan antikorupsi yang dijalankan
Pemerintah.

Pemerintah telah melahirkan tiga produk hukum untuk mempercepat


pemberantasan korupsi, yaitu: Inpres 7/2015, Inpres 10/2016, dan Perpres
54/2018. Dari tiga aturan hukum tersebut, penggunaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dalam aksi pencegahan korupsi sangat terasa, mulai dari
sekitar 30% pada tahun 2015 meningkat menjadi lebih dari 81% pada tahun
2018.11

Dicontohkannya dalam Inpres 7/2015 ada 96 aksi anti korupsi, dimana 31


diantaranya mendorong pemanfaatan teknologi informasi mulai dari layanan
paspor online untuk memberantas pungli paspor, pengadaan barang dan jasa

10
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6915/alat-bukti-rekaman/
diakses pada 30 Oktober pukul 17.12

11
http://ksp.go.id/pemberantasan-korupsi-kian-efektif-berkat-teknologi-informasi/ diakses pada 30
Oktober pukul

12
secara online (e-procurement), hingga modernisasi teknologi informasi untuk
mendorong PNBP.12

Gambar 1 : Pemberantasan Korupsi Efektif

Sumber : Kantor Staff Presiden, ksp.go.id

12
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/667-upaya-pemberantasan-korupsi-
seiring-kemajuan-teknologi-informasi.html

13
Gambar 2 : Tingkat Korupsi Tinggi

Sumber : Kantor Staff Presiden, ksp.go.id

H. Pengaruh Korupsi Terhadap Pembangunan Ekonomi


Sudah barang tentu korupsi menjadi salah satu faktor yang menghambat
pembangunan ekonomi, bahkan dampaknya sangatlah besar dan luas. Karena
korupsi berkaitan besar pada penggunaan anggaran dalam hal ini penyelewangan
anggaran yang seharusnya dilakukan untuk menumbuhkan ekonomi lewat
berbagai sektor, namun dengan adanya korupsi maka pembangunan yang
seharusnya meningkatkan indeks ekonomi justru malah berbanding terbalik.

Berikut beberapa dampak korupsi dalam ekonomi :

1. Menyusutnya nilai investasi. Dengan adanya korupsi , kepercayaan investor


dalam negeri atau luar negeri mulai terkikis. Mereka enggan menanamkan
modal di Indonesia karena Indonesia memiliki tingkat korupsi yang tinggi.
Negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi memiliki resiko tinggi juga
untuk gagal. Karena itu , para investor tidak ingin mengambil resiko dengan
cara memindahkan investasi mereka ke negara lain yang cenderung bersih
dari korupsi.

14
2. Hutang negara semakin menumpuk. Menunpuknya hutang negara merupakan
akibat dari kecenderungan pemerintah yang korup untuk menggunakan dana
pinjaman luar negeri dalam membiayai proyek-proyek yang padat modal.
3. Rendahnya kualitas barang dan jasa. beras murah , tapi tidak layak untuk
dikonsumsi , jembatan yang ambruk , jalan yang jebol , ini merupakan contoh
dari kualitas barang dan jasa. Hal itu akibat dari pondasi yang kurang kokoh
karena adanya korupsi dibalik pengerjaan proyek tersebut adanya suap dan
pengurangan bahan untuk pondasi yang digunakan untuk memenuhi ego
mereka sendiri.
4. Terjadinya missalokasi daerah. Para pejabat yang korup tidak memperhatikan
daerah-daerah terpencil di Indonesia yang sangat membutuhkan prioritas
pembangunan. Mereka lebih mementingkan daerah lain yang dapat
menghasilkan lebih banyak keuntungan dan keuntungan tersebut mereka
gunakan untuk pribadi mereka.
5. Harga barang kian mahal. Mahalnya harga barang ini terjadi karena biaya
produksi yang sangat tinggi akibat fasilitas pendukung dunia usaha seperti
jalan , jempatan , terminal dan lain-lain tidak terbangun dengan baik. Jika
harga mahal , maka ada 2 konsekueni yang mengancam pengusaha.
Konsekuensi pertama yaitu daya serap atas barang produksi menjadi rendah
karena harga yang mahal. Konsekuensi kedua yaitu menghindari barang tidak
laku , pengusaha menurunkan keuntungan yang mengakibatkan laju sebuah
usaha menjadi tidak berjalan dengan baik.
6. Menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak. Sebagian besar negara di
dunia mempunyai sistem pajak yang menjadi perangkat penting untuk
membiayai pengeluaran pemerintahannya dalam menyediakan barang dan
jasa publik, sehingga boleh dikatakan bahwa pajak adalah sesuatu yang
penting bagi negara. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga dapat
digunakan untuk mengendalikan inflasi. Pajak juga sebagai retribusi
pendapatan negara.
7. Korupsi mengurangi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan.
akibat korupsi , pendapatan pemerintah akan terpangkas bahkan lebih dari

15
50%. Agar pengeluaran pemerintah tidak defisit, maka dilakukan
pengurangan pengeluaran pemerintah.
8. Kemiskinan dan pengangguran semakin merajalela. Dengan adanya korupsi ,
kaum miskin akan menghadapi kesulian dalam menjual hasil petanian karena
terhambat dengan tingginya biaya , baik yang legal maupun yang non legal.
Selain berdampak pada kemiskinan , korupsi juga berdampak pada
pengangguran , pengangguran terjadi karena terbatasnya lapangan pekerjaan.
Pengangguran timbuk karena adanya ketimpangan atau ketidakseimbangan
antara jumlah pekerja dengan jumlah lapangan pekerjaan

Pemberantasan korupsi dianggap tidak pernah serius dilakukan karena tidak


ada peningkatan yang signifikan yang terjadi pada 16 tahun terakhir, hak tersebut
dibuktikan pada data berikut13:

Gambar 3 : Statistik Pemberantasan Korupsi Indonesiana.

13
https://www.indonesiana.id/read/127845/dampak-korupsi-bagi-perekonomian-indonesia ,
Diakses pada 30 Oktober pukul 21.07

16
Sumber : https://aclc.kpk.go.id

Selain itu, Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang


rakyat dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30-
40 persen dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70 persennya pada
pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Hal ini memberikan dampak buruk
yang masif terhadap masyarakat Indonesia di berbagai lini kehidupannya. Mulai
dari dampak terhadap ekonomi, sosial, birokrasi pemerintah, politik dan demokrasi
penegakan hukum, pertahanan dan keamanan, dan juga terhadap lingkungan
hidup.14

14
https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-
ekonomi, diakses pada 30 september 2019 pukul 22.17

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemberantasan korupsi perlu adanya sinergi dari beberapa elemen
seperti elemen pemerintah dan masyarakat. Sinergi kedua elemen tersebut
diharapkan mampu menciptakan upaya pemberantasan korupsi yang efektif.

Karena dalam hal pemberantasan korupsi banyak sekali hal-hal yang harus
diperhatikan, sehingga perlu adanya fokus atau orietnasi dari pemerintah akan
pemberantasan korupsi, aspek mana yang benar-benar menjadi fokus negara
dalam melakukan pemberantasan. Bila menemukan apspek yang tepat dan
kemudian dimaksimakan, tidak menutup kemungkinan bahwa pemberantasan
korupsi juga dapat diatasi dengan baik.

Mengingat fenomena korupsi yang tentunya sangat berdampak pada


pembangunan ekonomi, pada akhirnya upaya pemberantasan korupsi yang
berjalan dengan efektif dan maksimal, tentunya akan berdampak besar bagi
keberlangsungan pembangunan ekonomi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anwar, Ali dkk. 2019. Sosiologi Korupsi. Bandung : Pustaka Setia

Kartini Kartono. 1988. “Patologi Sosial”. Jakarta:Bina Aksara. Hlm. 13.

Mas'oed, Mohtar.1999.“Politik, Birokrasi dan Pembangunan”.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Website :

https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-
korupsi-terhadap-ekonomi
diakses pada 30 september 2019 pukul 22.17

https://antikorupsi.org/id/news/korupsi-dan-budaya-0
diakses pada 30 Oktober pukul 17.29

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/667-upaya-pemberantasan-
korupsi-seiring-kemajuan-teknologi-informasi.html
diakses pada 30 Oktober pukul 21.58

http://ksp.go.id/pemberantasan-korupsi-kian-efektif-berkat-teknologi-informasi/
diakses pada 30 Oktober pukul 22.00

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6915/alat-bukti-rekaman/
diakses pada 30 Oktober pukul 17.12

https://nasional.tempo.co/read/468346/enam-kendala-pemberantasan-korupsi-
versi-ppatk/full&view=ok
diakses pada 30 Oktober pukul 17.09

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190128221651-12-364578/kpk-fokus-
cegah-korupsi-di-perizinan-hingga-tata-negara
diakses pada 30 Oktober pukul 11.45

https://www.indonesiana.id/read/127845/dampak-korupsi-bagi-perekonomian-
indonesia
diakses pada 30 Oktober pukul 21.07

19
https://www.kompasiana.com/syasdawitazukhrufi/5901798762afbd232d7ab090/b
udaya-korupsi-di-indonesia?page=all
diakses pada 30 Oktober pukul 18.10

https://www.researchgate.net/publication/324247872_LEMBAGA-
LEMBAGA_ANTI_KORUPSI,
diakses pada 30 Oktober pukul 17.00

https://www.vivanews.com/indepth/fokus/9035-reformasi-dalam-bahaya-mahasiswa-
bergerak-serentak
diakses pada 30 Oktober pukul 17.15

Nopiyanti, Nopi.2017”Peran Sinergitas Pemerintah, Masyarakat dan Mahasiswa Dalam


Pemberantasan Korupsi”, Makalah dikutip dari
https://www.academia.edu/35508807/PERAN_SINERGITAS_PEMERINTAH_MASYA
RAKAT_DAN_MAHASISWA_DALAM_PEMBERANTASAN_KORUPSI, diakses
pada 30 Oktober pukul 17.11

20

Anda mungkin juga menyukai