Anda di halaman 1dari 10

Uhamka

STATISTIKA INFERENSIAL

MENENTUKAN KOEFISIEN KORELASI


DAN UJI KEBERARTIAN KORELASI

MATEMATIKA 4B
UHAMKA
RINCIAN MATERI

1. Definisi Korelasi
2. Tujuan Korelasi
3. Tipe Korelasi
4. Jenis Uji Korelasi
5. Karakteristik Korelasi
6. Pengujian Korelasi
7. Pengertian Kekuatan Hubungan
8. Contoh Korelasi

1. DEFINISI KORELASI
Derajat hubungan antara variabel-variabel. Statistik yang mengandung tingkat hubungan
atau kerjasama di antara dua variabel. Pearson correlation adalah statistik bivariat yang
mengandung tingkat hubungan linear di antara dua variabel kuantitatif.
• Korelasi mengukur derajat hubungan antara 2 atau lebih variabel.
• Hubungan antara 2 Variabel (Misal X dan Y) dapat linear, non-linear, positif atau negatif.

2. TUJUAN KORELASI
Tujuan diadakannya analisis korelasi antara lain:
a. Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel,
b. Bila sudah ada hubungan, untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel.
c. Untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
(meyakinkan/ signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan).

3. TIPE KORELASI
 Korelasi Linear Positif :
Jika semua titik (X,Y) pada diagram pencar mendekati bentuk garis lurus dan jika arah
perubahan kedua variable sama ⇨ Jika X naik, Y juga naik.
 Korelasi Non-linear:
Jika semua titik (X,Y) pada diagram pencar tidak membentuk garis lurus.

 Korelasi Negatif:
Jika jika arah perubahan kedua variable tidak sama ⇨ Jika X naik, Y turun.

4. JENIS UJI KORELASI


Jenis uji korelasi
 Jika data interval dan normal : Pearson product moment
 Jika data ordinal: Spearman rank (rho) atau Kendall rank (tau)
 Jika satu interval kontinu dan satu dikotomi : Point-Biserial

5. KARAKTERISTIK KORELASI
• Disimbolkan dengan r atau ρ
• Nilai korelasi : -1 sampai dengan 1
• Arah
– Korelasi Positif : nilai positif antara 0 dan 1; nilai tinggi pada X adalah terkait dengan nilai
tinggi pada Y dan sama untuk nilai rendah
– Korelasi Negatif : nilai negatif antara 0 dan -1; nilai tinggi pada X dihubungkan dengan
nilai rendah pada Y dan sebaliknya.
• Koefisien determinasi (𝑟 2 ): seberapa besar nilai X dapat menjelaskan nilai Y atau
seberapa besar nilai X dapat mempengaruhi nilai Y (kontribusi X terhadap Y)
• Koefisien korelasi (r): keeratan hubungan antara variabel X dengan Y
• Tingkat/kekuatan hubungan
– Hubungan sempurna = 1 atau –1
• Positif : setiap kali nilai X meningkat, maka dapat diprediksi akan semakin meningkat
nilai Y (perfect covariance).
• Negatif : setiap kali nilai X meningkat maka diprediksi nilai Y akan menurun
– Nilai r tinggi (mendekati 1 atau –1) mengindikasikan hubungan yang lebih erat,
– Nilai r rendah (mendekati 0) mengindikasikan hubungan yang lebih lemah,
– Hubungan yang mendekati 0 mengindikasikan hubungan yang tidak linear sehingga
perubahan X tidak cocok untuk memprediksi perubahan variabel Y
• Dengan korelasi positif sempurna (r = 1), setiap individu mengandung nilai z yang sama
persis pada kedua variabel
• Dengan korelasi negatif sempurna (r = -1), setiap individu mengandung nilai z yang sama
persis pada kedua variabel tetapi dengan tanda yang berkebalikan.

Rumus Korelasi PPM


∑ 𝑥𝑦
𝑟𝑋𝑌 =
√(∑ 𝑋 2 )(∑ 𝑌 2 )

Keterangan :
x : 𝑋 − 𝑋̅
y : 𝑌 − 𝑌̅
X : skor rata-rata dari X
Y : skor rata-rata dari Y
Rumus Korelasi PPM
(2)
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 )(𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 )

Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi variabel x dengan variabel y.
xy = jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y.
x = jumlah nilai setiap item.
y = jumlah nilai konstan.
n = jumlah subyek penelitian

6. PENGUJIAN KORELASI
Meskipun telah diperoleh nilai koefisien korelasi dari hasil perhitungan, namun
keberartian (signifikansi) nilai tersebut perlu di uji secara statistik.
Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : koefisien korelasi adalah sama dengan nol
Ha : koefisien korelasi tidak sama dengan nol, atau signifikan.

Pengujian koefisien ini dilakukan dengan uji-t, sehingga :


𝑟√𝑛 − 2
𝑡=
√(1 − 𝑟 2 )
Dengan derajat bebas (db/df) = n – 2
Kriteria pengujiannya :
Ho ditolak jika nilai 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari 𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat bebas (db/df) = n-2, dan
demikian pula sebaliknya.

Karakteristik
Kumpulan Korelasi dari Scatterplot
• Assosiasi – Lebih kuat hubungan antara dua variabel maka titik-titik data akan lebih
mengelompok sepanjang garis bayangan.
– Positif : dari pojok kiri bawah ke kanan atas
– Negatif : dari pojok kiri atas ke kanan bawah

Scatterplot

• Arah
Jika terdapat hubungan antara dua variabel, maka juga akan mengarah ke hubungan positif
atau negatif.
– Positif : variabel bergerak atau pindah atau di arah yang sama ⇑ ⇑
– Negatif : variabel bergerak atau pindah di arah yang berlawanan ⇑⇓

7. PENGERTIAN KEKUATAN HUBUNGAN


Koefisien Determinasi (KP) 𝑟 2 = x 100%
Proporsi keragaman dalam satu variabel yang
dapat diterangkan oleh variabel lainnya;
Contoh: kecantikan dengan kepandaian
• r = 0.3 ⇨ KP = 𝑟 2 x 100%= 0.09 x 100%
• 9% keragaman kepandaian dapat dinilai dari kecantikan
• 91% keragaman sisanya tidak dapat dinilai. Ini disebut koefisien nondeterminasi.
 Penggunaan Korelasi
 Mengetahui korelasi/hubungan
 Validitas uji
 Reliabilitas uji
 Validasi teori
Contoh Korelasi Pearson Product-Moment
SOAL :
JUDUL :Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN 3
Tangerang Tahun Pelajaran 2011/2012.
Data motivasi (X) :
50, 45, 55, 65, 43, 60, 56, 50, 42, 50, 60, 65
Data Hasil Belajar (Y) :
75, 60, 85, 85, 70, 80, 90, 80, 65, 65, 80, 90
Pertanyaan :
1. Berapakah besar hubungan variabel X terhadap Y ?
2. Berapakah besar sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y ?
3. Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan variabel X terhadap Y !
Penyelesaian :
Langkah-langkah menjawab :
 Langkah 1 : Menentukan hipotesis penelitian ;
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar matematika
siswa kelas X SMAN 3 Tangerang tahun pelajaran 2010/2011.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa
kelas X SMAN 3 Tangerang tahun pelajaran 2010/2011.
 Langkah 2 : Menentukan hipotesis statistik
Ho : rxy = 0
Ha : rxy ≠ 0
 Langkah 3 : Membuat tabel penolong untuk menghitung korelasi PPM
No. x y 𝒙𝟐 𝒚𝟐 Xy
1 50 75 2500 5625 3750
2 45 60 2025 3600 2700
3 55 85 3025 7225 4675
4 65 85 4225 7225 5525
5 43 70 1849 4900 3010
6 60 80 3600 6400 4800
7 56 90 3136 8100 5040
8 50 80 2500 6400 4000
9 42 65 1764 4225 2730
10 50 65 2500 4225 3250
11 60 80 3600 6400 4800
12 65 90 4225 8100 5850
Statistik ∑𝑥 ∑𝑦 ∑ 𝑥2 ∑ 𝑦2 ∑ 𝑥𝑦

Jumlah 641 925 34949 72425 50130


 Langkah 4 : Mencari r hitung dengan rumus Pearson Product Moment
𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 )(𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 )

12(50130) − (641)(925)
𝑟𝑥𝑦 =
√(12(34949)2 − (641)2 )(12(72425)2 − (925)2 )
8635
𝑟𝑥𝑦 =
10706,63
𝑟𝑥𝑦 = 0,8065
 Langkah 5 : Mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y
dengan rumus :
𝐾𝑃 = 𝑟 2 × 100%
= (0,8065)2 × 100%
= 0,6504 × 100%
= 65,04%
Artinya : variabel motivasi memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika
siswa sebesar 65,04 % dan sisanya ditentukan oleh variabel lain.
 Langkah 6 : Menguji signifikansi dengan rumus :
Kaidah pengujian :
𝑟√𝑛 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(1 − 𝑟 2 )
0,8065√12 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(1 − 0,80652 )
0,8065(3,1623)
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = = 4,3132
√0,3496
Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho ditolak artinya signifikan.
Jika𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

Berdasarkan perhitungan dengan mengambil α = 0,05 dan n = 12, uji satu pihak maka :
dk = n – 2 = 12 – 2 = 10 sehingga diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,812. Ternyata thitung lebih besar
dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 4,3132 > 1,812 maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan
antara motivasi dengan hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 3 TANGERANG tahun
pelajaran 2010/2011.
 Langkah 7 : Membuat kesimpulan
Variabel motivasi belajar siswa tergolong kuat, artinya motivasi sangat berperan dalam
hasil belajar matematika siswa dengan kontribusi sebesar 65,04 %.
PERHITUNGAN MENGGUNAKAN SPSS

Correlations

x y

x Pearson Correlation 1 .807**

Sig. (2-tailed) .002

N 12 12

y Pearson Correlation .807** 1

Sig. (2-tailed) .002

N 12 12

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai