A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada hakekatnya, proses pembelajaran di suatu sekolah khususnya sekolah kejuruan
dapat berjalan dengan baik bilamana memiliki 7 ( tujuh ) komponen berikut ini, yaitu :
a. Anak didik
b. Kurikulum / Silabus
c. Bangunan / Ruangan
d. Alat / Peralatan
e. Guru, termasuk Tenaga Kependidikan
f. Uang untuk penyelenggaraan aktivitas sekolah
g. Supply atau bahan untuk praktek
Bila disingkat akan menghasilkan suatu akronim yang cukup komunikatif yaitu AKU
BAGUS.
Ketujuh komponen di atas kait berkait antara satu dan yang lainnya. Bilamana salah
satu komponen tidak tersedia atau keberadaannya tidak direncanakan dengan baik
akan mempengaruhi komponen yang lainnya. Agar komponen yang saling terkait ini
dapat senantiasa tersedia sesuai kebutuhan dan pada saat diperlukan, maka
keberadaannya harus direncanakan secara seksama.
Fokus bahan kajian dari bahan ajar ini adalah perencanaan yang berkaitan dengan
kebutuhan fasilitas bengkel, yaitu ruangan/bangunan dan peralatan serta bahan
praktek.
2. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan pembelajaran dari bahan ajar ini, peserta diharapkan dapat :
a. Menghitung kebutuhan ruang belajar praktek atau bengkel sesuai tuntutan
program dan daya tampung sekolah.
b. Menghitung kebutuhan peralatan bengkel sesuai tuntutan program dan daya
tampung sekolah.
c. Menyusun Daftar Pembagian Tugas Praktik untuk setiap siswa
d. Menghitung kebutuhan supplay / bahan praktek, sesuai tuntutan program dan
daya tampung sekolah.
Sebuah bengkel yang baik minimal perlu melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Analisis Kebutuhan Fasilitas
Sebuah bengkel yang baik perlu memiliki data tentang kebutuhan ideal dari setiap
fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang akan dilakukan
di bengkel. Data hasil analisis kebutuhan ini nanti bisa dijadikan sebagai standar atau
acuan dalam proses pengadaan bilamana fasilitas tersebut belum tersedia dalam
jumlah yang cukup. Ada dua acuan pokok yang diperlukan dalam melakukan analisis
kebutuhan ini, yaitu program atau silabus yang digunakan serta jumlah siswa atau
kelompok/kelas yang akan menggunakan fasilitas tersebut.
Untuk ini dapat menghitung kebutuhan fasilitas bengkel sesuai tuntutan ideal program
pembelajaran, Pengelola bengkel bisa mengacu pada Permendikbud No. 34 Tahun 2018
(Khusus Sarpras : Lampiran VI). Disamping itu, bila Permendikbud tersebut belum
memadai untuk menetapkan kebutuhan ideal fasilitas seorang pengelola bengkel perlu
memiliki pengetahuan tentang bagaimana menghitung kebutuhan ideal fasilitas terutama
kebutuhan ruangan dan peralatan. Untuk itu perlu memahami atau mempelajari materi
berikut ini yaitu Menghitung Kebutuhan Fasilitas Bengkel.
Menghitung kebutuhan ruangan, peralatan , dan bahan praktek yang harus ada didalam
sebuah bengkel merupukakan serangkaian kegiatan perencanaan yang saling terkait satu
dengan yang lainnya. Seorang guru atau pengelola bengkel tidak akan dapat
merencanakan kebutuhan bahan dalam pembelajaran praktek, bilamana dia belum
menganalisis jenis lembaran kerja (job sheet ) yang akan disajikan pada siswa. Sedangkan
job-sheet belum dapat direncanakan bila belum diketahui jumlah dan jenis peralatan yang
bisa dipakai. Selanjutnya jenis dan jumlah alat / mesin belum dapat diketahui bila jenis
ruangan belum diketahui.
a. Jenis Ruangan
Jenis ruangan belajar di sekolah kejuruan pada dasarnya ada dua, yaitu ruang
pembelajaran umum dan ruang pembelajaran khusus. Yang dikategorikan ruang
pembelajaran umum adalah ruang teori dan laboratorium serta perpustakaan.
Sedangkan yang dimaksud ruang pembelajaran khusus adalah ruangan
pembelajaran praktek keahlian atau bengkel (workshop) /laboratorium.
Ragam atau jenis dari rangan praktek / bengkel yang harus ada disetiap sekolah
disesuaikan dengan program keahlian yang dibuka di sekolah. Untuk mengetahui
jenis bengkel apa saja untuk setiap program keahlian dapat mengacu pada lampiran
VI Permendikbud No. 34 Tahun 2018 , tentang Standar Sarana dan Prasarana
Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Makin sering suatu ruangan dipakai, maka efesiensi pemakaiannya makin tinggi.
Sebaliknya, makin jarang suatu ruangan dipakai maka efesiensi pemakainnya makin
rendah. Tingkat efesiensi ruangan belajar idealnya adalah minimal 80 %. Efesiensi
adalah perbandingan antara sesuatu yang terpakai dengan sesuatu yang tersedia.
Keterangan :
Ef.R = Efesiensi ideal ruangan
K = Jumlah Kelas / Kelompok Belajar
Wp = Lama waktu pemakaian, yaitu jumlah jam pelajaran perminggu
Menggunakan rumus di atas, dan dengan membalik atau merobah tempat faktor dari
rumus tersebut, maka dapat kita hitung jumlah ruangan yang dikehendaki /
dibutuhkan.
Setelah jumlah ruangan yang dibutuhkan didapat dari rumus di atas, selanjutnya
perlu dibuat jadual pemakaian ruangan. Berdasarkan jadual tersebut akan terlihat
kapan/hari apa saja kelas/rombongan belajar yang ada menggunakan ruangan
dimaksud. Menggunakan jadual yang sudah dibuat, berikutnya bisa dihitung berapa
efesiensi ril dari ruangan tersebut.
c. Ukuran Ruangan
Dalam penetapan ukuran ruangan belajar secara umum ditentukan oleh :
Jumlah siswa per kelas atau jumlah rombongan belajar yang direncanakan akan
belajar diruangan tersebut.
Standar rasio minimum luas area ruang per siswa
Sedangkan untuk ruangan praktek atau bengkel, rasio minimum luas area ruang
belajar antara 4 - 8 m² per siswa (sesuai dengan lampiran VI Permendikbud No. 34
Tahun 2018), dan dengan lebar minimum ruangan antara 6 dan 8 m sesuai jenis
ruangannya ( Kompetensi Keahlian ). Sedangkan untuk jumlah siswa per kelas
ditetapkan 36 orang, yang dibagi dalam beberapa rombongan belajar antara 9 -18
orang siswa.
d. Latihan Soal :
1) SMK Negeri 1 Padang pada tahun ajaran 2013 nanti akan membuka program
baru, yaitu Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, berdasarkan analisis
kebutuhan ruangan, kompetensi keahlian ini memerlukan ruangan Kerja Bangku.
Berdasarkan struktur program ruangan ini akan dipakai oleh kelas X selama 18
Kompetensi
No. Jml Kelas Jam / minggu Keterangan
Keahlian
1. Teknik Pemesinan 2 18 Setiap kelas
2. Teknik Pengelasan 2 18 dibagi dalam 2
3. Teknik Pabrikasi kelompok belajar
2 18
Logam
Sekolah dibuka selama 48 jam per minggu, dan setiap kelas terdiri dari 36 siswa.
PT. Chevron meminta sekolah membuat perencanaan berapa bengkel yang harus
dibangun dan ukurannya berapa ?.
Untuk merencanakan kebutuhan Ruang Teori atau Ruang Gambar Teknik dari
suatu SMK, yang nantinya akan dipakai oleh semua kompetensi keahlian yang ada
dapat disatukan dalam penghitungannya. Penggabungan ini dapat dilakukan karena
Ruang Teori atau Ruang Gambar untuk semua program keahlian memiliki
karakteristik ruangan yang sama.
a. Jenis Peralatan
Pada sekolah kejuruan keberadaan peralatan yang cukup, baik dari sisi jenis
maupun jumlahnya merupakan suatu keniscayaan. Bila keberadaan peralatan ini
tidak mencukupi maka bisa dipastikan ada siswa yang tidak kebagian peralatan
atau ada keterampilan tertentu yang tidak bisa di pelajari. Disamping jenis dan
jumlahnya yang harus mencukupi, peralatan tersebut juga harus dijaga senantiasa
siap dipakai pada saat di perlukan. Artinya peralatan tersebut berada dalam kondisi
baik atau tidak rusak. Untuk keperluan ini diperlukan adanya program/kegiatan
perawatan dan perbaikan yang terencana pada setiap bengkel/ sekolah.
Untuk menentukan jenis peralatan apa saja yang harus tersedia pada suatu jenis
bengkel dapat dilakukan melalui analis keterampilan dari bahan kajian KI dan KD.
Berdasarkan analisis keterampilan yang akan dipelajari siswa, guru atau pengelola
bengkel dapat menetapkan jenis peralatan yang harus disediakan. Untuk keperluan
analisis ini dapat digunakan Form 02.
Mengacu pada pengertian efesiensi seperti pada penentuan jumlah ruangan, maka
jika dikaitkan dengan peralatan maka bisa dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Ef. Alt = Efesiensi alat
(a…..z) = Nama atau kode masing-masing jenis alat
STP = Student place
JAD = Alokasi jam tiap-tiap alat
ALT = Jumlah alat utama
∑ JAD = Penjumlahan alokasi jam tiap-tiap alat
Bila jenis dan jumlah peralatan sudah diketahui, selanjutnya perlu menyusun atau
menetapkan spesifikasi dari setiap jenis peralatan tersebut.
c. Latihan Soal :
1) Sebuah SMK Negeri di Dumai mempunyai Ruang Praktek Kerja Mesin yang
dipakai oleh siswa semester 1, 2, 3, dan 4. Ruangan ini berkapasitas 18 STP.
Siswa berpraktek secara perorangan ( WST ), dengan sistem bergilir – rotasi
atau secara seri – paralel. Pada akhir semester semua siswa harus diberi nilai
dan satu semester = 16 minggu belajar. Alokasi jam praktek menurut SILABUS
adalah sebagai berikut :
3. Menggerinda 90 90 g
Hitunglah jumlah peralatan atau mesin bubut, mesin frais, dan mesin gerinda
yang diperlukan ?.
2. Memfrais 128 f
3. Menggerinda 90 g
Jumlah 346 -
Walaupun peralatan utama lengkap – apa lagi kalau kurang – guru masih saja sulit
membuat rencana pembagian tugas siswa secara adil dan merata. Bila siswa belum
mendapatkan atau belum diberi kesempatan praktek yang sama, katakanlah selama
satu semester, maka derajat penguasaan keterampilan masing-masing siswa
menjadi tidak wajar atau tidak proposional untuk di ukur atau dinilai. Melalui
DPTP ini guru atau pengelola bengkel bisa :
Menghitung efesiensi riil pemakaian peralatan utama / working stasion.
Menjamin selama satu priode atau jangka waktu tertentu yang telah
ditentukan, masing-masing siswa mendapatkan tugas yang adil dan merata
dalam berpraktek.
Memudahkan perencanaan kembali bila dalam pelaksanaan pelajaran
praktek terdapat perubahan atau hambatan karena mesin rusak, atau bahan
praktek belum tersedia dan lain-lain sedangkan prinsip adil dan merata
tetap dipegang teguh.
Memotivasi siswa untuk mencapai target-target kegiatan praktek , karena
sudah mengetahui apa saja job-sheet yang harus diselesaikan dalam satu
priode tertentu.
b. Menyusun DPTP
DPTP berbentuk sebuah tabel, yang terdiri atas kolom-kolom (sumbu vertical) dan
jalur-jalur (sumbu horizontal). Informasi yang dimuat dalam daftar ini adalah :
Nomor urut siswa (STP) atau Regu Kerja (RGK).
Status peralatan, Working Stasion Tunggal (WST) atau Working Stasion
Ganda (WSG).
Minggu praktek dalam rentang waktu tertentu.
Lamanya alat dipakai.
Frekuensi alat terpakai dan tidak terpakai.
Berikut ini contoh bentuk dari DPTP :
A
Alat B
Terpakai C
D
A
Alat Tidak B
Terpakai C
D
D 1 4 jp
Asep 2
Ujang 3
Budi 4
Sri 5
Rudi 6
Dini 7
Joko 8
Bejo 9
Linda 10
B
Alat
Terpakai
C
B
Alat Tidak
Terpakai
C
Jumlah
EfR alat B =
EfR alat C =
EfR alat D =
Kemungkinan lain untuk merobah urutan tersebut dapat dilakukan melalui cara
DPTP yang sudah jadi tadi digunting-gunting menurut garsi vertical. Untuk contoh
di atas akan terdapat 10 guntingan vertikal. Kemudian acak-acaklah guntingan
tersebut sesuka hati. Bagaimanapun mengacaknya jumlah alokasi jam alat terpakai
tidak akan berobah, termasuk frekuensi alat terpakai atau tidak terpakai tidak akan
berubah.
Untuk mengisi blanko DPTP hanya satu rahasianya atau kiatnya, yaitu : DPTP
harus berbentuk bujur sangkar. Bilamana blanko nya tidak bujur sangkar (segi
15 x 20
DPTP ini dibagi menjadi 4 bujur sangkar seperti gambar di bawah ini.
5 x 5
15 x 15 5 x 5
5 x 5
c. Latihan Soal :
Bengkel Kerja Mesin suatu SMK memiliki peralatan (WST) dan struktur program sebagai
berikut :
Ruang Alat
1 6 jp
(T)
Form 03 ini jg bisa sekaligus digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah
peralatan yang harus disiapkan pengelola bengkel.