Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING

BIDANG STUDI IPA KELAS V DI SD NEGERI 10 PENYUSUK

KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA TAHUN PELAJARAN

2016/2017

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam Pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah tidak terlepas
dari bagaimana cara memperlakukan siswa. selain itu proses pembelajaran juga di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya faktor guru, siswa, kurikulum, lingkungan
sosial, dan lain-lain. Namun dari semua faktor tersebut yang terpenting adalah faktor guru
dan murid. Bagi siswa kelas V SD 10 Penyusuk mengalami kesulitan dalam pelajaran IPA
yang diberikan guru. Sehingga nilai tes siswa mengalami penurunan yang dratis.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semenjak
Manusia mulai mendiami bumi ini pendidikan telah ada. Hakikatnya pendidikan merupakan
serangkaian peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain:
tujuan, peserta didik, pendidik, isi/bahan cara/metode dan situasi/lingkungan. Hubungan
keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktivitas
satu pendidikan (Hadikusumo, 1995;36)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada SD Negeri 10 Penyusuk dapat
ditemukan hal-hal berikut : 1. Kondisi lingkungan sekolah yang kurang kondusif, karena letak
sekolah tersebut bersebelahan dengan toko pembuatan kursi dan lemari, 2. Berdekatan
dengan pasar pagi. Dari sistuasi ini sangat menganggu sekali proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung, seperti kebisingan suara gergaji mesin, mesin sugu, suara kendaraan
dan hiruk pikuknya pasar. Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anak juga
kurang, karena faktor pendidikan orang tua siswa yang rendah, sehingga mereka hanya
mengharapkan anak –anak belajar di sekolah saja, tanpa harus menggulangnya di rumah. Ini
juga menjadi salah satu kendala penyebab penurunan prestasi belajar.

Dari hasil pengamatan di atas proses pembelajaran di SD 10 Penyusuk sangat tidak kondusif,
itulah yang menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran IPA . Adapun nilai mata pelajaran
yang di peroleh siswa SD 10 tersebut pada tahun ajaran 2016/2017 di bawah nilai standar
yaitu 60 sedangkan nilai standar 65 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar belum optimal.

Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah
model pembelajaran Quantum teaching .Model pembelajaran ini merupakan model
percepatan belajar ( Accelerated Learning). Percepatan belajar yang di Indonesia dikenal
juga dengan program akselerasi tersebut dilakukan dengan menyingkirkan hambatan –
hambatan yang menghalangi proses alamiah dari belajar melalui upaya yang di sengaja.
Penyingkiran hambatan – hambatan belajar yang berarti mengefektifkan dan
mempercepatkan proses belajar dapat dilakukan misalnya : melalui menyediakan
perlengkapan visual ( untuk membantu siswa yang kuat kemampuan visualnya), materi-
materi yang sesuai dan penyajiannya di sesuaikan dengan cara kerja otak, dan keterlibatan
aktif ( secara intelektual, mental dan emosional ).

Model Pembelajaran ini menekankan kegiatannya pada pengembangan potensi manusia


secara optimal melalui cara- cara yang sangat manusiawi yaitu: mudah, menyenangkan dan
memberdayakan. Siswa dan guru bekerjasama berlatih dan bekerja sebagai tim untuk
mencapai kesuksesan bersama.

Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi


pembelajaran Quantum Teaching, karena straregi tersebut bisa di terapkan di sekolah dasar.
Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik, untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar itu
menurut Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4)
B . Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang yang di kemukakan di atas di peroleh beberapa identifikasi


masalah sebagai berikut :

 Adanya prestasi belajar untuk mata pelajaran IPA yang sangat rendah
 Adanya faktor lingkungan sekolah yang tidak kondusif.
 Siswa kurang berminat mengikuti proses pembelajaran, dalam mengikuti pelajaran IPA
siswa lebih banyak benggong dan jenuh karena model pelajaran yang digunakan guru
tidak menarik.
 Adanya perbedaan daya tangkap kelebihan dan kekurangan siswa dalam menerima
pembelajaran IPA.

C . Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang di tentukan, maka tujuan yang ingin di capai dalam
penelitian ini yaitu : ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui
pembelajaran Quantum Teaching Bagi siswa SD Negeri 10 penyusuk kecamatan Belinyu
Kabupaten Bangka.

D . Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalalui penelitian ini, yaitu :

 Bagi Dinas Pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian dapat dipertimbangkan
untuk meningkatkan pelayanan dengan menentukan kebijakan-kebijakan dalam dunia
pendidikan.
 Bagi Kepalah Sekolah dan Pengawas, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan
profesional dan supervesi kepada guru secara lebih efektif dan efisien.
 Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur untuk memperbaiki dan
peningkatan proses pembelajaran.
 Bagi SD Negeri 10 Penyusuk, kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka sebagai subjek
penelitian, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan
BAB 11

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A . Kerangka Teoritik

Menurut Sudiarto ( 1990 ) pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan
belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itu belajar sesunguhnya
bersifat interanal dari siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang
disengaja agar proses belajar mengajar terarah dan sistematis, karena di dalam proses
pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan lingkungan yang kondusif yang sengaja
dibentuk.

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )Menurut herlen dalam Dahar R.W ( 1992 : 3 ) Seperti yang
diucapkan Einstein: Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense
experience correspond to logically uniform system of thought “, mempertegas bahwa IPA
merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi satu sistem
pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.

Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam
kurikulum 2004 sains ( IPA ) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang
alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) berasal dari kata Sains yang berarti alam.
Sains menurut Suyoso ( 1998:23 ) merupakan “ pengetahuan hasil kegiatan manusia yang
bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu
yaitu teratur, sistematis, berobjek bermetode dan berlaku secara universal ”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil
kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa
metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum,
sehingga akan terus di sempurnakan.
BAB 111

METODE PENELITIAN

A .PENDEKATAN PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini disususun untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di sekolah, dan di
ujicoba dalam situasi yang sebenarnya dengan melihat kelebihan dan kekurangan siswa ,dari
kegiatan penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki permasalahan yang terjadi dan
mencari jawabannya. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya kolaboratif antara guru dan
siswa. Bagi guru untuk meningkatkan profesi sedangkan bagi siswa sendiri untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Penelitian tindakan kelas ini juga dapat juga di gunakan
untuk Kepala sekolah dan guru .

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan tertentu. Menurut teori
Dewrning by Doing ( 1859-1952). Dewey menerapkan prinsip-prinsip “ Learning by Doing “
yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingitahuan
siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya. Mendorong keterlibatanya secara aktif dalam
suatu proses belajar. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk
menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan
guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta
pengalaman.

Adapun kelebihan penelitian tindakan kelas menurut ( shumsky, 1982 ) seperti yang dikutif
oleh ( M. Mega N. Dan Kania Islami Dewi )

 Tumbuhnya rasa memiliki. Dengan rasa memiliki siswa akan mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi :
 Tumbuhnya kreativitas dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat
refleksi dan evaluatif :
 Dalam kerjasama ada saling meransang untuk berubah. Dangan kerjasama guru
berusaha untuk memperbaiki strategi mengajarnya agar dapat memperoleh hasil
belajar yang memuaskan :
 Meningkatkan kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan guru dpat bekerjasama
membuat kesepakatan untuk menyusun strategi yang lebih baik lagi, sehingga
mendapatkan hasil yang memuaskan.

Adapun penelitian tindakan juga memiliki kelemahan

 kurangnya pengetahuan dan keterampilan.


 berkenaan dengan waktu,karena seorang guru harus di sibukkan dengan rutinitas
sehingga kadang waktu kuang untuk ikut penelitian tidak dapat dilakukan secara
maksimal.
 berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.

Pendapat yang telah diuraikan diatas mengenai pemilihan tindakan, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuuk memperoleh
peningkatan kualitas tindakan yang diberikan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A . Lokasi Penelitian

1 . Deskripsi Lokasi Penelitian.

SD Negeri 10 penyusuk terletak di Desa penyusuk, Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka.


SD ini terdiri dari enam kelas yang didukung oleh tenaga pengajar sebanyak 6 guru kelas, 1
guru Agama Islam dan 1 guru Olah raga. Fasilitas yang dimiliki SD Negeri 10 Penyusuk antara
lain UKS, Koperasi Siswa, dan Perpustakaan. Di SD Negeri 10 Penyusuk juga diselenggarakan
juga kegiatan yang bersifat ekstrakulikuler.

2 . Data Penelitian

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data pengamatan
terhadap prestasi siswa kelas V dalam pelajaran IPA.

B . Hasil Penelitian

1 . Keadaan Awal Hasil Belajar Siswa

Sebelum dilaksanakan penelitian dengan menggunakan Quantum Teaching, rata-rata hasil


belajar IPA semester 11 kelas V SD Negeri 10 Penyusuk menunjukkan adalah 6.0 kondisi
tersebut menjadikan indikator pada penelitian ini bahwa kemampuan belajar IPA siswa
kelas V Sd Negeri 10 Penyusuk adalah rendah. Rendahnya kemampuan siswa tersebut diatas
disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA. Berdasarkan hasil
observasi pada waktu guru menggajar, menunjukkan bahwa pembelajaran yang terjadi
cenderung bersifat menonton, satu arah, kurang komunikatif, cenderung bersifat ceramah,
serta siswa kurang telibat aktif.

Berdasarkan penelitian awal tersebut, maka perlu suatu pendekatan pembelajaran yang
mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, siswa telibat aktif dalam belajar,
terjadinya komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasinya untuk belajar.
Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode Quantum Teaching yang
dilaksanakan dalam tiga siklus.

2 . siklus I

a . perencanaan

 Guru mempersiapkan materi yang akan di ajarkan.


 Guru mempersiapkan alat peraga gambar jenis batu - batuan
 Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa buku IPA
 Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.
 Guru membagi siswa menjadi kelompok terdiri dari 5 anak.

B . Pelaksanaan

Sebelum di mulai pelajaran guru bercerita terlebih dahulu tentang dongeng batu belah

 Anak – anak menyebutkan jenis batu yang berada di lingkungannya.


 Anak – anak bersama guru memisahkan jenis batu menurut sifatnya.
 Anak – anak bersama guru mendemonstrasikan gambar – gambar yang ada
hubungannya dengan jenis batu menurut sifatnya.
 Anak – anak di ajak untuk membuat pertanyaan yang belum di mengerti
 Anak – anak di beri pujian bila bisa menjawab pertanyaan dari guru.

C . Pengamatan

Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran Quantum


Teaching.

 pengamatan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok berdasarkan data hasil
observasi kerja sama siswa dalam kelompok saat pengajaran pada siklus 1 dengan
metode Quantum Teaching pada lampiran skor keaktifan siswa sebesar 51 dengan
persentase 71,22 % dan termasuk kategori sedang. Di tinjau dari keaktifan masing –
masing siswa, sebagian besar siswa cukup baik dalam kerjasama kelompok, yaitu 7 dari
25 siswa atau 28 % dengan kerjasama yang tinggi, sebanyak 12 dari 25 siswa atau 48 %
dengan kerja sama yang sedang dan sebanyak 6 dari 25 siswa atau 24% dengan
kerjasama yang rendah.
 pengerjaan soal – soal siklus 1 perilaku siswa terhadap pengerjaan soal – soal siklus 1
ada yang serius, ada yang masih acuh tak acuh, ada yang tampak bingung dan belum
jelas.
 Nilai hasil tes siklus 1 pada berdasar data hasil tes siklus 1 pada lampiran dapat
diketahui nilai rata – rata hasil belajar siswa adalah 6.6 naik dari nilai sebelum dilakukan
pembelajaran metode Quantum Teaching yaitu 6.0. Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptip yaitu pengolahan data melalui penyajian distribusi frekwentasi, angka
rata-rata (mean) dan prosentase. Adapun langkah-langkah analisis data tersebut adalah
sebagai berikut :

a . Tabel Distribusi Frekuensi

untuk menyajikan data prestasi belajar ke dalam tabel distribusi frekwensi di gunakan
rumus:

R = ( xt – xr ) + 1

Keterangan

R = Nilai Rentang

Xt= Nilai Tertinggi

Xr= Nilai Terendah

b. Menentukan rata-rata ( Mean ) untuk menghitung rata-rata ( Mean ) dengan


menggunakan rumus:

keterangan :

fx : Jumlah skor seluruh siswa

N : Jumlah siswa

M : Rata-rata

c. Menghitung rata-rata prosentase prestasi belajar


untuk mengetahui rata-rata prosentase tingkat prestasi belajar siswa dihitung dengan
menggunakan rumus

keterangan :

Rh : Rata-rata hitung

M : Mean ( rata-rata )

SMI : Skor maksimsl Ideal

 Dampak perlakuan siklus I yang di awali dengan perencanaan, tindakan dan pengamatan
berpengaruh pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada kerja sama siswa
dalam kelompok dan hasil tes yang dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui
peningkatannya yaitu pada nilai sebelum dilakukan pembelajaran,rata-rata 6,0 dengan
sesudah dilakukan pembelajaran dengan metode Quantum Teaching, Ratarata 6,6..

d . Refleksi siklus 1

Berdasar hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa meskipun
ada siswa yang kurang dalam kerjasama dalam kelompoknya. Beberapa siswa masih sibuk
bermain sendiri, bentuk pembelajaran yang di awali dengan bercerita menumbuhkan minat
belajar yang lebih baik, namun kekurangannya adalah bila siswa tersebut kurang
memperhatikan dan menyimak guru bercerita.

3 .Siklus 11

a . Perencanaan

 Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan


 Guru mengatur kelas supaya siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik
 Guru mempersiapkan contoh gambar-gambar

b . Pelaksanaan

Siswa mengelompokkan berdasar kelompok masing – masing

 Anak – anak diajak untuk mendengarkan cerita guru, dan di minta untuk bertanya bila
ada cerita yang kurang jelas.
 Anak – anak menyebutkan peristiwa alam beserta dampaknya
 anak –anak bersama guru mendemonstrasikan gambar – gambar yang termasuk
peristiwa alam beserta dampaknya.
 Anak – anak diajak mengulang materi secara bergilir
 Anak – anak di beri hukuman bila tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.

C . Pengamatan

 Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok pengamatan dilakukan dengan


melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan pada lampiran
menunjukkan diperoleh skor 62 dengan persentase 86,11 dan termasuk kategori tinggi.
Di tinjau dari partisipasi masing – masing siswa dalam kelompok, sebagian besar siswa
yaitu 15 dari 25 siswa atau 60 % partisipasi dalam kelompok tinggi, 8 dari 25 siswa atau
32 % partisipasinya dalam kelompok sedang dan 2 dari 25 atau 8 % partisipasinya dalam
kelompok rendah.
 pengerjaan soal –soal siklus II siswa siswa mengerjakan soal dengan semangat. Hal
tersebut dikarenakan minat belajar semangkin tinggi setelah mendapat perlakuan siklus
II. Dalam mengerjakan soal tes kedua ini, siswa lebih serius, tidak menoleh ke kanan dan
kiri serta lebih cepat menyelesaikan soal-soal.
 Nilai hasil tes siklus II berdasar hasil penelitian pada lampiran, diketahui nilai rata-rata
hasil belajar siswa pada siklus II adalah 7.3 atau mengalami kenaikan sebesar 0,7 atau
10,61% dari hasil belajar rata-rata siklus 1. Lebih jelasnya kenaikan hasil belajar siswa
pada siklus II ini. Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis deskriptif yaitu pengolahan data melalui penyajian distribusi frekwensi angka
rata-rata (mean) dan prosentase.
 Dampak perlakuan siklus II di awali dengan momen refleksi siklus I, siklus II berdampak
pada diri siswa yaitu dengan adanya peningkatan nilai tes. Hal tersebut dikarenakan
semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran.

d . Refleksi

pengamatan yang dilakukan pada siklus II yaitu partisipasi siswa terhadap kelompok
menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kelompok sudah bagus, meskipun masih ada
satu orang siswa yang kurang dalam parisipasi kelompok.
4 . Siklus 111

a . Perencanaan

 guru menyiapkan materi pelajaran


 Guru mengatur siswa untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik
 Guru mempersiapkan alat peraga

b . Pelaksanaan

 anak-anak berkelompok menurut kelompoknya masing-masing


 anak- anak diajak mendengarkan cerita guru, dan diminta bertanya bila ada cerita yang
kurang jelas.
 Anak-anak menyebutkan dampak kegiatan manusia terhadap permukaan bumi yang
mereka ketahui.
 Anak-anak bersama bersama guru menyebutkan dampak kegiatan manusia terhadap
permukaan bumi.
 Anak-anak bersama guru memberikan contoh dampak kegiatan manusia terhadap
permukaan bumi.
 Anak-anak di ajak menggulang materi secara bergilir bila kurang lengkap guru
melengkapi.
 Anak-anak di beri hadiah bila bisa menjawab pertanyaan, serta anak di beri hukuman
bila tidak bisa menjawab pertanyaan dengan cara menjawab pertanyaan yang di
berikan guru.

c . Pengamatan

 Pengamatan di lakukan terhadap kerjasama siswa dalam satu kelompok pengamatan di


lakukan dengan melihat partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan
pada lampiran menunjukkan diperoleh 67 dengan persentase 93,06 dan termasuk
katagori tinggi di tinjau dari partisipasi masing-masing siswa dalam kelompok, sebagian
besar siswa yaitu 18 dari 25 siswa atau 72% partisipasinya dalam kelompok tinggi, 7
dari 25 siswa atau 28% partisipasinya dalam kelompok rendah.
 pengerjaan soal-soal siklus III siswa bersemangat mengerjakan soal-soal yang
ditugaskan guru. Setelah mendapat perlakuan siklus II, dalam mengerjakan soal siswa
lebih serius dan tampak berlomba dalam menyelesaikan soal-soal.
 Nilai hasil tes siklus III berdasar hasil tes siklus III pada lampiran diketahui nilai rata-rata
hasil belajar siswa adalah 7,9 atau mengalami kenaikan sebesar 0,6 atau 8,22 % dari
nilai rata-rata hasil belajar siklus II. Lebih jelasnya kenaikan hasil belajar siswa pada
siklus III ini menggunakan analisis deskriptip yaitu penggolahan data melalui penyajian
distribusi frekwensi,angka rata-rata ( mean )dan prosentase.
 Dampak perlakuan siklus III, Siklus III yang diawali dengan momen refleksi siklus II
berpengaruh pada hasil belajar siswa. Refleksi dari proses pembelajaran pada siklus I,
siklus II sangat berpengaruh terhadap siklus III dalam peningkatan nilai siswa. Selain itu
diberlakukannya pembelajaran metode Quqntum Teaching ini juga menumbuhkan
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dari tingginya konsentrasi
siswa dalam mengikuti pelajaran, tidak ada siswa yang berbicara sendiri ataupun
bermain sendiri ....dst
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

DESKRIPSI DAN TEMUAN

Berdasarkan hasil observasi, bahwa dengan mengunakan metode bercerita sebelum


memulai pelajaran, siswa menjadi aktif bertanya dan mampu menjawab pertanyaan yang di
ajukan oleh guru, tidak ada siswa yang asyik sendiri. Semua siswa bersemangat
mendengarkan cerita guru. Jika ada cerita yang kurang jelas siswa berebutan untuk saling
bertanya. Hasil latihan dari belajar kelompok melalui game menunjukkan skor rata-rata
murid 79 dengan nilai terendah 66 tertinggi 100.

KESIMPULAN

Metode belajar bercerita sebelum pelajaran di mulai mampu meningkatkan keaktifan dan
pemahaman anak tentang pelajaran IPA. Dengan rata-rata hasil latihan 79%.

SARAN

Dalam bercerita dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, karena setiap anak pasti
senang mendengarkan cerita. Dari cerita bisa dilakukan pelajaran bertanya, diskusi antara
murid dan guru sehingga pelajaran dengan sistem dua arah bisa di terapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.(2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka


Cipta.

Dahar R.W ( 1992 ). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar R.W ( 1996 ) Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing
Company.

Quantum Teaching

Wwwagusinatras.blogspot.com.id diakses tangal 18 Mei 2017

Ptkcontoh.blogspot.co.id.

Https://yufai13022014.wordpress.com

Sapasayaa.blogsport.com >2012/03>kelebihan dan kekurangan PTK

Anda mungkin juga menyukai