Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga makalah ini dapat saya buat sebagai tugas dari guru untuk bahan
bantu dalam proses belajar mengajar.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas semester II sejarah
indonesia khususnya pada bab kerajaan-kerajaan islam di Indinesia. Karena makalah ini saya
buat dengan selengkap mungkin dan bagian-bagian yang penting telah saya rangkum di makalah
ini ,maka ketika mempelajari makalah ini siswa dapat dengan mudah mempelajarinya.
Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini dapat memberikan manfaat dalam segala
bentuk kegiatan belajar. Khususnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Daftar isi
Cover………………………………………………………………………………………………..
Penyusun…………………………………………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………..3
Pendahuluan……………………………………………………………………………………….4
Latar Belakang…………………………………………………………………….………………4
Rumusan Masalah………………………………………………………………………………....4
Tujuan Penulisan………………………………………………………………..…………………4
Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………………4
Pembahasan………………………………………………………………………………………..5
Teori Masuknya Islam di Indonesia……………………………………………………………….5
Cara-Cara Penyebaran Islam di Indonesia………………………………………….......................6
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia…………………………………………….………………8
Kerajaan Samudra Pasai…………………………………………………………...……………...8
Kerajaan Malaka…………………………………………………………………………………12
Kerajaan Aceh…………………………………………………………………………………....15
Kerajaan Islam di Pulau Jawa……………………………………………………………………18
Kerajaan Demak………………………………………………………………………………….18
Kerajaan Banten………………………………………………………………………………... 20
Kerajaan Mataram………………………………………………………………………………..22
Kerajaan Pajang………………………………………………………………………………….25
Kerajaan Islam di Kalimantan…………………………………………………………………...27
Kerajaan Islam di Sulawesi…………………………………………………………………........28
Kerajaan Islam di Muluku……………………………………………………………………….30
Kerajaan Ternate…………………………………………………………………………………30
Kerajaan Tidore………………………………………………………………………………….31
Kerajaan Islam di Papua…………………………………………………………………………32
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara……………………………………………..…………………33
Kesimpulan………………………………………………………………………………………34
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………35
Bab 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
3. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk menyelesaikan tugas sejarah Indonesia semester 2
Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang kerajaan-kerajaan islam
di Indonesia
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
Mendapatkan nilai yang bagus
4. Manfaat penulisan
Dengan ditulisnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi:
Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
Pembaca sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu.
Bab 2
Pembahasan
Berbagai teori tentang masuknyaIslam di Indonesia ini terus muncul sampai saat ini. Ada
beberapa pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia ini.
A. Teori Makkah
Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah Arab atau bahkan
dari Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan oleh Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul
Karim Amrullah), ia adalah seorang ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapat ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis
perguruan tinggi Islam Negri (PTIN) di Yogyakarta. Argumentasi yang dijadikan rujukan Hamka
adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Selain itu yang tidak boleh diabaikan adalah
fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab sudah berlayar mencapai Cina pada abad
ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah di
kepulauan Nusantara saat itu.
B. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia ini berasal dari
Gujarat pada abad ke-13, Islam dibawa dan disebarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat yang
singgah di kepulauan Nusantara. Mereka menempuh jalur perdagangan yang sudah terbentuk
antara India dan Nusantara. Pendapat ini dkemukakan oleh Snouck Hurgronje. Ia mengambil
pendapat ini dari Pijnapel, seorang pakar dari Universitas Leiden Belanda, yang sering meneliti
artefak-artefak peninggalan di Indonesia. Pendapat Pijnapel ini juga dibenarkan oleh J.P
Moquette yang pernah meneliti bentuk nisan kuburan-kuburan raja-raja pasai.
C. Teori Cina
Teori ini mengungkapkan tentang agama Islam yang disebarkan di Indonesia oleh
orang-orang Cina. Mereka bermadhab Hanafi, pendapat ini disimpulkan oleh salah seorang
pegawai Belanda pada masa pemerintahan kolonial Belanda dulu.
Teori ini beranggapan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari para
perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam
dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu Buddha etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan
penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah masuk ke Cina
pada abad ke-7 M, masa dimana agama ini baru berkembang.
D. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia beasal dari daerah
Persia atau Parsi (Iran). Pencetus dari teori inni adalah Hosein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hosein lebih menitik beratkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain : tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syi’ah
atas kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Gujarat/India,
Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia.
Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat
Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga
mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan
mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak
pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan
budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain.
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung tersebut dahulu merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat. Sebagian dari para
pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja atau bangsawan. Karena
pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan masuk Islam. Kemudian diikuti
oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dan di
dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama
Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam,
mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada
masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren
yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel
Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan Giri yang
santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan rakyat
memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya perluasan
wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat,
seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair.
Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang
diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam, Mencipta
tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat
lima waktu sekaligus alarm pengingat.
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Letak Geografis
Letak Kesultanan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak Samudra Pasai di
pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai. Dengan posisi
yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat baik dalam
kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1. Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada tahun1238
ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun sebuah
kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai. Tujuannya
tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan
okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa
orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut
Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra
Melayu klasik di bumi nusantara.
Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah,
telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula,
diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam sesuai
dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang
telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan
kepatuhannya kepada sang raja.
c. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Makamnya terletak di Gampông Kuta Krueng, Kecamatan
Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh.
B. Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah
membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam di Malaka. Pada
abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia Tenggara. Karena pada saat itu
Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam. Dalam perkembangannya
masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga kemudian muncul sebagai kerajaan besar.
Letak Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka.
Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora
(Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan
mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama
Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi
Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan
kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di
Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih
besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan
dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.
Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang
banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting
memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi
pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya
komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.
C. Kerajaan Aceh
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun
1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat
kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
2. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu waktu, Salahudin
gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-
Kahar.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar Muda. Semasa
pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke Semenanjung Malaya (Johor,
Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak pada angkatan perang Kerajaan Aceh. Armada
angkatan lautnya merupakan yang terkuat di masa itu.
Wilayah kerajaan Aceh pada masa kejayaannya
Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan berkembang pesat,
sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan internasional. Aceh menjalin hubungan yang baik
dengan Kerajaan Turki, Persia, Cina, dan India.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17
terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani,
Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah
Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia
meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota.
Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka,
keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus dijiluki Pangeran Sabrang
Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang
bergelar Sultan Trenggana.
3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah pemerintahannya,
kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah
kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim
pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di
kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini
bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada
Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu,
fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh).
Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi
kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu
sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.
B. Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan
Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah
menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi
kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat gigih. Pada
tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak. Pada
saat itu di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat penjualan dan
perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi raja dengan gelar
Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas kerajaan Banten dengan menyerang
Palembang. Dalam sejarah diceritakan penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing
Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari keturunan orang
Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keislaman di Palembang. Dalam
pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur. Namun, karena
usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran Ranamenggala sebagai
mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai
1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan lada dan
cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651 sampai 1692.
Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran agama Islam semakin
pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri, seperti Turki dan
Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan
belanda.
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang perdagangan. Hal
tersebut disebabkan karena:
o Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
o Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
o Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat sebagai pelabuhan
dagang yang baik.
o Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah baru di Jawa
Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan Masjid Agung
Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid Agung Banten yang mirip mercusuar
dibangun oleh Hendriik Lucozoon Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang masuk
islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid Agung Banten,
juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa yang dibangun olej Jan Lukas
Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut islam).
C. Kerajaan Mataram
Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal perkembangannya
adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang. Kerajaan mataram
berada di daerah jawa tengah bagian selatan dengan pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
o Pendiri desa mataram tahun 1556
o bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
o Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
o menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak
perempuan Ki Ageng Henis).
o Meninggal tahun 1584
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
o raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
o putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
o meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan Krapyak.
Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau
cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas
Jatmika )
o lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan Mataram,
1645
o raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
o Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan
Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
o Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
o kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan VOC
o menyerang Batavia sebanyak 2x.
.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
o Memerintah pada tahun 1646-1677
o Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
o Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan, yaitu
putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
o Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
o menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
o Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun 1646
ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah
Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai
VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh
Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia
kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah
pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang
bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat
jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di
seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh
seluruh penduduk
Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada
di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa
yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus
perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan
Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah
Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di
samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat
istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.
D. Kerajaan Pajang
Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya. Pajang
sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan
sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks
keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri Cina.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1. Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki
Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki
Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman Jawa
Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang
dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada
abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen (lembah
Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).
2. Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya
Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra
mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan
Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri,
sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri
sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-
orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga
tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah
menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdi pada Pangeran Benawa.
3. Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-1587,
bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka
Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat
ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang
putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan
Agung, raja terbesar Mataram.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura, ada
kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada masa itu
seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1 dan
Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di
dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di
lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di
sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
1) Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri
Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama Islam.Pada
pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan
perdagangan.
Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar dibedakan atas 3
lapisan atau kelas, yaitu:
o Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o Ata untuk Hamba Sahaya.
Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur perdagangan antara Maluku
dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang menjadi pusat perdagangan.
Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat maritime, yaitu
pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat Kerajaan Makasar juga
mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.
2. Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada tahun 1081 M. Baru
pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja
Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah
Syekh Mansur dari Arab.
Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat atau
Cina, kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai jalur
seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari sinilah kemudian
muncul berbagai macam kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Setiap kerajaan
pasti mengalami proses pertumbuhan, baik kemunduran maupun kemajuan (
puncak kejayaan ). Begitu pula kerajaan-kerajaan islam di Indonesia yang
mengalami pertumbuhan.
Daftar Pustaka
http://sajadahmuslimku.blogspot.com/2014/03/cara-penyebaran-agama-islam-di-indonesia.html
http://knowledgeprovider.blogspot.com/2011/10/kerajaan-samudra-pasai.html
http://www.g-excess.com/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-aceh.html
https://dinanurfadhilah.wordpress.com/2014/06/26/kerajaan-samudra-pasai/
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/5-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan.html
http://noviapingkanita.blogspot.com/
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/raja-raja-yang-pernah-menguasai-
kerajaan-banten.html
http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/
http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/kerajaan-pajang.html