Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU ORGANSISASI

ORGANISASI SEBAGAI SISTEM SOSIAL

Dosen Pengampu : H. M. Adlin Damanik, Drs, M.AP

Disusun oleh Kelompok III:

Roihatul Jannah (0307171149)

Nurmalina (0307171009)

Fanni Dwi Windi (0307171003)

Dinda Nurjannah (0307161034)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
MEDAN 2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita sampaikan kepada Allah swt yang telah memberi kita
segala nikmat yang bisa kita rasakan sampai saat ini. Tak lupa juga shalwat
bertangkaikan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad saw yang telah
membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang seperti
sekarang ini.

Kami dari penulis makalah mengucapkan terimakasih kepada kedua orang


tua yang telah memberikan banyak dukungan kepada kami sehingga kami
memperoleh semangat dalam menjalankan segala kegiatan perkuliahan ini. Yang
kedua kami ucapakan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah
memberikan waktu yang berharga untuk kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang bapak berikan. Dan terakhir kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah yang kami susun ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan


yang kami lakukan baik dari segi penulisan maupun sisi editing dalam makalah
ini. Oleh sebab itu kami berharap kritikan dan saran yang membangun kami
kedepannya nanti. Sehingga dengan adanya kritik dan saran yang diberikan, kami
dapat memperbaiki kinerja kami dikemudian hari nanti.

Medan, 15 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

A.Latar Belakang.........................................................................................1

B.Rumusan Masalah....................................................................................1

C.Tujuan Masalah........................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)

A.Pengertian Organisasi dan Sitem Sosial...................................................2


B.Organisasi Dipandang Sebagai Perwujudan Tingkah Laku Orang-Orang
Yang Menagakomodasikan Interaksi Berstruktur........................................3
C.Model Getzels Tentang Gambaran Organisasi Sebagai Proses Interaksi
Sosial............................................................................................................5

BAB III (PENUTUP)

Kesimpulan..................................................................................................9

DAFTAR PUTAKA.....................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Organisasi sebagai sistem sosial dikarenakan di dalamnya terdapat sekelompok
orang yang memiliki hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya sehingga
bersosialisasi dengan para pelaku organisasi. Dalam perilaku organisasi, individu–
individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan cara bersosialisasi dengan yang
lain. Hal seperti ini akan membuat tugas yang diberikan akan terasa mudah karena
dapat dilakukan bersama.
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi. Studi ini adalah
sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan
memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi, dan
sumber daya manusia dan pisikologi industry serta perilaku organisasi. Seperti halnya
dengan semua ilmu social, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol,
memprediksikaan, dan menjelaskan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi dan system sosial ?
2. Bagaimana organisasi dipandang sebagai perwujudan tingkah laku orang-orang
yang mengakomodasikan interaksi berstruktur ?
3. Bagaimana model getzels tentang gambaran organisasi sebagai proses interaksi
sosial ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan organisasi dan system sosial
2. Untuk mengetahui organisasi dipandang sebagai perwujudan tingkah laku orang-
orang yang mengakomodasikan interaksi berstruktur
3. model getzels tentang gambaran organisasi sebagai proses interaksi sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi dan Sistem Sosial


Pengertian organisasi adalah suatu kelompok orang yang mempunyai tujuan yang
sama. Tujuan merupakan hasil yang berupa barang, jasa, uang, pengetahuan dan lain-lain.
Sedangkan pengertian dari sosial adalah manusia yang berkaitan dengan masyarakat dan
para anggotanya (dikutip dari W3 dictionary). Dengan demikian sistem sosial merupakan
orang-orang dalam masyarakat dianggap sebagai sistem yang disusun oleh karakteristik
dari suatu pola hubungan dimana sistem tersebut bekerja untuk mewujudkan
keinginannya.
Perilaku organisasi adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana
orang bertindak di dalam organisasi. Dengan demikian dalam kaitannya dengan
organisasi sebagai sistem sosial maka kajian perilaku organisasi mencakup berbagai
aspek seperti : publik, bisnis, sosial dll. Kita tahu bahwa hampir semua pekerjaan
dilakukan dalam lingkup sosial. Begitupula dengan organisasi, organisasi akan berjalan
dengan baik jika diatur dengan sistem yang baik sehingga cakupan sosial didalamnya
dapat bekerja sesuai pakem yang telah diatur dalam suatu sistem. Cakupan sosial yang
dimaksud adalah pekerjaan, komunikasi serta koordinasi yang dilakukan dalam
organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.
Faktor faktor Organisasi antara lain (menurut John Willey)
 Manusia
 Teknologi yang digunakan
 Tugas/ kerja
 Budaya organisasi

Manusia merupakan salah satu faktor penting dalam organisasi. Manusia itu
sendiri merupakan makhluk social. Dan dalam organisasi manusia bekerja tidak sendiri,
maka manusia melakukan komunikasi serta koordinasi dalam bekerja. Dengan demikian
aspek sosial tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Dan dapat dikatakan juga bahwa
Sistem sosial itu juga merupakan organisasi dan sebaliknya.
B. Organisasi Dipandang Sebagai Perwujudan Tingkah Laku Orang-orang yang
Mengakomodasi Interaksi Berstruktur

2
Sistem adalah komponen-kmponen yang mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lainnya, yang saling berpengaruh dan tak dapat dipisahkan. Menurut Dr.
Nasikin suatu sistem sosial, pada dasarnya tidak lain adalah suatu sistem dari pada
tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara berbagai
individu, yang tumbuh dan berkembang. Sedangkan menuurut sistem organik organisasi-
organisasi yang ada dapat dibandingkan dengan sistem biologis yang dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Di bawah ini unsur sistem sosial berdasarkan unsur sistem:
 Adanya elemen-elemen yaitu masyarakat,
 Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian dalam
setiap individu,
 Elemen-elemen masyarakat menjadi satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan,
 Mempunyai tujuan yang sama dalam lingkungan sosial.

Sedangkan organisasi sebagai sistem mempunyai ciri-ciri diantaranya:

 Terbuka, yaitu sebuah organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan


sekitar baik positif maupun negatif.
 Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem, maksudnya organisasi
mempunyai struktur yang jelas dari susunan atas sampai bawah dalam struktur
organisasi.
 Diantara sub sistem terjadi ketergantungan dalam organisasi adanya kegiatan
dimana proses yang dilakukan dan dikerjakan secara bertahap dan teratur sesuai
dengan prosedurnya.
 Kemampuan menyesuaikan diri, organisasi harus mempunyai sifat fleksibel dalam
menyikapi lingkungan sosial yang berbeda termasuk individu didalamnya.
 Adanya tujuan, organisasi harus menentukan tujuan yang dicapainya agar dapat
menukur tingkat keberhasilan organisasi itu sendiri.
 Mempunyai batas, suatu organisasi meskipun terbuka tetapi harus mempunyai
batasan-batasan dengan lingkungan sosial, karena meskipun organisasi berbaur
dengan lingkungannya namun tidak menjadikan organisasi itu lebur dengan
lingkungan sosial karena organisasi pada dasarnya mempunyai prinsip yang
dianut.
 Mekanisme control, organisasi menerima masukan-masukan dari masyarakat
khususnya stakeholder untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produk organisasi.

3
Organisasi sebagai sistem pada dasarnya yaitu suatu organisasi harus mampu
bertahan dan berkembang dalam lingkungannya dan menghadapi komponen-komponen
sosial yang terjadi didalamnya.

Perilaku setiap individu dalam interaksi berstruktur berbeda-beda tergantung dari


individu tersebut, tingkah laku interaksi berstruktur dalam organisasi artinya perilaku
individu yang terjadi interaksi dalam sebuah struktur organisasi tersebut, atau perilaku
individu dalam berinteraksi yang terkait dengan pekerjaan organisasi. Dibawah ini
terdapat dua model desain organisasi:

1. Model mekanik, merupakan model struktur birokrat dimana kekuasaan tertinggi


dipegang penuh oleh pemimpin teratas.
Keunggulan dari model ini yaitu:
 Adanya spesialisasi yang tinggi dalam pembagian tugas sehingga
produktivitas tenaga kerja tinggi.
 Adanya sentralisasi dimana setiap keputusan dan tindakan dalam tiap-tiap
bagian harus diketahui oleh pemimpin sehingga organisasi terkontrol.
 Adanya rantai perintah yang jelas seperti pembagian kerja dan jabatan
structural yang jelas, termasuk wewenang dan tanggung jawab setiap individu.

Sedangkan kekurangan model ini diantaranya:

 Spesialisasi pekerjaan mengakibatkan tenaga kerja merasa jenuh dan


kemampuannya kurang berkembang.
 Hubungan formal yang tinggi mengakibatkan terjadinya hubungan yang kaku
dalam setiap individu didalamnya.
2. Model organik, dapat dikatakan model struktur yang sifatnya kerja sama.
Keunggulan model ini diantaranya:
 Arus informasi bebas sehingga tenaga kerja dapat bebas memperoleh
informasi yang ia butuhkan.
 Desentralisasi yaitu setiap bagian mempunyai wewenang dan kekuasaan
penuh dalam kegiatan organisasi sehingga setiap individu mempunyai peran
serta dalam pengambilan keputusan.
 Formalisasi rendah sehingga hubungan yang terjalin lebih harmonis dan
kekeluargaan yang membuat produktivitas menjadi tinggi.

4
Kekurangan dari model ini adalah tidak adanya kejelasan dari pemimpin,
sehingga keberhasilan organisasi terletak pada kesadaran setiap tenaga kerja
didalamnya.

C. Model Getzels untuk memberi gambaran tentang organisasi sebagai proses


interaksi sosial
Model Getzels dimulai dengan pertimbangan tentang latar belakang yang paling
umum dari perilaku antar pribadi atau sosial, yaitu suatu sistem sosial tertentu. Suatu
system ialah sekelompok bagian atau badan yang membentuk suatu keseluruhan yang
dipersatukan. Jika satu bagian dari sistem berubah, bagian-bagian lain akan berubah atau
memaksa bagian yang menyimpang itu menyelaraskan dengan sistem yang ada. Karena
suatu sistem ditandai dengan hubungan timbal-balik antara bagian-bagiannya, bagian-
bagiannya tersebut hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan keseluruhannya. Begitu
pula keseluruhannya hanya bisa dipahami dalam hubungan dengan unsur-unsurnya dan
bagian-bagian integralnya.
Menurut Getzels, organisasi selaku sistem sosial memiliki dua dimensi, yaitu
dimensi sosiologi dan dimensi psikologis.
Dimensi sosiologis disebut juga dengan dimensi nomotetis yaitu mengacu
kepada lembaganya yang ditandai dengan peranan-peranan dan harapan-harapan tertentu
sesuai tujuan-tujuan sistem tersebut.
Sedangkan dimensi psikologis disebut juga dimensi idiografis yaitu mengacu
kepada individu-individu yang menempati sistem, masing-masing dengan kepribadian
dan disposisi kebutuhan tertentu.

Dimensi nomotetis

5
Untuk memahami sifat perilaku yang nampak dan untuk bisa meramalkan dan
mengendalikannya sifat dan hubungan dari unsur-unsurnya harus dipahami.

Istilah organisasi atau lembaga menunjuk kepada badan-badan yang didirikan


untuk menjalankan “fungsi-fungsi institusional bagi sistem sosial secara keseluruhan”.
Semua lembaga memiliki fungsi-fungsi imperative tertentu yang harus dilaksanakan
menurut cara-cara rutin tertentu pula. Fungsi-fungsi ini – seperti memerintah, memeriksa,
mengadili, mendidik, dan seterusnya – bisa disebut telah melembaga, dan badan-badan
yang didirikan untuk menjalankan fungsi-fungsi yang telah melembaga ini bagi sistem
sosial secara keseluruhan bisa disebut “lembaga”.

Suatu bagian yang penting dari lembaga atau organisasi ialah


peranan. Peranan ialah “aspek-aspek dinamis dari kedudukan dan jabatan di dalam suatu
lembaga”, dan ia menetapkan perilaku para pemegang peranan itu. Di lingkungan sekolah
para pemegang peranan ini meliputi kepala kantor pendidikan, pengawas, kepala sekolah,
guru, dan personil lain. Peranan didefinisikan dalam kata-kata harapan-harapan, yaitu
“kewajiban dan tanggung jawab” yang harus dijalankan oleh pemegang peranan.
Harapan-harapan ini menetapkan bagi pemegang peranan, siapa pun pemegang peranan
itu, apa yang ia harus dan tidak harus lakukan selama ia pemegang dari peranan tertentu
itu.

Suaatu sifat pokok dari peranan-peranan ialah bahwa satu sama lain saling
melengkapi. Setiap peranan memperoleh serta maknanya dari peranan lain yang
berhubungan. Sifat saling melengkapi inilah yang mempersatukan dua peranan atau lebih
menjadi unit yang berpadu dan interaktif, yang memungkinkan kita memahami suatu
organisasi sebagai struktur yang karakteristik.

Pada tahap analisa ini para pemegang peranan mungkin dapat dipikirkan selaku
“aktor-aktor” yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi, seakan-akan semua pemegang
peranan itu semua benar dan seolah-olah menjalankan peranan tertentu dengan cara yang
sama. Hal ini memungkinkan pemahaman dan ramalan kasar tertentu mengenai perilaku
dalam suatu organisasi.

Dimensi idiografis

6
Mengetahui sekedar sifat peranan dan harapan di dalam suatu lembaga tidak
cukup, peranan-peranan itu ditempati oleh individu-individu yang nyata, dan tidak ada
individu yang sama. Setiap inidividu memberi sifat khas kepada peranan yang
ditempatinya itu dengan gaya unik dari pola kepribadiannya yang karakteristik.
Singkatnya, sebagai tambahan kepada aspek nomotetis atau institusional, aspek-aspek
idiografis dan psikologis haus dipertimbangkan juga. Dimensi individu bisa dianalisa
menjadi unsure-unsur kepribadian dan diposisi kebutuhan.

Suatu perbuatan diturunkan serentak dari dimensi-dimensi iidiografis dan


nomotetis. Artinya, perilaku sosial terjadi bila seseorang berusaha untuk mengatasi suatu
lingkungan yang terdiri dari pola harapan bagi perilakunya dengan cara yang cocok
dengan pola kebutuhannya sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku dalam organisasi
adalah suatu fungsi dari perana institusional tertentu yang ditetapkan oleh harapan-
harapan yang dikaitkan kepadanya, dan kepribadian dari pemegang peranan tertentu yang
ditetapkan oleh disposisi kebutuhannya. Pada waktu yang sama dimensi individual dari
organisasi menuntut terpenuhinya kebutuhan dan keinginan indivisual sehingga
organisasi bisa menjadi efisien dan efektif.

Perluasan Model; Dimensi antropologis

Dengan memfokuskan kepada dimensi sosiologis dengan konsep peranan dan


dimensi psikologis dengan konsep kepribadian orang mudah melupakan dimensi dan
variable perilaku sosial lain. Sehubungan dengan itu Getzels memperingatkan adanya
perangkat konsep lain yang diturunkan dari dimensi antropologis yaitu dimensi kultural.

Getzel dan Thelen, menyadari keterbatasan konsep proses sosial itu, telah
mengembangkan suatu dimensi baru yang dimaksudkan untuk melukiskan dengan lebih
memadai kenyataan organisasi di lingkungan masyarakat yang lebih luas lagi.
Lembaga/organisasi dan individu bisa dilihat dalam kata-kata kultural, mengingat mereka
terpancang dalam suatu kultur dengan tradisi dan nilai-nilainya yang spesifik. Sehingga,
sifat peranan-peranan institusional dan kepribadian individu berkaitan dengan tradisi
yang spesifik dari kultur itu, dan harapan-harapan serta disposisi kebutuhan dengan nilai-
nilainya.

7
Guru, misalnya, tidak bisa mengabdikan dirinya dengan efektif kepada
pendidikan kecerdasan akal biila jenis pendidikan serupa itu tidak didukung oleh tradisi.
Murid tidak bisa diharapkan akan mengejar prestasi belajar yang optimum di sekolah,
jika prestasi optimum bukan suatu nilai kultural. Dalam pengertian inilah harus diingat
bahwa bersamaan dengan dimensi-dimensi sosiologis dan psikologis itu berinteraksi
dengan dimensi kultural atau antropologis.

8
BAB III

PENUTUP

Organisasi dikatakan sebagai suatu sistem sosial, karena organisasi merupakan suatu
wadah yang merupakan tempat orang berinteraksi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam organisasi tersebut dan mempunyai tujuan
dari proses interaksi mereka, sedangkan dalam pelaksanaannya organisasi tidak terlepas dari
keadaan sosial atau masyarakat, yang artinya organisasi bersifat terbuka. Sistem sosial yang
dimaksudkan adalah organisasi tersebut disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
setempat, sehingga terdapat hubungan antara organisasi dan masyarakat.

Sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu-individu dalam suatu tempat yang


berlangsung untuk jangka waktu yang sangat lama bahkan seumur hidup dan terjadi proses
interaksi diantara mereka sehingga terjadi atau terbnetuk suatu peraturan-peraturan yang
mengikat kehidupan mereka. Maka dari pada itu, Getzels dan Guba, menggambarkan organisasi
sebagai sistem sosial yang dilihat dari proses interaksi sosialnya yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yaitu terdapat interaksi yang sangat jelas antara lembaga dan individu atau para
anggota organisasi yang merupakan bagian dari masyarakat dalam menjalankan suatu organisasi.

Oleh karena itu, organisasi sebagai sistem sosial perlu dipejari dalam kajian perilaku
organisasi karena kajian perilaku organisasi juga menyangkut pada perilaku atau kondisi
masyarakat yang dapat mempengaruhi pada perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nasikin. (2006). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek


Profesional. Bandung: Angkasa.

Patria, Daisy. (2010). Sistem Perilaku Organisasi. [Online].


Tersedia: http://eziekim.wordpress.com/2010/01/09/sistem-perilaku-organisasi/ [20
September 2010].

10

Anda mungkin juga menyukai