Anda di halaman 1dari 8

Kemukjizatan Al-Qur'an

Definisi mukjizat dan pengukuhan nya

I'jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum


ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan).
Yang di maksud dengan i'jaz dalam pembahasan ini adalan menampakkan kebenaran Nabi
dalam pengakuan nya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang arab
untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur'an, dan kelemahan generasi-generasi
sesudah mereka. Dan mu'jizat (mukjizat) adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan
dan selamat dari perlawanan.

Al-Qur'an Al-karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang arab tetapi mereka tidak
sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balagah-
nya.Hal ini tiada lain karena Al-Qur'an adalah mukjizat.

Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan :

1). Menantang mereka dengan seluruh Al-Qur'an dalam uslub(metode) umun yang meliputi
orang Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan
kemampuan mereka secara padu melalui firman-nya :
"Katakalan:sesungguh nya jika manusia dan jin berkumkumpul untuk membuat yang serup Al-
Qur'an ini, niscya mereka tidak akan dapan membuat yang serupa dengannya, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. "(Al-Isra':88).

2). Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-Qur'an, dalam firman nya,

"Ataukah mereka mengatakan:'Muhammad telah membuat Al-Qur'an itu. Katakanlah: '( Jika
demikian), maka datanglah sepuluh surat yang dibuat-bat yang menyamainya, dan pnggilah
orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar. 'Jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruan itu, ketahuilah,
sesungguhnya Al-Qur'an itu di turunkan dengan ilmu Allah. "(Hud:13-14).

3). Menentang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur'an dalam Firman nya :
"Atau (patutkah) mereka mengatakan, Muhammad yang telah megada-adakannya. Katakanlah,
"(kalau benar kamu katakan itu, maka datankanlah sebuah surat sepertinya. "(Yunus:38).

"Dan jika kamu (tetap) dalam keadaan ragu tentang Al-Qur'an yang kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu... "(Al-
Baqarah:23).

Orang yang mempunyai sedikit saja pengetahuan tentang sejarah bangsa Arab dan sastra
bahasanya, tentu akan mengetahui fakto-faktor bagi di utusnya Rasulullah yang meninggikan
bahasa Arab, menghaluskan tutur katanya dan mengimpulkan ragam dialek nya yang paling baik
dari pasar-pasar sastra dan perlombaan puisi dan prosa. Sehingga muara aliran fasahah dan
peredaran kalam yang retorik berakhir pada bahasa Quraisy, dengan bahasa mana Al-Qur'an
diturunkan.Mereka telah dapat menelaah ayat-ayat Al-Qur'an, membolah baliknya dan
mengijinya dengan metode yang mereka gunakan untuk menguntai puisi dan prosa, namun
mereka tidak mendapat kan jalan untuk menirunya atau celah-celah untuk menghadapinya.
sebaliknya, yang meluncur dari mulut mereka adalah kebenaran yang membuat mereka bisa
secara spontan ketika ayat-ayat Al-Qur'an menggoncangkan hati mereka, seperti yang terjadi
pada Al-Wahid bin Mughirah. Dan di saat sudah tidak sanggup lagi berdaya upaya, mereka
melemparkan kepada Al-Qur'an itu kata-kata yang membingungkan. Mereka mengatakan, "Al-
Qur'an adalah sihir yang di pelajari, karya penyair gila, atau dongengan bangsa purbakala.
"mereka tidak dapat menghindar lagi di hadapan kelemahan dan kesombongannya selain harus
menyerahkan leher kepada pedang;seakan-akan keputusasaan yang mematikan telah
memindahkan para penderitanya dari pandangan mereka terhadap kehidupan pangan dan
umur panjang saat kematia, sampai akhirnya mereka menyerah kepada kematian. Dengan
demikian terbuktilah sudah kemukjizatan Al-Qur'an. Tanpa diragukan lagi.

Mendengarkan Al-Qur'an juga merupakan bagian dari argumentasi kemukjizatannya yang pasti,

‫وان احد من المشر كين استجا رك فا جره حتى يسمع كلم ا‬

"Dan jika seseorang diantara orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. "(At-Taubah:6).
Kemukjizatan Al-Qur'an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akal
selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Al-Qur'an tetap merupakan mukjizat bagi seluruh
umat islam.

ASPEK-ASPEK KEMUKJIZATAN AL-QUR'AN

Perkembangan ilmu ilmu kalam dalam sejarah islam mempunyai pengaruh yang lebih tepat untuk di
katakan sebagai "kalam di dalam kalam(kalam fi kalam). " Bencana tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulain
tampat ketika membicarakan tentang pemikiran khaldu Al-Qur'an (Al-Qur'an sebagai makhluknya).
Kemudian pendapan dan pandangan mereka tentang kemukjizatan Al-Qur'an berbeda-beda dan
beragam.

1). Abu Ishaq Ibrahim An Nazham" dan pengikutnya dari kaum Syi'ah seperti Al-Murtadha berpendapat,
bahwa kemukjizatan Al-Qur'an adalah dengan cara shirfah (pemalingan). Arti shirfah dalam pandangan
An-Nazham ialah, Allah memalingkan orang orang Arab untuk menantang Al-Qur'an, padahal sebenarnya
mereka mampu menghadapi nya. Maka pemalingan inilah yang luar biasa (menjadi mukjizat). Sedang
shirfah menurut pandangan Al Murtadha ialah, Allah telah mencabut dari orang-orang itu ilmu-ilmu yang
diperlukan untuk menghadapi Al-Qur'an agar tidak mampu membuat yang seperti Al Qur'an.

Menurut Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillani, "Salah satu hal yang membatalkan pendapat tentang
shirfah ialah, kalaulah menandingi Al-Qur'an itu mungkin tetapi mereka dihalangi oleh shirfah, maka
kalam Allah itu tidak mukjizat, melainkan shirfah itulah yang mukjizat. Dengan demikian, kalam tersebut
tidak mempunyai kelebihan apa pun atas kalam yang lain.

Pendapat tentang shirfah ini batil dan ditolak oleh Al-Qur'an sendiri dalam firman-Nya,
"Sestungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur'an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain. "(Al-Isra': 88).

2) Beberapa ulama berpendapat, Al-Qur'an itu mukjizat dengan balagah nya yang mencapai tingkat
tinggi dan tidak ada bandingnya. Ini adalah pendapat ahli bahasa Arab yang gemar akan bentuk bentuk
makna yang hidup dalam untaian kata kata yang terjalin kokoh dan retorika yang menarik.

3) Sebagian lain berpendapat, segi kemukjizatan Al-Qur'an itu ialah karena ia mengandung badi' yang
sangat unik dan berbeda dengan apa yang telah dikenal dalam perkataan orang Arab, seperti fashilah
dan maqtha

4) Golongan lain berpendapat, kemukjizatan Al-Qur'an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal
ghaib yang akan datang yang tak dapat diketahui kecuali dengan wahyu, dan pada pemberitaannya
tentang hal-hal yang sudah terjadi sejak masa penciptaan makhluk, yang tidak mungkin dapat
diterangkan oleh seorang ummi yang tidak pernah berhubungan dengan ahli kitab. Misalnya firman Allah
tentang penduduk Badar,

‫سيهر م الجمع ويولون الدبر‬


"Golongan itu pasti dikalahkan dan mereka akan mundur kebelakang. "(Al-Qamar:45).

5). Kelompok Iain berpendapat, Al-Qur'an itu mukjizat karena ia mengandung bermacam-macam ilmu
dan hikmah yang sangat dalam. Dan masih banyak lagi aspek-aspek kemukjizatan lainnya yang berkisar
pada sekitar tema-tema di atas, sebagaimana telah dihimpun oleh sebagian ulama, mencapai sepuluh
aspek atau lebih.

Pada hakikatnya, Al-Qur'an itu mukjizat dengan segala makna yang bawakan dan dikandung oleh
lafazh-lafazhnya. la sebagai mukjizat dalam lafazh-lafazh dan redaksinya. Satu huruf daripadanya yang
berada di tempatnya merupakan suatu mukjizat yang diperlukan oleh lainnya dalam ikaatan kata, satu
kata yang berada di tempatnya juga merupakan mukjizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada
di tempatnya pun nerupakan mukiizat dalam jalinan surat.

la sebagai mukjizat dalam hal bayan (penjelasan, retorika) dan nazham (jalinan)nya. Di dalamnya
seorang pembaca akan menemukan gambaran hidup bagi kehidupan, alam dan manusia. Ia adalah
mukjizat dalam makna-maknanya yang telah menyingkapkan tabir hakikat kemanusiaan dan misinya di
dalam kosmos ini.

Ia menjadi mukjizat dengan ilmu dan pengetahuan yang hakikatnya yang ghaib telah diakui dan
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern.

Ia adalah mukjizat dalam tasyri' dan pemeliharaannya terhadap hak-hak asasi manusia serta dalam
pembentukan masyarakat teladan yang di tangannya dunia akan berbahagia.

Al-Qur'an seluruhnya, itulah yang membuat orang Arab yang semula hanya penggembala domba dan
kambing, menjadi pemimpin bangsa-bangsa dan panutan umat. Ini saja sudah cukup menjadi bukti
mukjizat.

Menurut Al-Khatthabi dalam kitabnya, bahwa dapat disimpulkan dari keterangan tersebut bahwa Al-
Qur'an itu mukjizat karena ia datang dengan lafazh-lafazh yang paling fasih, dalam susunan yang paling
indah dan mengandung makna-makna yang paling valid, sahih, seperti peng Esa-an Allah, penyucian
sifat-sifat nya,ajakan taat kepada nya, penjelasan beribadah kepadanya, dengan menerangkan hal yang
dihalalkan dan di haramkan, dilarang dan di bolehkan;juga seperti nasihat dan bimbingan, amar makruf,
nahi mungkar, serta bimbingan akhlak yang baik dan larangan dari akhal buruk.

Lingkup Kemukjizatan Al-Qur'an


1) Golongan Mu'tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan Al-Qur'an,
bukan dengan sebagiannya, atau dengan setiap suratnya secara lengkap.
2) Sebagian ulama berpendapat, sedikit atau banyak dari Al-Qur'an itu, tanpa harus satu surat penuh,
juga merupakan mukjizat: "Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an...
(Ath-Thur:34)

3) Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surat lengkap sekalipun
pendek, atau dengan ukuran satu surat, baik satu ayat atau beberapa ayat.

Al-Qur'an telah memberikan tantangan agar didatangkan sesuatu yang sama persis dengan Al-Qur'an;
dengan keseluruhannya seperti dalam surah Al-Isra':88, dengan sepuluh surat, seperti termaktub dalam
surah Hud:13, atau dengan satu surat; seperti dalam surah Yunus:38, juga dengan satu ayat seperti
dalam Ath-Thur: 34.

Kita tidak berpendapat, kemukjizatan itu hanya terdapat pada kadar tertentu, sebab kita dapat
menemukannya pula pada bunyi huruf-hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana kita
mendapatkannya pada ayat-ayat dan surat-surat nya. Al-Qur'an adalah Kalamullah. Ini saja sudah cukup.

Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mukjizat itu, maka jika seorang penyelidik yang
obyektif dan mencari kebenaran memper-hatikan Al-Qur'an dari aspek manapun yang ia sukai, segi
uslubnya, segi ilmu pengetahuannya, segi pengaruh yang ditimbulkannya di dalam dunia dan wajah
sejarah yang diubahnya atau semua segi tesebut, tentu kemukjizatan itu ia dapatkan dengan jelas dan
terang. Dan sudah sepantasnya bila di bawah ini kami membicarakan tiga macam aspek kemukjizatan Al-
Qur'an seperti; aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri'(hukum).

Kemukjizatan Dalam Aspek Bahasa


Para pakar bahasa Arab telah menekuni ilmu bahasa ini sejak awal pertumbuhannya, kemudian
menjadi remaja, sehingga menjadi raksasa perkasa yang hebat. Mereka menggubah puisi dan prosa,
kata-kata bijak dan matsal yang tunduk pada aturan bayan yang diekspresikan dalam redaksi-redaksi
yang memukau, dengan gaya bahasa hakiki dan metafor, padat dalam tuturnya.

Akan tetapi, meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi dihadapan Al-Qur'an, dengan
kemukjizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan kecil yang tunduk menghormat dan takut
terhadap uslub Al-Qur'a. Semakin anda mengenali dan mengetahui rahasia-rahasia nya, anda akan
semakin mengakui kebesaran dan semakin yakin akan Kemukjizatan nya. pengetahuan tentang rahasia-
rahasianya akan menjadikan anda menguasainya dan membukakan bagi anda jalan untuk menambah
nya. Atas dasar itulah tukang-tukang sihir fir'aun termasuk orang yang pertama-tama beriman kepada
Tuhan Musa dan Harun.

Dalam pada itu mereka yang dirasuki ketertipuan dan ditimpa noda kesombongan serta berusaha
menandingi uslub Al-Qur'an, menirunya dengan bualan kosong yang lebih menyerupai kata-kata hina,
rendah dan sia-sia. Dan akhirnya mereka kembali dalam keadaan rugi, seperti mereka yang mengaku
menjadi nabi, para dajjal, pendusta, dan sebagainya.
Sejarah menyaksikan, bahwa ahli-ahli bahasa telah terjun ke dala festival bahasa dan mereka
memperoleh kemenangan. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang berani memproklamirkan
dirinya menantang Al-Qur'an, melainkan ia hanya mendapat kehinaan dan kekalahan. Bahkan sejarah
mencatat, kelemahan bahasa ini terjadi justru pada masa kejayaanya dan kemajuannya ketika Al-Qur'an
diturunkan. Saat itu bahasa. Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaan
dan kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar bahasa. Dan berdiri tegak di hadapan para ahli bahasa
dengan sikap menantang, dengan berbagai bentuk tantangan. Volume tantangan ini kemudian secara
berangsur-angsur diturunkan menjadi lebih ringan, dari sepuluh surat menjadi satu surat, dan bahkan
menjadi satu pembicaraan yang serupa dengannya. Namun demikian, tak seorang pun dari mereka
sanggup menandingi atau mengimbanginya, padahal mereka adalah orang-orang yang sombong, tinggi
hati dan pantang dikalahkan. Seandainya mereka punya kemampuan untuk meniru sedikit saja
daripadanya atau mendapat celah-celah kelemahan didalamnya, tentu mereka tidak akan repot-repot
menghunus pedang dalam menghadapi tantangan tersebut, sesudah kemampuan retorika mereka
lemah dan pena mereka pecah. Kurun waktu terus silih berganti melewati ahli-ahli bahasa arab, tetapi
kemukjizatan Al-Qur'an tetap tegar bagai gunung yang menjulang tinggi. Di hadapannya semua kepala
bertekuklutut dan tunduk, tidak terpikirk an untuk mengimbanginya, apalagi menggulinya.

Tidak seorang pun dapat mendakwakan bahwa menandingi Al-Qur'an itu tidak perlu, meskipun hal
demikian itu sesuatu yang mungkin. Sebab, sejarah mencatat bahwa telah terpenuhi faktor-faktor kuat
yang mendorong mereka untuk menandingi Al-Qur'an. Yaitu di saat mereka bersifat ingkar, menolak
risalah dan pembawanya, juga disaat Al-Qur'an mengobarkan fanatisme mereka, menganggap dungu
pikirannya serta menantang mereka secara terbuka yang dapat membangkitkan dendam para pengecut
licik, adahal mereka orang-orang yang sombong dan tinggi hati. Maka mereka melakukan berbagai
tindakan terhadap Rasulullah, menawarkan kepadanya harta dan kerajaan agar ia berhenti dari aktifitas
dakwahnya disamping melakukan boikot terhadapnya dan orang-orang yang bersamanya agar mati
kelaparan; juga mereka menuduhnya sebagai tukang sihir dan gila, lalu berkomplot untuk menangkap,
membunuh atau mengusirnya. Akhirnya menemukan jalan satu-satunya untuk membungkam Rasulullah
yaitu dengan cara mendatangkan ke hadapannya kalam yang serupa dengan apa yang dibawanya kepada
mereka. Bukankah yang demikian itu lebih mudah bagi mereka dan lebih kekal jika persoalannya ada di
tangan mereka? Akan tetapi, mereka menempuh segala cara selain cara ini. Dan adalah pembunuhan,
penawanan, kemiskinan, dan kehinaaan, semua itu dirasa lebih ringan bagi mereka daripada menempuh
jalan rumit yang mereka temukan itu. Adakah kelemahan lain jika yang demikian itu bukan kelemahan?

Al-Qur'an, di mana orang Arab lumpuh untuk menandinginya itu, sebenarnya tidak keluar dari aturan-
aturan kalam mereka, baik lafazh, huruf maupun redaksinya. Tetapi Al-Qur'an memiliki jalinan huruf-
huruf yang serasi, ungkapannya indah, redaksinya simpatik, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan
situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiyah dan fi'liyahnya, dalam
nafi dan isbatnya, dalam dzikr dan hadzfnya dalam tankir dan ta'rifnya, dalam taqdim dan ta'khirnya,
dalam ithnab dan ijaznya, dalam umum dan khususnya, dalam muthlag dan mugayyadnya, dalam nash
dan fahwa-nya, maupun dalam hal lainnya. Dalam hal-hal tersebuut dan yang serupa Al-Qur'an telah
mencapai puncaktertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Al-Walid bin Mughirah datang kepada Nabi lalu Nabi membacakan Al-
Qur'an kepadanya, maka hati Walid menjadi lunak karenanya. Berita ini sampai ke telinga Abu Jahal. Lalu
ia mendatanginya seraya berkata, "Wahai pamanku, Walid, sesungguhnya kaummu hendak
mengumpulkan harta benda untuk diberikan kepadamu, tetapi kamu malah datang kepada Muhammad
untuk mendapatkan anugerahnya." Walid menjawab, "Sungguh kaum Quraisy telah mengetahui bahwa
aku adalah orang paling banyak hartanya." Abu Jahal berkata "Kalau begitu, katakanlah tentang dia, kata-
kata yang akan kau sampaikan kepada kaummu bahwa kamu mengingkari dan membenci Muhammad.
Walid menjawab, "Apa yang harus kukatakan? Demi Allah, di antara kamu tak ada seorang pun yang
lebih tahu tentang syair, rajaz, dan qasidahnya dan tentang syair-syair jin. Demi Allah, apa yang dikatakan
Muhammad itu sedikit pun tidak serupa dengan syair-syair tersebut. Demi Allah, kata kata yang
diucapkannya sungguh manis; bagian atasnya berbuah dan bagian bawahnya mengalirkan air segar.
Ucapannya itu sungguh tinggi, tak dapat diungguli, bahkan dapat menghancurkan apa yang ada di
bawahnya." Abu Jahal menimpali, "Demi Allah kaummu tidak akan senang sampai kamu mengatakan
sesuatu tentang dia." Al-Walid menjawab, "Biarkan aku berpikir sebentar." Maka setelah berpikir,ia
berkata, "Ini adalah sihir yang dipelajari. Ia mempelajarinya dari orang lain." Lalu turun

firman Allah,,,

‫ذرنى ومن خلقت وحيدا‬

"Biarkanlah aku bertindak terhadap orang yang Aku telah ciptakan sendiri." (Al-Mudatssir:11).

Kemukjizatan Illmiah
Banyak orang terjebak dalam kesalahan ketika mereka bersikeras membuktikan bahwa Al-Qur'an
mengandung segala teori ilmiah. Setiap muncul teori baru mereka mencarikan kemungkinan legitima
sinya dalam ayat, lalu ayat ini mereka ta'wilkan sesuai dengan teori ilmiah tersebut.

Sumber kesalahan tersebut ialah bahwa teori-teori ilmu pengetahuan itu selalu baru, sejalan dengan
tabiat kemajuan zaman. Posisi ilmu pengetahuan selalu berada dalam kekurangsempurnaan. Itulah yang
akan terjadi selamanya, terkadang diliputi kekaburan dan di saat lain diliputi kesalahan. Demikian
seterusnya sampai ia mendekati kebenaran dan mencapai tingkat keyakinan. Semua teori ilmu
pengetahuan bertolak dari hipotesis-hipotesis atau asumsi-asumsi, tunduk pada eksperimen sampai
membuktikan adanya hasil yang meyakinkan atau sebalik nya, yaitu kepalsual dan kesalhan.

Orang yang menafsirkan Al-Qur'an dengan hal-hal yang sesuai dengan masalah ilmu pengetahuan dan
berusaha keras menyimpulkan daripadanya segala persoalan yang muncul dalam kehidupan ilmiah,
sebenarnya tela melakukan kesalahan terhadap Al-Qur'an meskipun mereka sendiri mengiranya sebagai
kebaikan. Sebab, masalah ilmu pengetahuan itu tundink kepada hukum kemajuan zaman yang
senantiasa berubah. Bahkan terkadang runtuh dari asas-asasnya. Jika kita menafsirkan Al.Qur'an dengan
ilmu pengetahuan, maka kita menghadapkan penafsirannya kepada kebatilan jika kaidah-kaidah ilmiah
itu berubah atau jika suatu keyakinan membatalkan hipotesisnya.

Al-Qur'an adalah kitab akidah dan hidayah. la menyeru hati nurani untuk menghidupkan di dalamnya
faktor-faktor perkembangan dan kemajuan serta dorongan kebaikan dan keutamaan.

Kemukjizatan ilmiah Al-Qur'an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang
selalu baru, berubah, dan merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia
terletak pada semangatnya dalam mendorong manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Al-
Qur'an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. la tidak mengebiri aktifitas dan
kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari penambahan ilmu
pengetahuan yang dapat dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun dari kitab-kitab agama terdahulu
memberikan jaminan demikian seperti yang diberikan oleh Al-Qur'an Semua persoalan dan kaidah ilmu
pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi dari pemikiran yang kokoh
yang dianjurkan Al-Qur'an, tidak ada pertentangan sedikit pun dengannya.

Ia mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk Allah yang ada di langit dan di
bumi :

‫ان فى خلق السكوت والرض وتختلف اللي وابنها رليت الولى اللبب‬

‫الذين يذ كرون ا قيماوقعوداوعلى جنوبهم ويتفكرون فى خلق ا ليموت والرض ربناماخلقت هذابطلسبحنك فقنا عذاب النار‬

Anda mungkin juga menyukai