Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterbelakangan mental (Retardasi Mental) atau di sebut juga oligofrenia
(oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang dibawah rata-
rata disertai dengan kekurangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri
(berprilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun atau keadaan
dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental
yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Pembatasan ini akan menyebabkan anak belajar dan berkembang
dengan lambat daripada anak lain.
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk
berbicara, berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai
baju dan makan. Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan
belajar tetapi itu akan makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang
mereka tidak bisa pelajari. Retardasi mental merupakan masalah dunia
dengan implikasi yang besar terutama bagi negara berkembang. Diperkirakan
angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan
hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya
(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3
persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui
karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia
pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi
pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi
mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber

1
kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,
pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari retardasi mental ?
2. Apa etiologi dari retardasi mental ?
3. Bagaimana manisfestasi klinik dan patofisologi dari retardasi mental pada
anak?
4. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada anak dengan
retardasi mental ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari anak dengan retardasi mental ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada anak dengan retardasi mental ?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Mengetahui konsep dasar medis dan asuhan keperawatan pada anak
dengan retardasi mental.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental
(pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)
2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental .
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental
secara efisien dan tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-
sumber etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien yang unik.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi Retardasi Mental


American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai
suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.

Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti


atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya
(impairment) keterampilan (kecakapan, skill) selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan social ICG (WHO, 1992).

Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat


fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam
penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.

Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi


pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan
dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social

2.2 Etiologi
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
1) Faktor prenatal :
a) Penyakit kromosom (Trisomi 21 (Sindrom Down)
b) Kelainan genetik/herediter
c) Intoksikasi

3
d) Gangguan metabolisme sejak lahir (Fenilketonuria)
2) Faktor Perinatal :
a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3) Faktor Pasca natal :
a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif
4) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
5) Sosial cultural
6) Interaksi anak kurang
7) Penelantaran anak
Penyebab lain :
Keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain. Retardasi mental
dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi
psikososial atau lingkungan.

2.3 Manisfestasi Klinik


1. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
2. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih besar
atau lebih kecil dari ukuran normal)
5. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah)
7. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
8. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

4
2.4 Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang)
dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi
adaptif : berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai
dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak.

2.5 Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders,
WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Mild Retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih
mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk
wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri
secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran
cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit
lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada
pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca
dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit
kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka
mengalami gangguan, misalnya tidak mampu menguasai masalah
perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan
tradisi budaya.

5
b. Moderate Retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian
akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan disekolah
terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan
berhitung.
c. Severe Retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motorik yang buruk atau adanya defisit neurologis dan
memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus.
d. Profound Retardation (retardasi mental sangat berat), IQ < 20
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi non verbal yang sangat elementer.

6
Tabel 1: Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan
RM IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa
(0-5 tahun) (0-21 tahun) (>21 tahun)
Sangat <20 Retradasi jelas Beberapa Perkembangan
berat Perkembangan motorik dan bicara
motorik dapat sangat terbatas.
berespon namun
terbatas. Dapat berperan
Berat 20-34 Perkembangan Dapat bicara atau sebagian dalam
motorik yang berkomunikasi pemeliharaan diri
miskin namun latihan sendiri dibawah
kejujuran tidak pengawasan ketat
bermanfaat Dapat bekerja
sendiri tanpa dilatih
namun perlu
Sedang 35-49 Dapat berbicara Latihan dalam pengawasan
atau belajar keterampilan terutama jika
berkomunikasi, social dan berada dalam
ditangani dengan pekerjaan dapat stress.
pengawasan bermanfaat, dapat Biasanya dapat
sedang. pergi sendiri mencapai
ketempat yang keterampilan social
telah dikenal. dan kejujuran
Ringan 50-69 Dapat namun perlu
mengembangkan Dapat belajar bantuan terutama
keterampilan keterampilan bila stress.
social dan akademik sampai
komunikasi, ± kelas 6 SD
retradasi minimal

7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat (uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik

8
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
 Uji intelegensi standar (stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development)
 Uji perkembangan seperti DDST II
 Pengukuran fungsi adaftif (Vineland adaftive behaviour scales,
Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of
the adaptive behaviour scales).

2.7 Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan sosio-ekonomi, konseling genetic dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang
baik, kehamilan pada wanita dewasa dan diatas 40 tahun dikurangi dan
pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnose dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kranio stenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luarbiasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental.
2.8 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat

9
yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin
2. Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anakyang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak
yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapatmenyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap,
tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah
adanyaketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-
koreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan
juga ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi

10
mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah
laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut
maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan
masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua
serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau
orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi
keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik
terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak
dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik
dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang
baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi
kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
2.9 Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
2.10 Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah
a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi
bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan
hygene gigi
b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling
genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan
pendukung

11
c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan
mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari
orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok
sebaya dan bersantai dan berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.

2.11 Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan gangguan kognitif (pola, proses pikir), lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, gagal melewati tahap perkembangan
yang utama, lingkar kepala diatas atau dibawah normal (kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal), lambatnya pertumbuhan, tonus
otot abnormal (lebih sering tonus otot lemah), ciri-ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami penyakit kromosom (Trisomi
21 (Sindrom Down), sindrom fragile X, gangguan sindrom (distrofiotot
Duchene), neurofibromatosis (tipe 1), gangguan metabolism sejak lahir
(Fenilketonuria), Abrupsioplasenta, diabetes maternal, kelahiran premature,
kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, cedera
kepala, infeksi, gangguan degenerative.

12
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa
atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari
ibu tersebut.
2) Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g. Telinga : keduanyaletakrendah; dll
h. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k. Dada & Abdomen : tdpbeberapa putting, buncit, dll
l. Genitalia : mikropenis, testis tidakturun, dll
m. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
b. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
c. Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
d. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
e. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
f. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.

13
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi
kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang
Kriteria Hasil :
-Tak ada kemunduran mental
-Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal
Intervensi :
1. Kaji tingkat perkembangan anak
2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :
1. Informasi data dlm menentukan intervensi
2. Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
3. Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
4. Meningkatkan kemampuan
5. Mengetahui kemajuan / perkembangan anak
2) Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi
sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social
Kriteria Hasil :
-Anak tidak mengisolasi diri
-Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
1. Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial
2. Tingkatkan komunikasi verbal
3. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
4. Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
5. Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya

14
Rasional :
1. Informasi data dlm menentukan intervensi
2. Melatih anak dalam berkomunikasi
3. Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
4. Meningkatkan harga diri anak
5. Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
3) Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil :
-Anak tampak bersih
-Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan anak
2. Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
3. Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
4. Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
5. Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
1. Untuk menentukan intervensi
2. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
3. Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
4. Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
5. Meningkatkan motivasi anak.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus
mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya

15
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dilakukan sesuai
dengan kondisi pasien.

5. Evalusi Keperawatan
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan
keperawatan antara lain:
a. Tidak mengalami kegagalan tumbang
b. Anak mampu berinteraksi social
c. Perawatan diri terpenuhi
d. Komunikasi verbar dapat meningkat
e. Kelurga menerima kondisi anaknya

16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS
An. C umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak
luka sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh
misalnya sering melukai diri sendiri dan sering mengancam jiwa orang lain.
Ibu B mengatakan anaknya sering menolak ketika diajak bermain oleh teman-
temannya. Ibu B mengatakan An. C belum bisa menulis, membaca dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. C. saat
diajak berinteraksi, respon An. C sangat lambat dan jawaban An. C juga
menyimpang dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati
tubuh An. C terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada
umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. C terlihat kurang
berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A. PENGKAJIAN
Nama perawat : Ns. Andi
Tanggal pengkajian : 18 November 2018
Jam pengkajian : 09.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.C
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar

17
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Mukbang 07
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS : 15 April 2019
Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Mukbang 07
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama:
An.C mengalami banyak perdarahan di tangannya
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di
tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya,
pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida
albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.klien juga mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat dan baru
melakukan imunisasi pada umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes
Millitus
3. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
a. Aktivitas Latihan

18
An.C sebelum di bawa ke rumah sakit sering menolak ketika di ajak bermain
oleh teman-temannya dan tidak nyambung ketika diajak bicara
Setelah dibawa ke rumah sakit An.C sering bersikap aneh dan sering melukai
dirinya sendiri.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum di bawa ke rumah sakit klien mengatakan tidak ada masalah saat
istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2 jam untuk tidur siang
Setelah di bawa ke rumah sakit klien mengatakan sulit tidur dan terbangun
serta sering rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa tidur siang
c. Kenyamanan dan nyeri
P :dari reaksi non verbalnya klien terlihat menahan sakit dan meringis
Q :dari reaksi non verbalnya klien sering menangis dan rewel
R :Nyeri klien berada di telapak tangan
S :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan skala nyerinya di angka 7
T :dari reaksi non verbalnya klien merasakan nyeri saat beraktivitas
d. Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi
yang di berikan selalu di habiskan klien. Selama sakit klien tidak mau makan
karena sering rewel menahan sakit.
e. Cairan dan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya minum 3 gelas standar 250
cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum dibawa
ke rumah sakit klien hanya minum 5 gelas standar 250cc perhari.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang
alat bantu pernafasan.
g. Eliminasi bowel
Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.
h. Eliminasi urin
Sebelum dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari dengan
konsistensi warna urin kuning bening

19
Setelah dibawa ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari dengan konsistensi
warna urin kuning pekat.klien juga tidak terpasang kateter.
i. Sensori persepsi dan kognitif
Setelah dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami gangguan retardasi
mental yang di tandai dengan sulitnya di ajak berinteraksi dengan orang lain
dan menolak jika di ajak bermain.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda
vital :
-S : 36,5 C
-N : 110/80 mmHg
-RR : 32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam
dan kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan
merah. Bibir klien kering.
2) Leher
Leher An.C tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
4) Abdomen
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari
vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan
5. Psiko-Sosio-Budaya- Spiritual
 Psikologis

20
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
 Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak
bicara,menolak jika di ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di
berikan perawat
 Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
 Spiritual
An.C beragama Islam
6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP, 1992):
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)).
6. Pemeriksaan kromosom
7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
Analisa Data
Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem
15-04-2019 Ds : Ibu B mengatakan Gangguan proses Hambatan
anaknnya malu untuk bertemu pikir interaksi
teman-teman sebayanya. sosial
Do: Saat diajak berinteraksi,
respon An C sangat lambat dan
jawaban An C juga
menyimpang.
Do : An. C terlihat kurang

21
berminat untuk diajak bicara.
15-04-2019 Ds : Ibu B mengatakan An. C Keterlambatan Isolasi
belum bisa menulis, membaca dalam sosial
dan melakukan aktivitasnya menyelesaikan
sendiri. tugas
Ds : Ibu B mengatakan perkembangan
anaknnya malu untuk bertemu
teman-teman sebayanya.
Ds : Ibu B mengatakan
anaknya menolak jika diajak
bermain oleh teman-teman
sebayanya.
Do : An. C terlihat kurang
berminat untuk diajak bicara.
15-04-2019 Ds : Saat diajak berinteraksi, Inteligensia yang Gangguan
respon An C sangat lambat dan rendah penyesuaian
jawaban An. C juga individu
menyimpang.
Do : Ketika perawat menyuruh
An C berhitung, An C tidak
bisa.
15-04-2019 Ds : Ibu B mengatakan Agen cedera fisik Nyeri akut
anaknya sering mengeluh
kesakitan pada daerah luka
sayatan.
Do : Ketika diinspeksi terlihat
banyak luka sayatan ditangan
An C.
15-04-2019 Ds : Ibu B mengatakan Faktor psikologis Ketidaksei
anaknya susah untuk makan. mbangan

22
Do : Ketika diamati tubuh An nutrisi
C terlihat kurus, kecil, tidak kurang dari
seperti anak umur 6 tahun pada kebutuhan
umumnya. tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan
C. Intervensi
Nama Klien : An. C No. RM : 12130035
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Mukbang 07
Bangsal : Melati Dx. Medis : Retardasi Mental

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATA KRITERIA HASIL
N
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Bantu pasienuntuk
penyesuaian tindakan keperawatan mengidentifikasiberbagai
individu b.d selama 3 x 24 jam maka perandalam kehidupan.
Intelegensi yang Gangguan
rendah. penyesuaian belum 2. Bantu pasienuntuk
teratasi dengan criteria mengidentifikasiperan yan
hasil : g biasadalam keluarga.
1. Belum bisa
menggunakan strategi 3. Bantu pasienuntuk
koping yang baik. mengidentifikasistrategi
2. Belum bisa positifuntuk
mempertahankan perubahanperan.
produktivitas.
2. Hambatan interaksi Setelah dilakukan 1. Dorong pasien
social b.d tindakan keperawatan untukmengungkapkan
Gangguan proses selama 3 x 24 jam maka perasaan yang
pikir. Hambatan interaksi berhubungan
sosial belum teratasi dengan masalah
dengan riteria hasil : pribadinya.
1. Belum bisa
mempertahankan fungsi 2. Identifity suatuketera
kognitif. mpilan sosial tertentu

23
2. Belum bisa yang akanmenjadi
mempertahankan fokusdari pelatihan.
keterampilan
bahasanya. 3. Berikan penkes
3. Belum bisa kepada keluarga untuk
mempertahankan melatih klien supaya
keterampilan dalam keterampilan sosialnya
pemecahan masalah. semakin berkembang.
3. Isolasi social b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi
Keterlambatan tindakan keperawatan kebutuhankeamananpasien
dalam selama 3 x 24 jam maka ,berdasarkantingkat
menyelesaikan isolasi sosial belum fungsifisik,kognitif
tugas teratasi dengan kriteria danperilaku.
perkembangan. hasil:
1. Belum bisa 2. Ciptakan lingkungan
berkomunikasi dengan yang aman bagi pasien.
orang lain.
2. Belum bisa 3. Batasi pengunjung
beradaptasi dengan yang ingin bertemu
lingkungan dengan pasien.

D. Implementasi
Nama Klien : An. C No. RM : 12130035
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Mukbang 07
Bangsal : Melati Dx. Medis : Retardasi Mental

Hari ke 1
NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 15-04-2019 08.00 1. Membantu pasien untuk S : Keluarga
mengidentifikasi berbagai mengatakan belum
peran dalam kehidupan. ada perubahan yang
S: signifikan pada
O : Klien terlihat mulai anaknya.
menyesuaikan diri dengan O : Klien terlihat
lingkungan. lambat untuk
2. Membantu pasienuntuk menyesuaikan diri.
mengidentifikasiperan yang A : tujuan belum
biasa dalam keluarga. tercapai.

24
S: P : Intervensi
O : Klien terlihat dekat dengan dilanjutkan.
keluarganya.
3. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasistrategi
positif untuk perubahan peran.
S:
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.
2. 15-04-2019 08.00 1. Mendorong pasien S : Keluarga
untukmengungkapkan mengatakan anaknya
perasaan yang berhubungan belum bisa
denganmasalah pribadinya. berinteraksi dengan
S: lingkungannya.
O : Klien terlihat belum bisa O : Klien terlihat
mengungkapkan masalah belum bisa
pribadinya. berinteraksi dengan
2. Mengidentifikasi lingkungan.
suatu keterampilan sosial tertentu A : Tujuan belum
yangakan menjadi tercapai.
fokusdari pelatihan. Intervensi dilanjutkan.
S:
O : Klien terlihat tidak memiliki
keterampilan yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada
keluarga untuk melatih klien
supaya keterampilan sosialnya
semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.
3. 15-04-2019 08.00 1. Mengidentifikasi S : Keluarga
kebutuhan keamananpasien, berda mengatakan klien
sarkantingkat fungsifisik,kognitif belum ada perubahan.
danperilaku. O : Klien terlihat
S: belum berubah.
O : Klien terlihat belum bisa A : Tujuan belum

25
berinteraksi dengan lingkungan. tercapai.
2. Menciptakan lingkungan P : Intervensi
yang aman bagi pasien. dihentikan.
S:
O : Klien terlihat tidak memiliki
pengaruh terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S:
O : Klien terlihat nyaman.

Hari ke 2
N TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1. 16-04-2019 08.00 1. Membantu pasienuntuk S : Keluarga
mengidentifikasiberbagai mengatakan belum ada
peran dalam kehidupan. perubahan yang
S: signifikan pada
O : Klien terlihat mulai anaknya.
menyesuaikan diri dengan O : Klien terlihat
lingkungan. lambat untuk
2. Membantu pasienuntuk menyesuaikan diri.
mengidentifikasiperan yang A : tujuan belum
biasa dalam keluarga. tercapai.
S: P : Intervensi
O : Klien terlihat dekat dengan dilanjutkan.
keluarganya.
3. Membantu pasienuntuk
mengidentifikasistrategi
positif untuk perubahan peran.
S:
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.

2. 16-04-2019 08.00 1. Mendorong pasien S : Keluarga


untukmengungkapkan mengatakan anaknya
perasaan yang berhubungan belum bisa berinteraksi
denganmasalah pribadinya. dengan lingkungannya.

26
S: O : Klien terlihat belum
O : Klien terlihat belum bisa bisa berinteraksi dengan
mengungkapkan masalah lingkungan.
pribadinya. A : Tujuan belum
tercapai.
2. Mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan.
suatu keterampilan
sosial tertentu
yangakan menjadi
fokusdari pelatihan.
S:
O : Klien terlihat tidak
memiliki keterampilan yang
banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk melatih
klien supaya keterampilan
sosialnya semakin
berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.

3. 16-04-2019 08.00 1. Mengidentifikasi S : Keluarga


kebutuhan keamananpasien, be mengatakan klien
rdasarkantingkat belum ada perubahan.
fungsifisik,kognitif O : Klien terlihat belum
danperilaku. berubah.
S: A : Tujuan belum
O : Klien terlihat belum bisa tercapai.
berinteraksi dengan P : Intervensi
lingkungan. dihentikan.
2. Menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien.
S:

27
O : Klien terlihat tidak
memiliki pengaruh terhadap
lingkungan rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S:
O : Klien terlihat nyaman.

Hari ke 3
NO TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 17-04-2019 08.00 1. Membantu pasien untuk S : Keluarga
mengidentifikasi berbagai mengatakan belum ada
peran dalam kehidupan. perubahan yang
S: signifikan pada
O : Klien terlihat mulai anaknya.
menyesuaikan diri dengan O : Klien terlihat
lingkungan. lambat untuk
2. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri.
mengidentifikasi peran yang A : tujuan belum
biasa dalam keluarga. tercapai.
S: P : Intervensi
O : Klien terlihat dekat dengan dilanjutkan.
keluarganya.
3. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk perubahanperan.
S:
O : Klien terlihat sedikit ada
perubahan.

2. 17-04-2019 08.00 1. Mendorong pasien S : Keluarga


untukmengungkapkan mengatakan anaknya
perasaanyang berhubungan belum bisa berinteraksi
denganmasalah pribadinya. dengan lingkungannya.
S: O : Klien terlihat belum
O : Klien terlihat belum bisa bisa berinteraksi dengan
mengungkapkan masalah lingkungan.
pribadinya. A : Tujuan belum
2. Mengidentifikasi tercapai.

28
suatuketerampilan sosial tertentu Intervensi dilanjutkan.
yang akan menjadi
fokusdari pelatihan.
S:
O : Klien terlihat tidak memiliki
keterampilan yang banyak.
3. Memberikan penkes
kepada keluarga untuk melatih
klien supaya keterampilan
sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan
keterampilan anak belum
berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti
dengan penkes yang diberikan
oleh perawat.
3. 17-04-2019 08.00 1. Mengidentifikasi S : Keluarga
kebutuhankeamananpasien,berda mengatakan klien
sarkantingkat fungsifisik,kognitif belum ada perubahan.
dan perilaku. O : Klien terlihat belum
S: berubah.
O : Klien terlihat belum bisa A : Tujuan belum
berinteraksi dengan lingkungan. tercapai.
2. Menciptakan lingkungan P : Intervensi
yang aman bagi pasien. dihentikan.
S:
O : Klien terlihat tidak memiliki
pengaruh terhadap lingkungan
rumah sakit.
3. Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan
pasien.
S:
O : Klien terlihat nyaman.

29
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Kasus
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut
WHO). Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah
usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial
(D.S.M/Budiman M, 1991).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak C 6 tahun
dibawa oleh ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2017 dengan gangguan
pada saraf. Setelh dilakukan pemeriksaan medis anak C mengalami retardasi
mental. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai
dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf dilakukan oleh perawat
dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada
klien. Selain itu perawat mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi
dengan perawat di ruangan dan dokter.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan
kondisi klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga
cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara
klien,keluarga dan perawat sehingga mempermudah perawat dalam
mengkaji pasien dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini
dibuktikan dengan klien mau menjawab pertanyaan dari perawat walaupun
responnya lambat dan jawabannya menyimpang dari pertanyaan. Selain itu
keluarga juga mau menerima saran yang diberikan. Dari hasil pengkajian
TTV: TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit, S : 36,5 o C, N : 110x/menit
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang ada
pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.

30
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya
dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada bab 2, pada klien dengan retardasi mental
di dapatkan 3 diagnosa yang diangkat, meliputi :
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas
perkembangan.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan selanjutnya dilakukan
pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada pada klien.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan
disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan
keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau
jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam
bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang
mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan.
D. Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan
atau tindakan yang diberikan pada anak Adengan menerapkan pengetahuan
dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu
keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan
tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan

31
tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis
dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat
ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien
dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau
fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang
tempat klien di rawat terbatas.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah
tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan
masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan
standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat
lakukan pada anak A adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai
dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Retardasi mental merupakan suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci
dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan
masa perkembangan. Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :penyebab
organik (faktor prenatal,intratal dan pascanatal) dan penyebab non organik.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak.retardasi mental dapat di klasifikasikan dalam 4 bagian yaitu :
Retardasi mental ringan (mampu didik) 50-69, retardasi mental sedang
(mampu latih) 35-49, retardasi mental berat 20-34, retardasi mental sangat
berat dibawah 20.
5.2 Saran
Peran orang tua sangatlah penting dalam perawatan anak dengan retardasi
mental, di dalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Dan sebaiknya orang tua
ataupun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan
retardasi mental, serta lebih memberikan support atau pujian yang dapat
membuat anak menjadi lebih baik. Serta peran serta perawat dalam
memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan
yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.
.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


2. Nelson. 1994. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta : EGC
3. Betz and Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
4. Marlynn E. Doenges, Mary F. M. 1999. Rencana asuhan keperawatan,
Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai