Glaukoma Asli
Glaukoma Asli
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 5
MEDAN
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul asuhan keperawatan glaukoma tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah
ini.
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Sinaga SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Amila, M.Kep selaku dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan pembuatan
makalah ini yang namanya tidak kami cantumkan satu persatu, demikian makalah
asuhan keperawatan glaukoma ini di buat semoga bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok 5
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan .................................................................................1
1. Tujuan umum ................................................................................1
2. Tujuan khusus ...............................................................................1
A. Definisi glaukoma...............................................................................2
B. Klasifikasi glaukoma ..........................................................................2
C. Etologi glaukoma.................................................................................4
D. Patofisiologi glaukoma........................................................................4
E. Manifestasi klinis glaukoma................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang glaukoma.......................................................6
G. Penatalaksanaan glaukoma..................................................................7
H. Asuhan keperawatan glaukoma...........................................................8
1. Pengkajian......................................................................................8
2. Diagnosa .......................................................................................9
3. Intervensi ......................................................................................9
4. Evaluasi .......................................................................................15
A. Kesimpulan .......................................................................................16
B. Saran .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
BAB I
4
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan
yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan
sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala
indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata
merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun
yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat
gawat.
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur sistem persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada
mahasiswa/i tentang glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit glukoma.
2. Tujuan khusus:
5
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi glaukoma
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongenital
2.3 Etiologi
sekitar 90% glaukoma primer terjadi pada orang dengan sudut terbuka.
Oleh karena tidak ada manifestasi klinis sebagai tanda peringatan awal, maka
pemeriksaan fisik teratur termasuk pemeriksaan tonometri dan pengkajian saraf
mata (diskus) sangat diperlukan. Penyebab utama glaukoma sudut terbuka kronis
merupakan proses degeneratif pada jaringan trabekular sehingga terjadi
penurunan aliran humor aquous. Hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes dan
obesitas berhubungan dengan perkembangan glaukoma. Peningkatan tekanan
intraokular juga terjadi karena uveitis (inflamasi pada uvea, struktur penyaring).
Penekanan akibat tumor yang tumbuh cepat dan penggunaan kortikosteroid
topikal kronis juga dapat menghasilkan manifestasi glaukoma sudut terbuka.
Penyebab glaukoma tekanan rendah atau mengapa saraf optik rusak walaupun
tekanan intraokular normal (antara 12-22 mmHg) tidak diketahui.
2.4 Patofisiologi
normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz
(aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg,
diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi
akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan
ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap.
Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan pupil saraf optik
yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata.
Bagian tepi pupil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah
sehingga terjadi penggaungan pada pupil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum
jelas.
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori:
pengelihatan
Kebutaan
11
a. Tonometri
— Nonkontak pneumotonometri
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang
keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan
ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu
jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan
dicatat sebagai berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
c. Oftalmoskopi
2.7 Penatalaksanaan
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit
5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang
pandang dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya
atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan
dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume
Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia
tinggi).
4. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO)
3. Intervensi keperawatan
NO. Tujuan Intervensi Rasionl
— Agens osmotik
intravena akan
menurunkan TIO
dengan cepat.
Agens osmitik
bersifat
— Berikan analgesik hiperosmolor dan
narkotik yang diresepkan
17
4. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan
glaukoma diharapkan sebagai berikut:
a. Nyeri dapat berkurang dan hilang
b. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal
dan mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
c. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
d. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit
yang dideritanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi
buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata
terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati
3.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas
keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu
dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh
sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan
medical-bedah. Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta:
EGC. 1999.
3. Black M. Joyce & Hawks Hokanson Jane. Keperawatan Medikal Bedah
edisi 8 buku 3. Singapura: Elsevier, 2004.
Pustaka jurnal