Anda di halaman 1dari 28

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
(Sarwono, P. 2002)
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai
1000 gram atu umur kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai
batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir
beratnya antara 500 dan 999 gram disebut partus immaturus.
(Fakultas Kedokteran UNPAD)
Abortus dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran); merupakan kurang
lebih 20% dari semua abortus.
2. Abortus provokatus (disengaja, digugurkan); 80% dari semua abortus.
a) Abortus provokatus artificialis atau abortus terapeutikus
Abortus provokatus artificialis adalah pengguran kehamilan, biasanya
dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus provokatus pada hamil muda dibawah 12 minggu dapat
dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau kuretase dengan
penyedotan (vacum) atau dengan sendok kuret.
Pada hamil yang tua diatas 12 minggu dilakukan histerektomi, juga dapat
disuntikkan garam hipertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi untuk abortus terapeutikus misalnya: penyakit jantung (jantung
rheumatic), hipertensi esentialis, karsinoma serviks.
b) Abortus provokatus kriminalis.
Abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Secara klinis masih ada istilah-istilah sebagai berikut:


1) Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan
masih ada harapan untuk mempertahankannya.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung
dan tidak dapat dicegah lagi.
3) Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta masih
tertinggal didalam rahim.
4) Abortus kompletikus (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan dengan lengkap.
5) Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion adalah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan didalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah abortus yang telah
berulang dan berturut-turut terjadi; sekurang-kurangnya tiga kali berturut-
turut.

B. Etiologi
Walaupun terjadinya abortus habitualis berturut-turut mungkin kebetulan, namun
wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa
berulang ini. Sebab dasar ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui; yang
diketahui, dapat dibagi dalam tiga golongan:
1. Kelainan pada zigote
Agar bisa menjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus
dengan selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal
dengan ovum yang normal pula.
Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada
zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan
kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut,
jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe
pasangan suami istri apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut
tiga kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacat.

2. Gangguan fungsi endometrium yang menyebabkan gangguan implantasi


ovum yang dibuahi dan gangguan dalam pertumbuhan mudigah.
Malfungsi endometrium yang mengganggu implantasi dan mengganggu
mudigah dalam pertumbuhannya.
Di bawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada
waktu haid, timbul lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima
dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun
dalam sel-sel basal endometrium memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-
kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh alkalin
fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat arang tersebut
dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan
mudigah.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
endometrium adalah :
a) Kelainan hormonal
Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi
glandula tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu pemeriksaan fungsi
tiroid pada wanita-wanita dengan abortus berulang perlu dilakukan;
pemerikasaan ini hendaknya dilakukan diluar kehamilan. Selain itu
gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda
yang berulang. Gangguan fase luteal dapat menyebabkan disfungsi tuba
dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang
berlebihan dan kesukaran dalam nidasi karena endometrium tidak
dipersiapkan dengan baik.
b) Gangguan nutrisi
Penyakit-penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk
janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang
berat, penyakit menahun dan lain-lain akan mempengaruhi gizi penderita.
c) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan
kehamilan ialah luwes. Disebut pula mikoplasma hominis yang
ditemukan di serviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi akut dapat
menyebabkan abortus yang berturut-turut.
d) Kelainan imunologik
Inkomtabilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen-antibodi
dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin
mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan abortus berulang,
tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada kehamilan diatas 28
minggu.
e) Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan
mental, akan tetapi sebelum terang sebab musababnya. Yang peka
terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara
emosional dan sangat mengkhawatirkan risiko kehamilan; begitu pula
wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia pria dan menganggap
kehamilan sebagai suatu beban yang berat.
Dalam hal-hal tersebut diatas, peranan dokter untuk menyelamatkan
kehamilan sangat penting. Usaha-usaha dokter untuk mendapatkan
kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat
membantu.

3. Kelainan anatomik pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya


janin didalamnya dengan sempurna.
Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia
uterus, subseptus uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan
bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung
terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan
histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah
tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan
bawaan uterus tersebut sebaga sebabnya.
Diantara kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi
serviks uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri
yang inkompeten. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak
dapat memberi perlindungan pada janin dan dapat menjadi abortus, biasanya
pada inkompeten; pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri
internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri dan
ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi
abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu
implantasi ovum yang dibuahi atau pertumbuhannya didalam cavum uteri.

C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan O2 .bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga
rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih
tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran
memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan,
dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
1. sedikit-sedikit dan berlangsung lama
2. sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
3. akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan
syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung
(akral) dingin.

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi:


1. umur kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk
sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
2. diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dpat didahului
dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan
dengan pengeluran plasenta berdasarkan proses persalinannya dahulu
disebutkan persalinan immaturus.
3. hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman
baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.

Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:
1. mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti
daging.
2. mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara
amnion dan karion
3. fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium,
dan tertekan sampai gepeng.
4. fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan, laksna
kertas.
5. blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin,
hanya benda kecil yang tidakberbentuk.
6. missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.
D. Pathway

Kelainan zigot Kelainan G3. Penyakit Kelainan Factor Kelainan anatomic


hormonal nutrisi infeksi imunologik psikologis uterus

Embrio tidak Pertubuhan


bisa janin intra
berkembang uteri tidak
G3. fungsi sempurna
endometrium

G3. implantasi
hasil konsepsi

G3.
pertumbuhan
mudigah

Abortus Kehilangan Berduka


calon anak

Komplit Inkomplit
Komplit
Inkomplit

Seluruh hasil Plasenta tertinggal Dikeluarkan


konsepsi keluar Kuretase dalam rahim

Uterus
Pembuluh berkontraksi
Alat yang darah masih
Perdarahan tidak steril terbuka
G3. rasa
Kembali nyamn nyeri
normal dalam Perdarahan
Resti massif
10 hari infeksi

Syok Nadi ↓
hipovolemik

TD ↓
Distribusi darah
ke jaringan ↓

Akral dingin

G3 perfusi
jaringan
E. Penatalaksanaan Kuretase
1. Persiapan Sebelum Tindakan
a) Pasien
1) cairan dan selang infus sudah terpasang, perut bawah dan lipat
paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
3) Siapkan kain alas bokong dan penutup perut bawah.
4) Medikamentosa
- Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCI 0,5 mg/kg
BB, tramadol 1-2 mg/kg BB)
- Sedatifa (diazepan 10 mg)
- Atropin sulfat 0,25-0,50 mg/kg
5) Larutan antiseptik (povidon iodin 10%).
6) Oksigen dengan regulator.
7) Instrumen :
- Cunam tampon: 1
- Klem ovum (foersters/fenster clemp) lurus : 2
- Sendok kuret pasca persalinan : 1
- Spekulum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
- Tabung ml dan jarum suntik no 23 (sekali pakai) : 2

b) Penolong (operator dan asisten)


1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung : 3
set
2) Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3) Alas kaki (sepatu atau boot karet) : 3 pasang
4) Instrumen :
- Lampu sorot : 1
- Mangkok logam : 2
- Penampung udara dan jaringan : 1
2. Tindakan
a) Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetik.
b) Bila penderita tidak berkemih, lakukan kateterisasi (lihat prosedur
kateteresasi).
c) Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan bimanual.
Tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
d) Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan
klorin 0,5%.
e) Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
f) Pasang spekulum sim’s atau L, masukkan bilahnya secara vertikal
kemudian putar ke bawah.
g) Pasang spekulum sim’s berikutnya dengan jalan memasukkan bilahnya
secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas sehingga porsio
tampak dengan jelas.
h) Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah, pertahankan
pada posisinya semula.
i) Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan
larutan antiseptik, kemudian bersihkan lumen vagina dan poriso.
Buang kapas tersebut dalam tempat sampah yang tersedia, kembalikan
cunam ke tempat semula.
j) Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan
antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12).
k) Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas.
l) Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pasca
persalinan dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk
(gagang sendok berada pada telapak tangan), kemudian masukkan
hingga menyentuh fundus.
m) Minta asisten untuk memegang klem ovum, letakkan telapak tangan
pada bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat merasakan
tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret).
a. Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai engan lengkung cavum
uteri kemudian laukan pengerokan dinding uterus bagian depan
searah dengan jarum jam, secara sistematis.
b. Masukkan ujung sendok sesuai dengan cavum lengkung uteri
setelah sampai fundus, kemudian putar 180 derajat, lalau bersihkan
dinding belakang uterus. Kemudian keluarkan jaringan yang ada.
n) Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, gagang klem ovum
dipegang kembali oleh operator.
o) Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon,
bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina.
p) Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio.
q) Lepaskan spekulum bawah.
r) Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
s) Bersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptik.
3. Dekontaminasi
4. Cuci Tangan Sebelum Pasca tindakan
5. Perawatan Pasca tindakan

F. Data Fokus
Perdarahan Serviks Uterus Gejala / tanda
Bercak hingga Tertutup Sesuai dengan Kram perut bawah
sedang gestasi Uterus lunak

Sedikit membesar Limbung atau pingsan


dari normal Nyeri perut bawah
Nyeri goyang porsio
Massa adneksa
Cairan bebas intra
abdomen
Tertutup atau Lebih kecil dari Sedikit atau tanpa nyeri
terbuka usia gestasi perut bawah
Riwayat ekspulsi hasil
konsepsi

Sedang Terbuka Sesuai usia Kram atau nyeri perut


hingga masif kehamilan bawah
atau banyak Belum terjadi ekspulsi
hasil konsepsi

Kram atau nyeri perut


bawah
Ekspulsi sebagian hasil
konsepsi

Terbuka Lunak dan lebih Mual atau muntah


besar dari usia Kram perut bawah
gestasi Sindroma mirip pre
eklampsia
Tak ada janin keluar
jaringan seperti anggur

G. Pengkajian
1. Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menarche
Siklus
Lama
Banyak
Warna
Bau
Flour albous
HPHT
Disminorhe
b) Riwayat kehamilan
c) Riwayat kehamilan sekarang
- HPL
- ANC
- Keluhan
- TT
d) Riwayat kontrasepsi
2. Riwayat perkawinan
3. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Sebelum hamil
Selama hamil
b) Eliminasi
Sebelum hamil
Selama hamil
c) Istirahat
Sebelum hamil
Selama hamil

d) Aktifitas
Sebelum hamil
Selama hamil
e) Pola hubungan sexualitas
Sebelum hamil
Selama hamil

f) Personal hygiene
Sebelum hamil
Selama hamil
4. Riwayat psikososial
5. Data spiritual

B. Data Objektif
1 Keadaan umum
2 Kesadaran
3 TTV
4 TB
BB sebelum hamil
LILA
BB setelah hamil
5 Pemeriksaan fisik
a) Muka
b) Mata
c) Genetalia
6 Status obstetri
a) Inspeksi
Muka
Perut
Vulva
b) Palpasi
Abdomen / TFU
7 Pemeriksaan dalam
Servik
8 Pemeriksaan penunjang
Hb

H. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya
distribusi darah ke seluruh tubuh.
3. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anak
I. Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan  Berikan informasi dan  Meningkatan pemecahan
kontraksi uterus yang selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat petunjuk antisipasi masalah, membantu
berlebihan mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan mengenai penyebab mengurangi nyeri
Criteria hasil : ketidaknyamanan dan berkenaan dengan
 Klien menyatakan nyeri hilang/ intervensi yang tepat ansietas dan ketakutan
terkontrol karena ketidaktahuan dan
 Ekspresi wajah tidak menunjukkan memberikan rasa control.
rasa menahan sakit  Evaluasi tekanan darah  Pada banyak klien
 Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3 (TD) dan nadi. Perhatikan menyebabkan gelisah
 Perilaku relaksasi perubahan perilaku
 TD 120/80 – 130/90 mmHg (bedakan antara
 Nadi 90x/ menit kegelisahan karena nyeri
 Pola nafas efektif 24x/ menit atau kehilangan darah
akibat dari proses
pembedahan.
 Ubah posisi klien, kurangi  Merilekskan otot dan
rangsangan yang berbahaya mengalihkan perhatian
dan berikan gosokan dari sensasi nyeri,
punggung anjurkan meningkatkan
penggunaan teknik kjetidaknyaman dan
pernafasan dan relaksasi menurunkan distraksi
dan distraksi (rangsangan tidak menyenangkan,
jaringan kutan) meningkatkan rasa
ketidaksejahteraan.
 Palpasi kandung kemih,  Kembalinya kandung
perhatikan adanya rasa kemih normal
penuh, memudahkan memerlukan 4-7 hari dan
berkemih periodic setelah over distena kandung
pengangkatan kateter kemih menciptakan
indwelling. peranan dorongan dan
ketidaknyamanan.
 Anjurkan penggunaan  Mengangkat payudara
dengan penyokong. kedalam dan keatas
mengakibatkan posisi
lebih nyaman dan
menurunkan kelelahan
otot.
 Lakukan latihan nafas  Napas dalam
dalam, spirometri intensif meningkatkan upaya
dan batuk dengan pernafasan, pembebatan
menggunakan prosedur- menurunkan regangan
prosedur tepat, 30 menit area insisi dan
setelah pemberian mengurangi nyeri dan
analgesic. ketidaknyaman berkenaan
dengan gerakan otot
abdomen, baruk
diindikasikan bila sekresi
atau ronki terdengar.

2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan keperawatan  Panatau tanda  indikaror


jaringan berhubungan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat
vital; palpasi nadi keadekuatan perfusi
dengan berkurangnya menunjukkan perfusi aekuat, sesuai
perifer dan perhatikan sistematik. Kebujtuhan
distribusi darah ke dengan bukti tanda vital atsbil, nadi
pengisian kapiler;kaji caran/ darah, dan
seluruh tubuh. teraba, pengisian kapiler baik,
keluaran atau terjadinya komplikasi.
mental biasa, keluaran urin
karakteristik urine,
adekuat secara individual dan bebas
evaluasi perubahan
edema.
mental.  Memperkirak
 Inspeksi an pembuluh darah
balutan dan pembalut besar untuk sisi
prineal, perhatikan operasi dan potensial
warna, jumlah dan bau perubahan mekanisme
drainase. Timbang pembengkakan
pembalut dan (contoh; kanker)
bandingkan dengan meningkatkan resiko
berat yang kering, bila perdarahan pasca
pasien mengalami operasi.
perdarahan hebat.  Mencegah
 Ubah posisi statis sekresi dan
pasien dan dorong batuk komplikasi
sering dan latihan nafas perdarahan.
dalam.  Menimbulka
 Hindari posisi n stasis vena dengan
fowler tinggi dan meningkatkan kongesti
tekanan di bawah lutut pelvik dan
atau menyilangkan kaki. pengumpulan darah
dalam eksremitas
potensial resko
pembentukan
trombosit.
 Geraka
 Bantu/instruks meningkatkan sirkulasi
ikan latiha kaki dan dan mencegah
telapak dan ambulas komplikasi statis.
sesegera mungkin.  Mungkin
 Periksa tanda indiksi terjadinya
hormo. Perhatikan tromboflebitis/emboli
eritema, pembengkakan paru.
ekstremitas, atau
keluhan nyeri dad tiba-
tiba pada dispnea.
Kolaborasi  Menggantika
 Berikan cairan n kehilangan darh
IV, produk drah sesuai mempertahankan
indiaksi. volume darah sirkulasi
dan perfusi jaringan.
 Membantu
 Pekaikan aliran balik vena,
stoking anti emboli. menurunkan statis dan
resiko trombosit.
 Meningkatka
 Bantu/dorong n ekspensi
penggunaan spirometri paru/meminimalkan
insentif. atelektasis.
3. Resti infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan  Anjurkan dan gunakan  Membantu mencegah/

berhubungan dengan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat teknik mencuci tangan mengatasi penyebaran
menerapkan teknik kontrol infeksi yang dengan cermat dan infeksi
tindakan invasif
dibuktikan dengan criteria hasil: pembuangan pangalas
 Suhu 37 C kotoran pembakut parineal
 Poal nafas efektif 24x/ menit dan linen terkontaminasi
 Tidak terdapat nyeri tekan dengan tepat
 Luka bekas dari drainase dengan  Tinjau ulang Hb/Ht  Anemia, diabetes dan
tanda awal penyembuhan prenatal: perhatikan adanya persalinan yang lama
 Tidak terdapat kemerahan kondisi yang (khususnya pada pecah
mempredisposisikan klien ketuban) sebelum
pada infeksi pasca operasi kelahiran sesarea
meningkatkan resiko
infeksi dan pelambatan
penyembuhan.
 Infeksi balutan abdominal  Balutan steril menutupi
terhadap eksudat/ luka pada 24 jam pasca
rembesan. Lepaskan kelahiran sesarea
balutans sesuai indikasi membantu melindungi
luka dari cidera/
kontaminasi, rembesan
dapat mendapatkan
hemetoma, gangguan
penyatuan jahitan/
dehisens luka
memerlukan intervensi
lanjut.

 Dorong dan masukan  Mencegah dehidrasi


cairan oral dan diet tinggi memaksimalkan volume
protein, Vit C dan besi sirkulasi dan aliran urine.
Protein dan vitamin C
diperlukan untuk
pembentukan kolagen,
besi diperlukan untuk
sintesis HB
 Kaji suhu, nadi, dan jumlah  Dalam pasca operasi hari
sel darah putih ke-3 leukositas dan
takikardia menunjukkan
infeksi, peningkatan suhu
sampai 38C dalam 24
jam pertama sangat
mengindikasikam infeksi.
 Kaji lokasi dan  Setelah kelahiran sesarea
kontraktivitas uterus,
perhatikan perubahan fundus tetap pada
involusi/ adanya nyeri ketinggian umbilicus
tekan uterus yang ekstrim selama sampai 5 hari, bila
involusi mulai disertai
dengan peningkatan aliran
lokia. Perlambatan
involusi meningkatkan
resiko endometritis.
Perkembangan nyeri
tekan ekstrim
menandakan
kemungkinan jaringan
Kolaborasi: plasenta tertahan/ infeksi
 Berikan infuse antibiotic .
profilaksi dengan detil  Menurunkan
pertama biasanya diberikan kemungkinan
segera setelah endometritis pasca partum
pengekleman tali pusat dan sesuai komplikasi seperti
2 dosis lagi masing-masing obsess insisi/
berjarak 6 jam. tromboflekbitis pelvis.
 Dapatkan kultur darah,
vagina dan urin bila infeksi  Bakterinus lebih sering
dicurigai pada klien yang
mengalami pecah ketuban
selama 6 jam/ lebih lama
daripada klien yang
ketubannya tetap utuh
sebelum melahirkan
sesarea
 Berikan antibiotic khusus
untuk untuk proses infeksi  Perlu untuk mematikan
yang diidentifikasi. organisme.

4. Berduka berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Mandiri 1. Ansietas dan

dengan kehilangan selama 1 x 24 jam diharapkan klien 1. Kaji status depresimerupakan reaksi
mampu menerima keadaan yang emosional yang umum terhadap
calon anggota keluarga
sebenarnya tentang kematian anaknya kehilangan
yang dibuktikan dengan : perubahan/kehilangan
1. mengidentifikasi dan yang diasosiasikan dengan
menunjukkan perasaan secara cepat penyakit jangka panjang
2. menunjukkan atau kondisi yang
perkembangan melalui proses duka melemahkan
3. menikmati masa 2. Akan lebih membantu jika
sekarang dan rencana untuk masa 2. Sediakan mengikuti perasaan ini
depan, hari demi hari waktu untuk mendengarkan untuk di ekspresikan dan
pasien. Dorong ekspresi kemudin diterima daripada
perasaan bebas, tidak menyangkalnya.
berdaya dan keinginan 3. Dapat dihubungkan
untuk mati dengan penyakit fisik
3. Kaji 4. Terdapat kemungkinan
potensial untuk berdiri keberasilan lebih besar
dalam pemecahan
4. Ikutsertakan masalah.
orang terdekat dalam
diskusi dan aktifitas sampai
pada tingkat yang mereka 5. Menyampaikan perasaan
inginkan perhatian atau keakraban
untuk mengurangi
perrasaan terisolasi dan
5. Berikan meningkatkan perasaan
sentuhan atau pelukan bebas harga diri.
sesuai penerimaan individu
6. Mungkin membutuhkan
bantuan lebih lanjut untuk
memecahka bebebrapa
Kolaborasi masalah
6. Rujuk pada 7. Terpecahnya masalah ini
sumber-sumber lain sesuai dapat membantu pasien
indikasi, misalnya special ,atau orang terdekat
klinik, perawat, pekerja berhadapan dengan proses
social. berduka dan dapat
7. Bantu menimbulkan pikiran
dengan atau rencanakan damai
dengan spesifik sesuai
kebutuhan (misalnya
instruksi lanjutan (untuk
menentukan status kode
atau keinginan untuk
hidup), membuat wasiat
pengaturan pemakaman)

Anda mungkin juga menyukai