Anda di halaman 1dari 25

TITRASI ASAM BASA

1. TUJUAN PERCOBAAN

-Dapat melakukan standarisasi untuk larutan asam kuat dan basa kuat

-Dapat melakukan penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi asam basa

2. PERINCIAN KERJA

- Menstandarisasi larutan NaOH dengan KHP

- Menstandarisasi larutan HCl dengan Na2CO3

- Menentukan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH

- Menentukan konsentrasi larutan NH4OH dengan laruutan std.HCl

- Menentukan konsentrasi larutan H2SO4 dengan laruutan std.NaOH

- Menentukan konsentrasi larutan NaOh dengan laruutan std.HCl

3. DASAR TEORI

3.1 Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa
yang terjadi antara analit dengan titran. Titrasi asam basa terdiri dari titrasi antara :

- asam kuat dengan basa kuat

- asam kuat dengan basa lemah

- basa lemah dengan asam kuat


3.2Pereaksi Asam Basa

Dalam pratikum di laboratorium adalah hal biasa utuk membuat dan


menstandarisasi suatu lautan asam atau suatu larutan basa. Karena larutan asam lebih
muda diawetkan daripada larutan basa, maka suatu asam lah yang biasanya dipilih
sebagai standar pembanding tetap yang lebih baik daripada basa.

Dalam memilih asam untuk dipakai dalam larutan standar, factor-faktor berikut
harus di perhatikan :

1. asam kuat harus terdisosiasi tinggi

2. asam tidak boleh mudah menguap

3. larutan asam harus stabil

4. garam dari asamnya harus larut

5. asam yang tidak merupakan suatu pereaksi oksidator yang cukup kuat
untuk merusak senyawa-senyawa organic yang digunakan seperti indicator.

Asam-asam klorida dan sulfat merupakan larutan asam yang paling luas
digunakan sebagai larutan standar meskipun tidak satupun mencukupi semua
persyaratan di atas. Garam klorida dari ion-ion perak, timbale dan merkuri (I) adalah
larut, seperti halnya sulfat dari logam-logam alkali tanah dan timbale. Namun hal ini
tidak menyebabkan kesukaran pada kebanyakan penggunaan titrasi asam-basa.
Hydrogen klorida merupakan gas tetapi tidak cukup menguap dari larutan-larutan pada
batas-batas konsentrasi yang biasanya dipergunakan, karena berdisosiasi sangat tinggi
dalam larutan air. Suatu larutan 0.5 N dapat di didihkan untuk beberapa lama tanpa
kehilangan hydrogen klorida, jiak larutannya tidak boleh di pekatkan dengan
penguapan. Asam nitrat jarang digunakan sebab merupakan pereaksi oksidasi kuat dan
larutannya terurai apabila dipanaskan atau dikenakan cahaya. Asam peklorat merupakan
asam kuat tidak menguap dan stabil terhadap reduksi dalam larutan-larutan encer.
Garam-garam kalium dan ammonium dapat mengendap dari larutan-larutan pekat
apabila terbentuk selama titrasi. Asam-asam perklorat lebih disukai dalam titrasi yang
bukan air. Ia pada dasarnya suatu asam yang lebih kuat dari pada asam klorida dan lebih
kuat terdisosiasi dalam pelarut yang bersifat asam, seperti asam astetat murni.

Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan. Kalium


hidroksida tidak memberikan keuntungan keuntungan di bandingkan dengan natrium
hidroksida dan lebih mahal. NaOH selalu berkontaminasi oleh jumlah kecil zat pengotor
yang paling sering di antaranya adalah natrium karbonat.

3.3 Indikator Untuk Titrasi Asam Basa

Indicator yang digunakan pada titrasi ini adalah indicator yang bek erja sesuai
dengan perubahan pH pada larutan. Indicator asam basa merupakan suatu asam atau
basa organic lemah yang bentuk tak terdisosiasinya berbeda warna dengan ionnya.
Indicator ini akan berubah warna pada perubahan pH larutan yang menyebabkan
indicator tersebut mengalami disosiasi. Indicator yang terkenal adalah indicator
fenolftalein. Indicator ini merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Dia mula-mula
terdisosiasi kedalam suatu bentuk tak berwarna dan kemudian kehilangan hydrogen
kedua, menjadi ion yang berwarna merah. Selain indicator pp terdapat juga indicator
metal orange (m.o).

3.4 Standarisasi larutan

Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti


konsentrasi suatu larutan. Terdapat dua macam larutan standar yaitu standar primer dan
standar sekunder. Standar primer biasanya dibuat dengan cara menimbang dengan teliti
suatu solute kemudian melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur
volumenya.

Syarat-syarat dari standar primer adalah :

1. Murni, jumlah pengotornya tidak lebih dari 0.01-0.02%

2. Stabil, tidak higroskopis dan tidak mudah bereaksi dengan udara


3. Mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi untuk mengurangi kesalahan
pada waktu penimbangan.

Larutan standar primer digunakan untuk menstandarisasi larutan standar


sekunder, larutan standar sekunder selanjutnya digunakan untuk penentuan suatu larutan
atau cuplikan.

Senyawa kalium hydrogen ftalat (KHP) merupakan standar primer sangat baik
untuk penentuan suatu larutan atau cuplikan, larutan-larutan basa. Senyawa ini mudah
diperoleh dengan kemurnian 99.95% atau lebih. Zat ini stabil apabila dikeringkan, untuk
tidak higroskopis dan mempunyai berat ekivalen yang tinggi 204,2 g/ek. Merupakan

asam monoprotik lemah akan tetapi karena larutan asam biasanya sering digunakan
untuk menentukan asam lemah maka hal ini bukannya suatu kerugian. Indicator pp
digunakan dalam titrasi dan larutan basanya harus bebas karbonat.

Natrium karbonat Na2CO3 secara luas digunakan sebagai standar primer untuk
larutan-larutan asam kuat. Mudah diperoleh dalam keadaan sangat murni kecuali
hadirnya sejumlah kecil natrium bikarbonat dengan memanaskan zat nya hingga berat
tetap pada suhu 270˚C sampai 300˚C natrium karbonat sedikit higroskopis tetapi dapat
ditimbang sampai tanpa banyak kesulitan. Karbonat dapat dititrasi menjadi natrium
bikarbonat dengan menggunakan indicator pp. berat ekivalennya sama dengan berat
molekulnya yaitu 106.0. tetapi sevara umum zat yang dititrasi asam karbonat dengan
mengguanakan indicator m.o dengan berat ekivalen setngah dari berat molekulnya yaitu
53.00.

4. Alat-alat yang digunakan

- Neraca analitis 1

- Kaca arloji 2

- Erlenmeyer 250ml 8

- Buret 50ml 2
- Pipet ukur 25ml 1

- Gelas kimia 100ml,250ml 2,2

- Labu takar 100ml,250ml 4,4

- Spatula dan pengaduk 1,1

- Bola karet 1

5. Bahan yang digunakan

- Larutan baku sekunder NaOH 1N

- Larutan baku sekunder HCl 1N

- KHP (KHC8H4O4)

- Na2CO3

- Etanol 95%

- Indicator pp

- Indicator metil orange

- Indicator metil merah

- Larutan H2SO4

- Larutan CH3COOH

- Larutan NH4OH

- Larutan NaOH
6. PROSEDUR PERCOBAAN

6.1 Standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan KHP

- Memasukkan kira-kira 4-5 gram KHP murni dalam botol timbang yang bersih
dan mengeringkan dala oven pada temperature 110˚C sekurang-kurangnya
selama 1 jam.

- Mendinginkan botol timbang beserta isinya dala desikator

- Menimbang dengan teliti dalam 3 erlenmeyer yang bersih yang telah diberi
nomor.

- Menambahkan 50ml air suling yang diukur dengan gelas ukur dan mengocok
perlahan-lahan sampai KHP larut.

- Menambahkan 2 tetes indicator pp pada tiap Erlenmeyer

- Menitrasi larutan dengan NaOH yang telah dibuat sampai berubah warna
menjadi merah muda

- Mencatat volume titran

6.2 Standarisasi larutan standar sekunder HCl dengan Na2CO3

- Membuat larutan yang mempunyai pH 4 dengan cara melarutkan 1gr KHP


dalam 100ml air suling

- Menambahkan 2 tetes metil jingga kedalamnya, larutan ini digunakan sebagai


larutan pembanding

- Menimbang dengan teliti cuplikan, memasukkan ke dalam 3 erlenmeyer yang


berbeda beratnya, masing-masing 0.2 gr,0.25gr,dan 0.25gr Na2CO3 murni
yang telah dikeringakan sebelumnya

- Melarutkan dalam 50ml aquadest dan menambahkan 2tetes metal jingga

- Menitrasikan dengan HCl sampai warnanya sama dengan larutan pembanding

- Mencatat volume titran


6.3 penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan std.NaOH

- Memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Menambahkan indicator pp

- Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Mengulangi untuk 3x percobaan

6.4 penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan std.HCl

- Memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Menambahkan indicator m.o

- Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Mengulangi untuk 3x percobaan

6.5 penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan std.NaOH

- Memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Menambahkan indicator m.o

- Menitrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Mengulangi untuk 3x percobaan

6.6 penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan std.HCl

- Memipet 25ml cuplikan ke dalam Erlenmeyer 250ml

- Menambahkan indicator pp

- Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna yang tetap

- Mengulangi untuk 3x percobaan


7. DATA PENGAMATAN

7.1 standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP

No Volume titran(NaOH) Gr KHP Perubahan warna

1 0 – 4,3 ml = 4,3 ml 0,7 gr Bening → merah muda


2 4,3 – 8,7 ml = 4,4 ml 0,8 gr Bening → merah muda

3 8,7 – 13,1 ml = 4,4 ml 0,9 gr Bening → merah muda

7.2 standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3

No Volume titran(HCl) Gr Na2CO3 Perubahan warna

1 0 – 4,5 ml = 4,5 ml 0,22 gr Warna awal analit


setelah ditambah 2 tetes
indikator metil jingga
adalah orange, kemudian
dititrasikan dengan
titran(HCl) sehingga
berubah warna menjadi
merah muda
2 4,5 – 9,1 ml = 4,6 ml 0,23 gr Warna awal analit
setelah ditambah 2 tetes
indikator metil jingga
adalah orange, kemudian
dititrasikan dengan
titran(HCl) sehingga
berubah warna menjadi
merah muda
3 9,1 – 13,6 ml = 4,5 ml 0,24 gr Warna awal analit
setelah ditambah 2 tetes
indikator metil jingga
adalah orange, kemudian
dititrasikan dengan
titran(HCl) sehingga
berubah warna menjadi
merah muda

7.3 Penentuan Konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH

No Volume titran(NaOH) Volume Perubahan warna


analit(CH3COOH)
1 0 – 10,5 ml = 10,5 ml 10 ml Larutan CH3COOH awal
mula berwarna bening,
setelah ditetesi indikator
pp sebanyak 2 tetes
warnanya tetap bening
lalu di titrasi dengan
NaOH warnanya
berubah menjadi ungu
2 10,5 – 20,5 ml = 10 ml 10 ml Larutan CH3COOH awal
mula berwarna bening,
setelah ditetesi indikator
pp sebanyak 2 tetes
warnanya tetap bening
lalu di titrasi dengan
NaOH warnanya
berubah menjadi ungu
3 20,5 – 32,1 ml = 11,6 ml 10 ml Larutan CH3COOH awal
mula berwarna bening,
setelah ditetesi indikator
pp sebanyak 2 tetes
warnanya tetap bening
lalu di titrasi dengan
NaOH warnanya
berubah menjadi ungu

7.4 Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan standar HCl

No Volume titran(HCl) Volume Perubahan warna


analit(NH4OH)
1 0 – 6,4ml = 6,4 ml 0,7 ml Metil orange → merah

2 6,4 – 12,7 ml = 6,3 ml 0,7 ml Metil orange → merah

3 12, – 18,7 ml = 6,4 ml 0,7 ml Metil orange →merah

7.5 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan standar NaOH

No Volume titran(NaOH) Volume Perubahan warna dengan


analit(H2SO4) penambahan indikator m.o
1 0 – 9,5ml = 9,5 ml 10 ml merah → orange

2 9,5 – 18,9 ml = 9,4 ml 10 ml Merah → orange

3 18,9 – 28,4 ml =9,5 ml 10 ml merah → orange

7.6 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar HCl

No Volume titran(HCl) Volume Perubahan warna


analit(NaOH)
1 0 – 11 ml = 11 ml 10 ml Ungu → Putih
2 11 – 24 ml = 13 ml 10 ml Ungu → Putih

3 23– 33 ml =10 ml 10 ml Ungu → Putih

8. PERHITUNGAN

8.1 standarisasi larutan std sekunder NaOH dengan KHP

- Pembuatan larutan NaOH 1N 250 Ml

Gram = N x V x BE

= 1 ek/L . 250 ml . 1L. .40 gr /ek

1000

= 10 gram

- Gram KHP/BE KHP = volume NaOH x N NaOH

0,7 gr/204,22gr/ek = 4,3 ml x x N NaOH

NNaOH = 1,225 ek/L

- = volume NaOH x N NaOH

= 4,3 ml x x N NaOH

NNaOH = 1,0977 ek/L

- = volume NaOH x N NaOH


= 4,1 ml x x N NaOH

NNaOH = 0,9303 ek/L

- N rata-rata =

= 1,0844 ek/L

- % kesalahan = x 100 %

= = 8,44 %

8.2 standarisasi larutan std sekunder HCl dengan Na2CO3

- Pembuatan larutan HCl 1N 250 ml , ρ = 1,18 gr/ml ,% HCl = 37 %

M1 =

M1 =

M1 = 11,961 mol/liter

N=nM
= 1 ek/mol x 11,961 mol/L
= 11,961 ek/L

V1. N1 = V2 . M2

11,961 ek/L . V1 = 250 ml . . 1 ek/L


V1 = 0,02 L = 20 ml

-standarisasi Na2CO3

1. Na2CO3 ( 0,22 gr )

= volume HCl x N HCl

= 4,5 ml x x N HCl

N HCl = 0.9225 ek/L

2 . Na2CO3 ( 0,23 gr )

= volume HCl x N HCl

= 5,7 ml x x N HCl

N HCl = 0.7614 ek/L

3. Na2CO3 ( 0,23 gr )

= volume HCl x N HCl


= 5,7 ml x x N HCl

N HCl = 0.7614 ek/L

- N rata-rata =

= 0,8516 ek/L

- % Kesalahan = x 100 %

= = 14,8 %

8.3 Penentuan Konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan standar NaOH

- Pembuatan larutan CH3COOH 1N 50 ml, ρ= 0,50 gr/ml , % = 99,7 % .

M1 =

M1 =

M1 = 17,432 mol/liter

N=nM
= 1 ek/mol x 17,342 mol/L
= 17,342 ek/L

V1 N1 = V2 . N2

17,342 ek/L . V1 = 50 ml . . 1 ek/L


V1 = 0,0028 L = 2,8 ml

Percobaan titrasi
 Percobaan 1 : V CH3COOH x N1 CH3COOH = V NaOH x N NaOH
10 ml x N1 CH3COOH = 10,2 ml x 1,0844 ek/L
N1 CH3COOH = 1,106 ek/L

 Percobaan 2 : V CH3COOH x N2 CH3COOH = V NaOH x N NaOH


10 ml x N2 CH3COOH = 10,1 ml x 1,0844 ek/L
N2 CH3COOH = 0,931 ek/L

 Percobaan 3 : V CH3COOH x N3 CH3COOH = V NaOH x N NaOH


10 ml x N3 CH3COOH = 10,2 ml x 1,0844 ek/L
N3 CH3COOH = 1,106 ek/L

 N rata-rata =

= 1,047ek/L

% kesalahan = x 100 %
= x 100 % = 4,7 %

8.4 Penentuan konsentrasi larutan NH4OH dengan larutan standar HCl

- Pembuatan larutan NH4OH 1N 50 ml,% = 28 % , ρ = 0,90 gr/ml, BM = 35,05 gr/mol

M=

= 7,1897 mol/liter

N =nM
= 1 ek/mol x 7,1897 mol/L
= 7,1897 ek/L

V1 . N1 = V2 . N2

7,1897 ek/L . V1 = 50 ml . . 1 ek/L


V1 = 0,0069 L = 6,9 ml

Percobaan titrasi
 Percobaan 1 : V NH4OH x N1 NH4OH = V HCl x N HCl
10 ml x N1 NH4OH = 6,5 ml x 0,8516 ek/L
N1 NH4OH = 0,5535 ek/L

 Percobaan 2 : V NH4OH x N2 NH4OH = V HCl x N HCl


10 ml x N2 NH4OH = 6 ml x 0,8516 ek /L
N2 NH4OH = 0,5109 ek/L
 Percobaan 3 : V NH4OH x N3 NH4OH = V HCl x N HCl
10 ml x N3 NH4OH = 6 ml x 0,8516 ek/L
N3 NH4OH = 0,5109 ek/L

 N rata-rata =

= 0,5251ek/L

% kesalahan = x 100 %

= x 100 % = 47,45 %

8.5 Penentuan konsentrasi larutan H2SO4 dengan larutan standar NaOH


- Pembuatan larutan H2SO4 1N 50 ml,% = 98 % , ρ = 1,84 gr/ml, BM = 98,08 gr/mol

M=

= 18,38 mol/liter

N =nM
= 2 ek/mol x 18,38 mol/L
= 36,76 ek/L
V1 . N1 = V2 . N2

36,76 ek/L . V1 = 50 ml . . 1 ek/L


V1 = 0,00136 L = 1,36 ml

Percobaan titrasi
 Percobaan 1 : V H2SO4 x N1 H2SO4 = V NaOH x N NaOH
10 ml x N1 H2SO4 = 9,5 ml x 1,084 ek/L
N1 H2SO4 = 1,0302ek/L

 Percobaan 2 : V H2SO4 x N2 H2SO4 = V NaOH x N NaOH


10 ml x N2 H2SO4 = 9,5 ml x 1,084 ek/L
N2 H2SO4 = 1,0302 ek/L

 Percobaan 3 : V H2SO4 x N3 H2SO4 = V NaOHl x N NaOH


10 ml x N3 H2SO4 = 9 ml x 1,084 ek/L
N3 H2SO4 = 0,975 ek/L

 N rata-rata =

= 1,0118 ek/L

% kesalahan = x 100 %

= x 100 % = 1,1662 %

8.6 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan standar HCl


- Pembuatan larutan HCl 1N 250 ml , ρ = 1,18 gr/ml ,% HCl = 37 %

M1 =

M1 =

M1 = 11,961 mol/liter

N=nM
= 1 ek/mol x 11,961 mol/L
= 11,961 ek/L

V1. N1 = V2 . M2

11,961 ek/L . V1 = 250 ml . . 1 ek/L


V1 = 0,02 L = 20 ml

Percobaan titrasi
 Percobaan 1 : V NaOH x N1 NaOH= V HCl x N HCl
10 ml x N1 NH4OH = 13ml x 0,8516 ek/L
N1 NaOH = 1,1070 ek/L

 Percobaan 2 : V NaOH x N2 NaOH = V HCl x N HCl


10ml x N2 NaOH = 12 ml x 0,8516 ek /L
N2 NaOH = 1,0219 ek/L

 Percobaan 3 : V NaOH x N3 NaOH = V HCl x N HCl


10 ml x N3 NaOH = 11 ml x 0,8516 ek/L
N3 NaOH = 0,9367 ek/L

 N rata-rata =

= 1,021 ek/L

% kesalahan = x 100 %

= x 100 % = 2,1%
VII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan 5 macam larutan standar primer untuk titrasi asam basa !

2. Tuliskan 5 macam indicator untuk titrasi asam basa!

3. Tuliskan 5 macam penerapan titrasi asam basa !

4. Suatu larutan standar primer,Kalium Hydrogen Ftalat (KHC8H4O4) seberat


0,8426 gr dititrasi dengan 42,14 ml NaOH. Hitung normalitas larutan NaOH!

Jawaban :

1. Larutan standar primer

- KHP

- Na2CO3

- KH(IO3)2

- KlO3

- (CH2OH)3CNH2

2. Indicator

- Indicator pp - Indicator biro timol

- Indicator m.o - Indicator merah

- Indicator metil merah

3. Penerapan titrasi asam basa

- Penentuan standarisasi larutan asam basa

- Penentuan konsentrasi larutan asam basa

- Penentuan pH suatu larutan

- Penentuan Normalitas

- Penentuan titik akhir suatu reaksi


4. Diket : KHP 0,8426 gr

NaOH 42,14 ml = 0,04212

1000 ml/l

Ditanya : N NaOH …?

Pembahasan :

Mol KHP = mol NaOH

= V NaOH x N NaOH

= 0,04212 x N NaOH

N NaOH = 0,098 ek/L

9. ANALISIS PERCOBAAN

Dari percobaan yang telah kami lakuka nbahwa pada saat standarisasi larutan std
sekunder NaoH dengan KHP,KHP yang digunakan harus kering dan dilakukan dengan
pengeringan pada oven selama 1 jam. Itu juga berlaku pada standarisasi larutan std HCl
dengan Na2CO3. Na2CO3 juga harus dikeringkan dalam oven minimal selama 1 jam.
Pada saat KHP dilarutkan ke dalam 50 ml air dan diteteskan indicator pp warna KHP
tetap bening,tetapi pada saat penambahanNaOH melalui titrasi warna KHP berubah
menjadi warna merah muda. Lain halnya dengan Na2CO3 setelah dilarutkan dan
ditambahkan metal jingga warnanya berubah menjadi kuning dan pada saat dititrasi
dengan HCl warnanya menjadi merah muda. Dan pada saat penentuan konsentrasi
larutan CH3COOH dan larutan std NaOH pada saat cuplikan ditambahkan pp dan
dititrasi,waran berubah menjadi merah muda. Pada saat penentuan konsentrasi NH4OH
dengan larutan std HCl pada saat penambahan indicator m.o,warna menjadi kuning dan
pada saat dititrasi warna menjadi merah. Pada saat penentuan konsentrasi larutan H2SO4
dengan larutan std NaOH pada saat penambahan m.o warna larutan menjadi merah dan
setelah dititrasi ,menjadi kuning. Dan terakhir pada penentuan konsentrasi larutan
NaOH dengan larutan std HCl pada saat penambahan indicator pp warna larutan
berubah ungu dan pada saat titrasi berubah warna menjadi kuning kembali.

10. KESIMPULAN

- Titrasi asam basa adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi asam basa yang terjadi
antara analit dan titran

- Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti suatu
konsentrasi larutan

- Dari hasil perhitungan didapatkan

N CH3COOH = 1,047ek/L

N NH4OH = 0,5109 ek/L

N H2SO4 = 1,0118 ek/L

N NaOH = 1,021 ek/L

N HCl = 0,8516 ek/L

11. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet,Kimia Analisa Dasar.Teknik Kimia.2011.POLSRI

Modul,Kimia Analisa Dasar.Teknik Kimia,2011.POLSRI

GAMBAR ALAT
Masker Sarung tangan

Pipet Ukur Bola Karet

Buret

spatula
Gelas Kimia Kaca Arloji

Labu Ukur

Anda mungkin juga menyukai