PENDAHULUAN
4. Keracunan
Kadar ammonia berlebihan dalam tubuh, khususnya di otak, dapat
mengganggu kerja metabolisme tubuh. Hal ini khususnya berdampak
buruk terhadap fungsi sel-sel dan saraf otak.
Menelan ammonia dalam jumlah banyak menyebabkan keracunan
sistemik dengan gejala khas berupa kejang-kejang, dan bahkan bisa
hingga koma.
HTS
LTS
Pada proses shift converter ini akan memproses gas hasil keluaran
secondary reformer yang mana akan bertujuan untuk mengubah gas CO
menjadi CO2 yang kemudian akan dipisahkan pada proses selanjutnya.
Pada proses ini terdapat 2 proses yang berbeda yaitu HTS (High
Temprature Shift converter) dan LTS (Low Temprature Shift converter).
Gas CO yang masuk dan keluar dari shift converter mengalami
perubahan. Perbedaan antara HTS dan LTS yaitu pada kondisi
berjalannya reaksi yang mana pada HTS reaksi berlangsung pada suhu
dan tekanan tinggi sedangkan pada LTS reaksi berlansung pada suhu dan
tekanan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena gas sebelum
masuk ke kolom LTS mengalami penurunan suhu oleh heat exchanger.
Berikut reaksi-reaksi yang terjadi pada kolom shift converter :
Reaksi pada HTS
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Kondisi berlangsungnya reaksi :
T = 350 oC – 450 Oc
P = 30 atm
Katalis : Fe2O3 , Cr2O3
Reaksi pada LTS
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Kondisi berlangsungnya reaksi :
T = 250 oC
P = 25 atm
Katalis : CuO , N2O3
Dari hasil reaksi diatas pada HTS dan LTS sama-sama mengubah
gas CO menjadi CO2 sehingga komponen gas CO tinggal sedikit
sedangkan gas CO2 mengalami penambahan dari hasil reaksi pada kolom
HTS dan LTS. Setelah proses ini gas keluarannya akan menuju ke proses
CO2 removal.
Kandungan yang keluar dari proses shift converter, yaitu :
- H2 - H2O
- N2 - CO
- CO2
2.4.5 CO2 Removal
Gas
H2>>> CO2 >>> CO <<<
N2>>> H2O<<<
K2CO3 GAS
H2
N2
K2CO3
CO
CO2 Stipper
GAS
H2
N2
CH4
H2O
Pada proses ini akan mengubah gas CO menjadi methana, yang mana
tujuan dari penguabahan CO yaitu untuk mencegah terjadinya reaksi
antara katalis yang digunakan saat mensitesis N2 dan H2 pada proses
sintesis amonia nantinya. Dengan kata lain CO bila bertemu dengan katalis
(Fe) akan bereaksi sehingga menghambat pembentukan amonia. Reaksi
yang terjadi pada proses ini yaitu :
CO + 3 H2↔ CH4 + H2O
Kondisi reaksi berlangsung pada suhu 200–250 oC dan pada tekanan
20 atm dengan bantuan katalis Cobalt-Molibdenium.
Metana (CH4) yang terbentuk tidak akan bereaksi pada proses
selanjutnya sehingga proses pembuatan amonia sudah dapat dilakukan.
Gas keluaran dari methanator hanya tinggal gas untuk pembuatan
amonia, yaitu :
- N2 - CH4
- H2 - H2O
2.4.7 Synthetic Gas Compressor
3H2 + N2 ↔ 2NH3
3.1 Kesimpulan
1. Amonia meruapakan zat kimia yang digunakan sebagai bahan baku pada
pupuk dan peledak. Pada suhu kamar (250C) reaksi berlangsung lambat.
Untuk mempercepatnya harus menggunakan katalis. katalis yang digunakan
adalah logam besi yang merupakan katalis heterogen.
2. Sifat fisika amonia antara lain adalah dalam wujud kamar berbentuk gas
yang tidak berwarna dan memiliki bau menyengat, sedangkan sifat
kimianya adalah amonia merupakan senyawa yang terdiri dari unsur
nitrogen dan hidrogen.
3. Manfaat dari amonia pada industri antara lain sebagai bahan baku
pembuatan pupuk, asam nitrat, pembuatan plastik polyurethane dan
phenolic, dll. Salah satu bahaya dari amonia adalah apabila terkena pada
kulit akan menyebabkan iritasi.
4. Proses pembuatan amonia dilakukan dengan 7 proses yaitu Pengolahan Gas
Alam, Primary Reformer, Secondary Reformer, Shift Converter, CO2
Removal, Methanator, Synthetic Gas Compressor, Amonia Converter.
Selain itu bisa menggunakan proses Haber-Bosch.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi optimum amonia antara lain
suhu, tekanan, konsentrasi, dan katalis.
DAFTAR PUSTAKA