Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi sekarang ini sangat pesat dan semakin canggih. Banyak
teknologi canggih yang telah diciptakan membuat perubahan yang begitu besar
dalam kehidupan manusia di berbagai bidang. Sepertinya gadget dapat memberikan
dampak yang begitu besar pada nilai-nilai kebudayaan. Sekarang ini setiap orang di
seluruh dunia pasti sudah memiliki gadget. Tak jarang kalau sekarang ini banyak
orang yang memiliki lebih dari satu gadget. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor. Sekarang ini pengguna gadget tidak hanya berasal dari kalangan pekerja.
Tetapi hampir semua kalangan termasuk anak dan balita sudah memanfaatkan
gadget dalam aktifitas yang mereka lakukan setiap hari. Hampir setiap orang yang
memanfaatkan gadget menghabiskan banyak waktu mereka dalam sehari untuk
menggunakan gadget. Oleh karenanya gadget juga memiliki nilai dan manfaat
tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Akan tetapi banyak dampak negatif yang
muncul dalam pemanfaatan gadget bagi kalangan remaja, anak, bahkan balita.
Meskipun sebagian besar dari masyarakat memanfaatkan gadget untuk komunikasi,
urusan pekerjaan atau bisnis, mencari informasi, ataupun hanya sekedar untuk
mencari hiburan.
Tentunya penggunaan gadget memiliki dampak positi dan dampak negatif. Hal
tersebut tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Bagi kalangan anak-anak dan balita
sangatlah rawan mendapatkan efek negatif dari penggunaan gadget. Dengan
penggunaan gadget tanpa adanya pengawasan dan kontrol dari orang tua, maka
tidak menutup kemungkinan untuk setiap anak terkena dampak negatif dari
penggunaan gadget. Tetapi dengan adanya pengawasan dan kontrol dari orang tua,
anak-anak dan balita akan memperoleh dampak positif dari penggunaan gadget,
karena pada dasarnya gadget itu dapat membatu meringankan pekerjaan manusia
dalam segala hal. Diharapkan dari penggunaan gadget pada anak-anak dapat
membantu dalam perkembangan otak dan meningkatkan dalam proses belajar
supaya proses belajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam makalah kali
ini, kami akan membahas dampak dari penggunaan gadget pada anak-anak dan
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi setiap anak untuk memperoleh
dampak negatif atau dampak positif dalam penggunaan gadget.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi anak untuk
mendapatkan efek negatif dari penggunaan gadget.
2. Untuk mengetahui cara pencegahan dari efek negatif penggunaan gadgt bagi
anak-anak.
3. Untuk mengetahui pentingnya peranan orang tua dalam pengawasan
penggunaan gadget pada anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gadget


Gadget pada zaman modern seperti sekarang ini hampir sudah dimiliki oleh
semua kalangan mulai anak-anak hingga dewasa. Gadget merupakan sebuah
istilah dalam bahasa inggris yang mempunyai arti sebuah alat elektronik yang
dapat memudahkan dengan berbagai macam fungsi. Gadget juga dapat dikatakan
sebagai suatu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mempermudah
kehidupan manusia terutama dalam hal berkomunikasi. Gadget memiliki jenis-
jenis seperti: komputer atau laptob, tablet, dan juga telepon selular atau yang biasa
disebut smartphone.
Menurut Herawati (2014), gadget adalah media yang dipakai sebagai alat
komunikasi modern dan semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia.
Hal ini dapat dipahami bahwa gadget sebagai suatu benda yang diciptakan khusus
di era yang serba maju ini dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu menjadi
mudah dan praktis dibandingkan teknologi-teknologi sebelumnya. Beberapa
contoh gadget yang yang sering dijumpai antara lain: laptob, smartphone, ipad,
ataupun tablet. Saat ini tablet dan smartphone merupakan jenis gadget yang paling
banyak digunakan dikarenakan ukurannya yang kecil dan mudah di bawa
sehingga orang menganggapnya lebih praktis. Gadget biasanya juga di percangih
dengan berbagai fitur atau aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk
melakukan berbagai kegiatan baik secara online maupun offline.
Menurut Widiawati (2014), gadget adalah sebuah benda (alat atau barang
eletronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan
sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Sebuah gadget bisa digunakan sebagai
media berkomunikasi dengan orang lain atau menelpon, mengirim pesan, email,
foto selfie atau memfoto objek lain, dan berbagai jenis aplikasi yang lainnya.
Sehingga gadget dapat digunakan oleh siapa saja dan untuk apa saja tergantung
dari kebutuhan pemilik gadget tersebut. Saat ini pemakaian gadget sudah
digunakan mulai dari anak usia dini sampai orang dewasa. Pemakaian gadget pada
anak usia dini biasanya digunakan sebagai media pembelajaran, bermain game,
dan menonton animasi bahkan ada yang menonton youtube. Pemakaiannya pun
dapat memiliki waktu yang beragam dan berbeda durasi serta intensitas
pemakaiannya pada orang dewasa dan anak-anak. Berdasarkan paparan di atas
dapat disimpulkan bahwa gadget merupakan suatu jenis alat teknologi elektronik
yang berfungsi sebagai media komunikasi secara online maupun offline yang
dapat mempermudah seseorang untuk melakukan segala sesuatu menjadi mudah
dan praktis yang dapat berupa komputer/labtop, tablet, dan smartphone atau
sejenisnya.
2.2 Sejarah Gadget
Kata gadget sering muncul dalam buku yang ditulis oleh Vivian Drake
berjudul “Above the Battle” yang diterbitkan pada 1918. Dalam buku itu tertulis
sebuah kutipan seperti ini “Our ennui was occasionally relieved by
new gadgets. Gadget is the Flyng slang for invention! Some gadgets were good,
some comic and some extraordinary”. Pada saat ini istilah gadget berkonotasi
sebuah kekompakan dan mobilitas.
Saat ini sudah sangat banyak sekali gadget ataupun smartphone yang keren
dan modern dengan kualitas fitur yang sangat sempurna dan
keren. Gadget dan smartphone sudah menjadi kebutuhan dasar manusia modern
saat ini yakni saat dimana pertukaran informasi sangat cepat sehingga manusia
membutuhkan alat yang bisa menjawab kebutuhannya tersebut.
Gadget pertama kali ditemukan oleh seorang tokoh yang bernama Nathan
Stubblefield. Jika dilihat dari segi design dan ukuran, ponsel pertama di dunia ini
amat jauh berbeda sama ponsel masa kini, yg cukup kecil untuk menyelinap di
saku dan dapat menghubungi hampir kemana saja di dunia ini. Tapi dari sini lah
telepon nirkabel bermula. Sang pencipta sendiri, Nathan Stubblefield akhirnya
diakui sebagai bapak teknologi telepon seluler tepat 100 tahun setelah ia
mempatenkan desain tersebut untuk sebuah “telepon nirkabel”.
Nathan Stubbefield sebenarnya hanyalah petani melon biasa yg sangat
menyukai IPTEK bahkan dia telah menemukan radio sebelum Nikola Tesla atau
Guglielmo Marcon tetapi radio yg dia temukan menggunakan frekuensi audio
induksi, dikarenakan radio induksi menyebabkan gangguan pada wilayah
sekitarnya sehingga kalah populer dengan radio transmisi yg di temukan oleh
Nikola Tesla atau Guglielmo Marcon. Pada tahun 1902 petani melon ini datang
dengan penemuannya, setelah mengorbankan setiap jam menit dan detik demi
untuk membuat jaringan telekomunikasi di kampung halamannya Murray. Dia
membangun 120 kaki tiang di kebun, yg dapat mentransfer percakapan dari satu
telepon ke telepon yg lain dengan menggunakan medan magnet. Dia
mendemonstrasikan temuannya di alun-alun kota pada hari Tahun Baru
1902. Pada tahun 1908 dia mematenkan telepon nirkabel versi baru untuk
berkomunikasi dengan kendaraan bergerak. Sayangnya penemu telepon nirkabel
ini tidak sukses dalam masa hidupnya,dia meninggal dengan keadaan miskin pada
tahun 1928. Tapi sekarang dia telah diakui sebagai “Father of The Modern Mobile
Phone” ,bahkan Virgin Mobile membuat page khusus untuk menandai ulang
tahun Nathan Stubbefield di website resmi nya.
2.3 Pengertian Anak Usia Dini
Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di
bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia
akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Beberapa orang menyebut fase atau
masa ini sebagai ‘golden age” karena masa ini sangat menentukan seperti apa
mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu
saja ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi mereka dalam perjalanan
mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan
pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh
dominan dalam mereka menentukan setiap pilihan dan langkah hidup.
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lanjut”. Selanjutnya menurut para ahli pendidikan anak usia dini yang
tergabung dalam NAEYC (National Assosiation for The Education Young
Children), “anak usia dini merupakan sekelompok individu yang berada pada
rentang usia antara 0-8 tahun. Rentang usia ini merupakan periode yang sangat
menentukan bagi perkembangan anak di tahap berikutnya Dalam pendidikan anak
usia dini, usia dini sering disebut juga sebagai periode emas (the golden age) bagi
perkembangan anak, dimana hasil penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa
50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama, yakni pada
usia 0-4 tahun. Selanjutnya, pada 4 tahun kedua perkembangan otak sebesar 30
%, sehingga dalam rentang usia 0-8 tahun perkembangan otak dan kecerdasan
seorang anak mencapai 80 %.
Anak juga merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang masih
harus dikembangkan. Anak yang baru lahir diibaratkan seperti kertas putih yang
masih kosong sehingga dapat dituliskan apapun yang di kehendaki. Begitu juga
dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya, anak sangat memerlukan
rangsangan dan pengembangan agar dapat mengembangkan kecerdasannya secara
optimal. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, anak usia dini merupakan
anak yang berada dalam rentang usia 0 sampai 8 tahun dimana pada usia ini
seorang anak sedang mengalami proses/ masa perkembangan dengan sangat pesat
baik fisik maupun mental.

2.4 Perkembangan Anak Usia Dini


Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang continue dan sistematis
dalam diri seseorang sejak tahap konsepsi sampai meninggal. Secara sederhana
Seifert & hoffnung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “Long-term
changes in a person’s growth, feelings, patterns of thinking, social relationships,
and motor skill.” Selanjutnya Santrock menjelaskan pengertian perkembangan
sebagai: “Development is the pattern of change that begins at conception and
continues through the life span. Most development involves growth, although it
includes decay (as in death and dying). The pattern of movement is complex
because it is product of several processes–biological, cognitive, and socio-
emotional.”
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang
baru, yang berbeda dari sebelumnya, yang berarti bahwa perkembangan
merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan
penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa
bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Proses
perkembangan juga telah lebih dulu di jelaskan oleh Allah dalam Al Qur’an
melalui penciptaan manusia dalam Surat Al Hajj:5:
Artinya: “Wahai manusia! jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka
sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu
dan kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang
sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan diantara kamu
ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dikembalikan sampai usia
yang sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi itu kering, kemudian apabila telah kami
turunkan air (hujan) diatasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan
menumbuhkan berbagai jenis pasangan tumbuhan yang indah.(Al-Qur’anul
Karim. Surat Al-Hajj: 5).
Sebagaimana hakikat pendidikan anak usia dini di proyeksikan kedalam UU
RI nomor 20 tahun 2003 dalam Santoso (2004:12), tentang sistem pendidikan
Nasional dalam pasal 1 ayat 14, yang berbunyi: “Pendidikan anak usia dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”.
Dari pengertian PAUD di atas dapat pahami bahwa pendidikan bagi anak
usia dini merupakan pendidikan yang bertujuan untuk merangsang perkembangan
anak baik dari sisi jasmani maupun rohani. Hal ini senada dengan Peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 58 tahun 2009 tentang standar
pendidikan anak usia dini bahwa perkembangan anak yang dicapai merupakan
integrasi aspek pemahaman dan perkembangan yang terdiri dari aspek;
(a) nilai-nilai agama dan moral
(b) fisik motorik
(c) kognitif
(d) bahasa
(e) sosial-emosional.
Selanjutnya sejalan dengan itu menurut kurikulum 2013 tentang PAUD,
karakteristik dalam mengoptimalkan perkembangan anak meliputi aspek:
(a) nilai agama dan moral,
(b) fisik-motorik,
(c) kognitif,
(d) bahasa,
(e) sosial emosional,
(f) seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Dalam hal ini dimaksudkan perlu adanya program-program stimulasi/
rangsangan yang dilakukan tenaga pendidik PAUD agar dapat merangsang
seluruh aspek perkembangan anak menjadi lebih optimal, yang meliputi:

a) Perkembangan Nilai Agama dan Moral


Aspek perkembangan nilai agama secara khusus memang tidak di atur secara
langsung dalam kurikulum pendidikan anak usia dini (PAUD), karena dapat
disusun dan dirancang secara internal oleh lembaga PAUD dan di sesuaikan
dengan tingkatan usia anak. Namun demikian secara umum terdapat beberapa
contoh indikator yang perlu dikembangkan berkaitan dengan nilai-nilai agama.
Antara lain: mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya, meniru gerakan
beribadah, membiasakan diri beribadah, serta mampu mengucap do’a-do’a harian.
Dari sisi perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan untuk
memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku. Anak-anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang
berkarakter pula.
b) Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan fisik dan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf motorik anak perlu
dilatih agar dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik anak
berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual. Perkembangan ini terbagi
menjadi dua jenis , yaitu:
 motorik kasar
Merupakan perkembangan gerak anak yang meliputi penggunaan otot-otot
besar, dan sebagian atau seluruh anggota tubuh dalam melakukan gerakan.
Seperti berlari, melompat, meloncat, melempar dan lain-lain,
 motorik halus
Merupakan perkembangan gerak anak yang meliputi penggunaan otot-otot
kecil dan sebagian anggota tubuh tertentu dalam melakukan gerakan.
c) Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini
berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-
syaraf yang berada di pusat susunan syaraf atau otak (Jamaris, 2013:250).
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang
dan berfungsi sehingga dapat berfikir.
Perkembangan kognitif juga merupakan proses dimana individu dapat
meningkatkan kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Aspek
kognitif yang dapat dikembangkan pada anak usia dini antara lain: mengenal
warna, mengenal nama-nama anggota tubuh, mampu membandingkan dua
objek atau lebih, mengidentifikasi masalah sederhana, mampu mengingat huruf
dan angka dasar, dan lain-lain.
d) Perkembangan Bahasa
Aspek perkembangan bahasa merupakan kemampuan seorang anak dalam
berbahasa, yaitu dalam kemampuan berbicara, mengolah kata, dan lain-lain.
Pada usia dini, anak memiliki daya penyerapan yang luar biasa dalam
kemampuan berbahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-
simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan
membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang
berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat. Bahasa dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.
e) Perkembangan Sosial dan Emosional
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu
Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah
kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Pekembangan emosional
merupakan perkembangan dimana seorang anak belajar berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan belajar bagaimana mengekspresikan dan
menyampaikan emosinya.
Menurut Hurlock (2007) pada masa kanak-kanak pola perilaku sosial yang
terlihat antara lain; kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan
penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak
mementingkan diri sendiri,meniru, perilaku kelekatan. Selanjutnya untuk
perkembangan emosi anak mulai dapat mengenal dan mengelola jenis-jenis
emosinya, misalnya marah, terkehut, kecewa, senang, sedih, takut dan lain-
lain.
Pada aspek sosial emosional ini, anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya, baik itu keluarga, sekolah, teman sebaya maupun lingkungan
masyarakat. Jadi bukan hal yang mustahil tiap anak akan mengalami
perkembangan sosial emosional yang berbeda, tergantung dengan siapa dan
dimana ia berinteraksi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rangka mengoptimalkan
perkembangan anak usia dini agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lanjut dapat dilakukan melalui pegembangan aspek-aspek;
 nilai agama dan moral,
 fisik-motorik,
 kognitif,
 bahasa,
 sosial emosional.
2.5 Pengertian Interaksi Sosial
Kamus besar Bahasa Indonesia, Interaksi sosial adalah hal saling melakukan
aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan. Sosial adalah hubungan
sosial yang dinamis antara perse-orangan dan orang perseorangan, antara
perseorang dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Verbal adalah
hubungan atntara orangyang satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa, ber-
in-ter-ak-si adalah mengadakan interaksi
2.6 Pengaruh Gadget Pada Perkembangan Anak
Penggunaan gadget pada anak tentu saja dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak tersebut, mulai dari pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis. Berikut akan
dibahas mengenai dampak penggunaan gadget pada anak.
a) Dampak Positif
1. Menambah ilmu pengetahuan
Dengan adanya gadget yang dilengkapi dengan berbagai fitur media masa
anak dengan mudah mengakses berbagai informasi. Dimana pun dan
kapanpun anak juga bisa mengakses internet serta memudahkan
mengerjakan tugas sekolah mereka.
2. Mempermudah komunikasi
Gadget tekonologi yang canggih sehingga semua orang bisa
berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Contohnya saat ini sudah ada
sosial media yang dilengkapi fitur Video call yang dengan mudah
membantu berkomunikasi dengan keluarga yang sedang jauh. Dengan
adanya fitur ini kita tidak perlu bertatap langsung dengan mereka cukup
menggunakan video call kita bisa secara langsung berkomunikasi dengan
mereka.
3. Memperluas jaringan pertemanan
Dengan munculnya berbagai situs media sosial yang beragam seperti line,
instagram, path, skype kita bisa menambah banyak teman walaupun itu
hanya di dunia maya kita bisa saling tukar informasi ataupun
pengetahuan.
4. Melatih kreativitas anak
Kemajuan teknologi telah menciptakan beragam permainan yang kreatif
dan menantang. Banyak anak yang termasuk kategori ADHD
diuntungkan oleh permainan ini oleh karena tingkat kreativitas dan
tantangan yang tinggi.
b) Dampak Negatif
1. Resiko terkena radiasi
Menurut beberapa penelitian anak kecil sangat rentan terkena radiasi
dibanding orang dewasa. Gadget tidak hanya menimbulkan radiasi yang
berbahaya namun pancaran sinar dari layar sangat membahayakan
kesehatan anak. Mereka masih mengalami perkembangan sistem saraf
sehingga sangat rentan terkena radiasi.
2. Kecanduan
Seperti halnua orang dewasa anak-anak juga sangat beresiko kecanduan
awalnya hanya bermain game saja namun lama–kelamaan mereka sudah
menemukan kesengan tersendiri dengan benda tersebut sehingga
menyebabkan anak tidak berminat berinteraksi dengan orang lain.
3. Lambat memahami pelajaran
Kebiasaan anak yang asyik dengan gadget akan berpengaruh terhadap
kemampuan otak untuk mendapat informasi. Salah satunya ketika anak
medapatkan pelajaran di sekolah mereka sulit memahami apa yang
disampaikan guru. Selain itu anak cenderung malas belajar serta membaca
buka mereka lebih suka memainkan gadget sehingga prestasi menurun.
4. Resiko menyalahgunakan gadget
Orang tua saat ini harus benar–benar mengawasi anaknya saat bermain
gadget jika tidak kemungkinan anak bisa mengakses situs yang tidak
seharusnya, contohnya situs pornografi. Ini bisa membuat anak salah
jalan, kecanduan dan mereka akan sering melakukan hal–hal yang
menyimpang.
5. Dapat Mengganggu Perkembangan Anak
Gadget memilki fiture-fiture yang canggih seperti, kamera, video, games
dan lain-lain. Fiture itu semua dapat mengganggu proses pembelajaran di
sekolah. Misalnya ketika guru menerangkan pelajaran di depan salah satu
siswa bermain gadget nya di belakang atau bias juga di pergunakan
sebagai alat untuk hal-hal yang tidak baik.
6. Rawan terhadap tindak kejahatan
Setiap orang pasti ada yang memiliki sifat update di mana saja. Jadi orang
ingin berbuat kejahatan dengan mudah mencari nya dari hasil update nya
yang boleh dibilang terlalu sering.
7. Dapat Mempengaruhi perilaku Anak
“Kemajuan teknologi berpotensi membuat anak cepat puas dengan
pengetahuan yang diperolehnya sehingga menganggap apa yang
didapatnya dari internet atau teknologi lain adalah pengetahuan yang
terlengkap dan final” (Ratih Ibrahim, 2012). Pada faktanya ada begitu
banyak hal yang harus digali lewat proses pembelajaran tradisional dan
internet tidak bisa menggantikan kedalaman suatu pengetahuan. Kalau
tidak dicermati, maka akan ada kecenderungan bagi generasi mendatang
untuk menjadi generasi yang cepat puas dan cenderung berpikir dangkal.
2.7 Hubungan Gadget Terhadap Perkembangan Interaksi Sosial pada
Usia Dini
1. Anak Akan Menjadi Pasif
Studi terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Infant Behavior and
Development menemukan bahwa menonton televisi akan meningkatkan
risiko keterlambatan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa pada
anak usia di bawah usia dua tahun. Semakin panjang durasi interaksi anak
dengan perangkat elektronik, maka semakin parah gangguan yang
dialaminya.
Para peneliti pun meyakini bahwa apabila anak semakin tergantung
pada alat elektronik, maka hubungannya dengan orangtua pun akan
merenggang dan dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
tersebut. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk tetap berinteraksi
dengan anak. Lakukan obrolan ringan atau bacakan dongeng sebelum tidur
agar anak bisa berinteraksi dengan Anda.
2. Anak Menjadi Pemalas dan Berpotensi Obesitas
Beberapa penelitian menunjukkan, terlalu sering berinteraksi dengan
perangkat elektronik memicu otak melepaskan dopamin. Zat ini
dilepaskan ketika Anda melihat sesuatu yang menarik dan penghargaan.
Namun, memiliki kebiasaan berinteraksi dengan gadget sejak kecil
membuat anak mencari penghargaan dari perangkat tersebut, akhirnya ia
lebih memilih duduk dengan gadget ketimbang bermain dengan anak lain.
Perilaku semacam ini juga menggantikan aktivitas lain. Itulah mengapa
kebiasaan interaksi dengan perangkat elektronik dikaitkan dengan tingkat
obesitas. siswa TK yang menonton televisi selama satu jam sehari
cenderung mengalami peningkatan risiko obesitas.
3. Anak Alami Gangguan Perilaku
Sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2014 pada jurnal Pediatrics
menyebut bahwa bayi yang rewel biasanya lebih banyak menonton
televisi. Menurut para peneliti, perilaku bayi ini diyakini lantaran
perangkat elektronik mengganggu pola tidur anak. Namun demikian, studi
lain menunjukkan bahwa seringnya waktu yang dihabiskan di depan layar
kaca saat bayi tumbuh dewasa akan berkorelasi dengan masalah-masalah
perilaku. Solusinya, sering-seringlah menghabiskan waktu dengan
bermain bersama anak.
4. Anak Berisiko Menderita Rabun Dekat
Tingkat rabun dekat di seluruh dunia semakin meningkat. Meskipun
gangguan pada mata banyak dipengaruhi faktor keturunan, namun
beberapa ahli meyakini bahwa penggunaan gadget dan penglihatan yang
buruk ternyata saling berkait. Hal ini berhubungan juga dengan kebiasaan
anak meletakkan layar ponsel atau tablet dengan jarak yang terlalu dekat
dengan mata.

2.8 Daya Kembang Otak Pada Usia Anak-Anak


Daya kembang otak pada usia anak-anak begitu pesat, sangat optimal bila
pada masa ini orangtua dapat mengoptimalkan kemampuan anaknya. Antusias
anak terhadap berbagai rangsangan cukup tinggi, ditambah lagi dengan adanya
keingintahuannya terhadap sesuatu, dan kesukaannya dalam meniru apa yang
dilihatnya. Tidak hanya itu, daya ingat anak juga masih sangat tinggi.
Perkembangan otak pada usia anak-anak yang sangat baik ini, sangat disayangkan
bila kurangnya dukungan orangtua dalam meningkatkan kemampuan anak.
Menurut Jovita Maria Ferliana, M.Psi. , Psikolog dari RS Royal Taruma,
Ditinjau dari sisi neurofisiologis, otak anak berusia di bawah 5 tahun masih dalam
taraf perkembangan. Perkembangan otak anak akan lebih optimal jika anak diberi
rangsangan sensorik secara langsung. Misalnya, meraba benda, mendengar suara,
berinteraksi dengan orang, dan sebagainya. Jika anak usia di bawah 5 tahun
menggunakan gadget secara berkelanjutan, apalagi tidak didampingi orang tua,
akibatnya anak hanya fokus ke gadget dan kurang berinteraksi dengan dunia
sekitar.
Selama tahun pertama, seorang anak harus mengembangkan suatu
kepercayaan dasar (basic trust), tahun kedua dia harus mengembangkan mengarah
pada penemuan identitas dirinya. Pada usia sekitar 2-3 tahun anak banyak belajar
mengenai berbagai macam koordinasi dan visiomotorik. Aktivitas-aktivitas
sensomotorik telah dapat diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Hal ini
penting misalnya pada waktu mencontoh sebuah gambar atau benda. Apa yang
dilihat dengan mata harus dipindah dengan motoriknya menjadi sebuah pola
tertentu. Sekitar tahun keempat, semua pola lokomotoriknya sudah dapat dikuasai.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidak luput dari peran media informasi dan teknologi
bersamaan dengan perkembangan anak (Widiawati, 2014 : 107).
2.9 Pengaruh Radiasi Gadget Terhadap Daya Kembang Anak
Bahaya radiasi gadget terhadap daya kembang anak adalah radiasi dari
penggunan gadget yang tergolong gelombang RF, bukan merupakan gelombang
yang sangat mematikan dan berbahaya. Tapi bukan berarti kemungkinan adanya
efek samping tidak ada. Radiasi RF pada level tinggi serta dengan intensitas yang
intensif dapat merusak jaringan tubuh. Radiasi RF memiliki kemampuan untuk
memanaskan jaringan tubuh seperti oven microwave memanaskan makanan. Dan
radiasi tersebut dapat merusak jaringan tubuh, karena tubuh kita tidak dilengkapi
sistem ketahanan untuk mengantisipasi sejumlah panas berlebih akibat radiasi RF.
Penelitian lain menunjukkan radiasi non-ionisasi (termasuk gelombang RF)
menimbulkan efek jangka panjang.Penyakit yang berpotensi timbul karena radiasi
gadget adalah kanker, tumor otak, alzheimer, parkinson, sakit kepala.
Dibanding orang dewasa, anak-anak zaman sekarang sudah mengenal
teknologi nirkabel sejak kecil sehingga waktu ‘bersentuhan’ dengan radiasi lebih
panjang. Hal ini disebabkan karena di usia 12-15 tahun, anak mengalami proses
bangkitnya akal, nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan
kekuatan fisik serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba.
2.10 Sikap Orang tua Kepada Anak Mengenai Gadget Saat Ini.
Menurut Mohammad Nazir (2003:17) Sikap orangtua kepada anak
mengenai gadget saat ini antara lain,
1. Pilih sesuai dengan usia anak
Jika usia anak masih dibawah 2 tahun sebaiknya cukup pengenalan gadget
terlebih dahulu yaitu mengenai pengertian apa itu gadget selebihnya mengenai
penggunaannya sebaiknya dibatasi. Cukup mengenalkan mengenai bentuk dan
kegunaannya. Pada usia anak dibawah 5 tahun cukup mengenalkan mengenai
warna, bentuk, serta suara yang terdapat pada fitur atau aplikasi gadget tersebut.
2. Selektif dalam memilihkan aplikasi permainan di dalam gadget
Apabila anak memaksa untuk menggunakan gadget untuk bermain, pastikan
aplikasinya sesuai dengan usia anak dan batasi aplikasinya, supaya anak tidak
terlalu tertarik dengan permainan yang ada. Pilih aplikasi yang juga dapat
mendukung kecerdasan anak, dan pola pikir anak.
3. Temani anak dalam bermain
Temani anak dalam bermain menggunakan gadget, arahkan penggunaannya
dengan baik. Cobalah untuk mengajak anak bermain menggunakan media lain
selain gadget, atau ajak anak bermain dengan teman sebayanya, supaya anak tidak
terfokus dengan permainan gadgetnya. Orangtua juga harus menemani anaknya
dalam penggunaan gadget dan menggenalkan hubungannya dengan dunia nyata.
4. Batasi waktu bermain gadget anak
Batasi penggunaan gadget pada anak. Anak boleh saja menggunakan gadget
tetapi waktunya dibatasi misalnya setengah jam, atau saat senggang atau saat hari
sabtu atau minggu. Waktu di saat anak santai dan tugas belajarnya telah selesai.
5. Mengajak anak melakukan kegiatan positif
Ajak anak untuk melakukan kegiatan positif misalnya setiap pagi olahraga,
membantu membersihkan rumah, membaca buku, merapikan kamar, mengaji,
mengikuti les bahasa inggris, berkunjung ke rumah nenek, berlibur dan masih
banyak lagi kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mencegah anak supaya
tidak kecanduan bermain gadget.
Pemaparan diatas hanyalah beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua
supaya anaknya tidak kecanduan penggunaan permainan gadget, tetapi semua
tergantung pada orangtua itu sendiri, masih banyak cara untuk mengatasinya.
Orangtua yang baik pasti dapat memahami apa yang terbaik untuk anaknya.
Menemani waktu bermain anak, membimbingnya, meluruskan yang salah,
mengajaknya berkomunikasi serta bagaimana berpikir dan berargumentasi dengan
mengkaitkannya dengan dunia yang nyata. Mendidik anaknya untuk lebih peduli
dengan lingkungan di sekitarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Faktor yang dapat mempengaruhi anak untuk terkena dampak negatif dari
penggunaan gadget adalah kurangnya pengawasan dari orang tua, dan
pemberian fasilitas berupa gadget pada anak yang seharusnya belum waktunya
untuk menggunakan gadget.
2. Cara pencegahan efek negatif dari penggunaan gadget bagi anak-anak adalah
dengan melakukan pengawasan kepada anak oleh orang tua mengenai
penggunaan gadget, Batasan waktu penggunaan, dan memberikan contoh yang
baik kepada anak mengenai penggunaan gadget dengan bijak.
3. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting untuk mengawasi dan
mengontrol penggunaan gadget oleh anak. Dengan adanya pengawasan dari
orang tua, maka dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan gadget
pada anak dapat dicegah.
3.2 Saran
Seharusnya orang tua harus berfikir secara matang untuk memberikan fasilitas
kepada anak-anak. Pada dasarnya, smartphone atau yang sering kali di sebt gadget
merupakan alat komunikasi. Pemberian fasilitas gadget kepada anak-anak harus
dilakukan dengan pengawasan yang ketat, terutama pada penggunaan internet,
karena di internet banyak sekali konten yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA

Shinta. 2018. “Pengaruh Gadget Pada Perkembangan Sosial Anak”. Universitas


Tanjung Pura. Http://sanesha.yukbisnis.com/artikel-tentang-pengaruh-
gadged-terhadap-usia-dini.

Anda mungkin juga menyukai