Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun
dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk – jerukan).Senyawa ini merupakan
bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa
masam pada makanan dan minuman ringan. Rumus kimia asam sitrat adalah
C6H8O7. Asam sitrat merupakan asam yang terdapat pada buah dan sayuran. Pada
buah jeruk terdapat kandungan asam sitrat sekitar 6-8%. Selain itu asam sitrat juga
ditemukan pada buah pir, nanas, arbei, dan ceri. Pada hewan terdapat dalam
darah, air seni, dan berbagai cairan tubuh lainya.
Produksi asam sitrat seluruh dunia terutama dimanfaatkan untuk industry
makanan dan minuman sekitar 70%, industri farmasi 12%, dan isaya 18%
untuk berbagai industri lainnya.Pada industri makanan dan minuman
mempergunakan asam sitrat untuk berbagai keperluan karena kelarutan asam
sitrat yang relatif tinggi, tidak beracun,dan menghasilkan rasa asam yang disukai. Asam
sitrat sering digunakan sebagaipegawet, pencegah rusaknya warna dan aroma,
menjaga turbiditas, penghambatterjadinya oksidasi dan masih banyak lagi.
Tujuan dari praktikum ini adalah membuat asam sitrat dari sari buah
semangka dengan cara fermentasi menggunakan media semi padat dan
mengetahui bagaimana pengaruh penyediaan nutrient yang berbeda terhadap
hasil fermentasi asam sitrat dari sari buah semangka. Karbohidrat yang dipecah
dengan cara fermentasi dapat menghasilkan berbagai macam senyawa organik
diantaranya adalah asam sitrat. Banyak jenis mikroba yang dapat digunakan
dalam pembuatan asam sitrat, diantaranya A. niger, A. wentii, A. ciavatus,
Penicillum luteum. Diantara semuanya, A. niger merupakan galur yang paling
produktif. A. niger termasuk salah satu jenis kapang. Media semi solid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair
akan memberi kesempatan bakteri untuk menyebar dan tercampur dengan
seluruh nutrisi sehingga lebih cocok untuk mengoptimumkan pertumbuhan
mikroba.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sumber karbohidrat,
Aspergillus niger, Bekatul, Ca(OH)2,Sekam padi, H2SO4, Urea, NaOH, KH2PO4,
Aquades, dan MgSO4.7H2O. Alat yang digunakan adalah petridish, beaker glass,
Erlenmeyer, gelas ukur, buret, statif, dan klem, pipet, inkubator, dan oven .
Langkah kerja yang dilakukan dibagi menjadi 2 bagian yaitu penyiapan media
dan analisa hasil. Seharusnya semakin lama waktu fermentasi maka semakin
rendah pH larutan tersebut karena makin banyak asam sitrat yang dihasilkan.
Dalam praktikum yang telah dilakukan tidak sesuai dengan teori yang
seharusnya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan nutrient urea. Semakin hari,
volume titran yang dibutuhkan semakin banyak dikarenakan hasil fermentasi
dari Aspergillus niger yang menghasilkan asam sitrat. KH2PO4 diperlukan pada
media fermentasi sebagai nutrisi agar mikroba dapat tumbuh. Kondisi optimum
pembentukan Aspergillus niger dan pembentukan asam sitrat adalah pada pH 2,
suhu 28-29⁰C, laju pengadukan 120 rpm dan waktu fermentasi 1-2 minggu. Hati-
hati saat mengambil Aspergillus niger dengan kawat osse. Sterilkan ruang
aseptik dengan alkohol sebelum digunakan. Cermat dalam pembuatan reagen,
berhati-hatilah saat menimbang. Dan cuci alat dengan bersih sebelum
digunakan.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Mengetahui teknik peremajaan mikroorganisme

2.Mengetahui cara memproduksi asam sitrat

3.Mengetahui cara menghitung konsentrasi asam sitrat


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Sitrat

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan
pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai
senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang
penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan
sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Asam
sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam sitrat adalah
C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).
Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-
propanatrikarboksilat.

2.1.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sitrat


Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di bawah.
Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga
untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak
ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion
logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan
penghilang kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal
berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous
(bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air
untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal
dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi
asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah
menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. Secara kimia,
asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas
175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.

2.1.2 Produksi Asam Sitrat


Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim
digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk
asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat
diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida
membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari
kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah
dengan ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik
trilaurilamina yang diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut
dengan air.

2.1.3 Metode Fermentasi


Proses fermentasi asam sitrat bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu
metode permukaan (surface process) / kultur permukaan dan metode bawah
permukaan (submarged process) / kultur terendam. Fermentasi kultur
permukaan dapat menggunakan media cair maupun media padat.
Sedangkan pada fermentasi kultur terendam bisa dilakukan pada fermentor
berpengaduk dan air lift fermentor. Fermentasi kultur terendam lebih sulit
dilakukan daripada fermentasi kultur permukaan tetapi dapat dilakukan
secara curah, proses curah terumpani atau sinambung.
Fermentasi kultur terendam:
Saat ini sebagian besar (80%) produksi asam sitrat berasal dari fermentasi
kultur terendam. Fermentasi ini menggunakan paralatan yang lebih canggih
dengan kebutuhan energi yang lebih banyak, tapi lebih sedikit memerlukan
lahan dan tenaga kerja.
Fermentasi kultur permukaan:
A. Fermentasi permukaan pada media padat
Fermentasi ini menggunakan media padat dari limbah pengolahan
hasil pertanian, seperti onggok, dedak padi, dedak gandum, pulp tebu dan
limbah pengolahan nenas. Pada fermentasi ini, mikroba kurang sensitif
terhadap tingginya konsentrasi mineral mikro.
B. Fermentasi permukaan pada media cair
Fermentasi ini menggunakan media cair pada wadah dangkal (tidak
terlalu dalam) sehingga memperluas bidang kontak antara media dengan
oksigen di udara.
Produksi menurut kultur permukaan
Pemilihan media fermentasi yang tepat adalah faktor yang paling kritis
dalam produksi asam sitrat. Dalam hal ini diperlukan defisiensi nutrsional
logam-logam dan fosfat. Meskipun ini harus sedikit defisien dalam unsur fosfat
atau satu atau lebih unsur logamnya, yakni mangan, besi, seng dan mungkin
tembaga.
2.2 10 gram toge
2.3 Glukosa
2.4 KH2PO4
KH2PO4 merupakan larutan penyangga asam (buffer asam) yang berfungsi
untuk larutan pengencer. Larutan pengencer diperlukan untuk membuar media
pertumbuhan bakteri supaya konsentrasinya tidak terlalu pekat dan memudahkan
pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan. KH2PO4 tidak mempengharuhi
pH sehingga baik untuk digunakan sebagai larutan pengencer. Hal ini karena
pertumbuhan bakteri sensitive terhadap perubahan pH, sehingga diperlukan
larutan pengencer yang dapat mempertahankan kondisi pH media yang cenderung
asam (<7). Kandungan kalium dan fosfat pada KH2PO4 berguna untuk memberi
nutrisi sel mikroorganisme serta sebagai elemen kunci dalam pengendalian
metabolism sel, proses transport, dan dibutuhkan pada metabolisme karbohidrat
(Sutarma, 2000).
Media fermentasi untuk biosintesis asam sitrat terdiri dari substrat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme, terutama terdiri dari substrat
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgaisme terutama sumber karbon,
nitrogen dan fosfor. Selain itu air dan udara dapat pula dimasukkan sebagai
substrat fermentasi.

Kondisi operasi fermentasi asam sitrat:

1.Jenis media mengandung sukrosa, KH2PO4, MgSO4,(NH4)2CO3, FeCl3, dan HCl 2.pH
media 2

3.Suhu 29 °C (Arief Satrio dkk., 2012)

Jumlah optimum K2PO4 yang dapat ditambahkan adalah 0,14 gram apabila
menerapkan media sintetis H.J Peppler. Oleh karena itu KH2PO4 diperlukan pada
media fermentasi sebagai nutrisi agar mikroba dapat tumbuh. (Manfaati, 2011)

2.5 NH4NO3

Amonium nitrat adalah suatu senyawa kimia, yang merupakan garam nitrat
dari kation amonium. Senyawa ini memiliki rumus kimia NH4NO3, disederhanakan
menjadi N2H4O3. Senyawa ini adalah padatan kristal putih dan sangat larut dalam air.
Senyawa ini utamanya digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kaya-nitrogen.[4]
Penggunaan utama lainnya adalah sebagai komponen campuran peledak yang
digunakan dalam konstruksi pertambangan, penggalian, dan konstruksi sipil.
Senyawa ini adalah penyusun utama ANFO, sebuah industri peledak populer yang
menyumbang 80% bahan peledak yang digunakan di Amerika Utara; formulasi
serupa telah digunakan dalam alat peledak terimprovisasi. Banyak negara
menghapusnya dalam aplikasi konsumen karena kekhawatiran akan potensi
penyalahgunaannya.

Amonium nitrat ditemukan sebagai mineral alami (amonia nitre—analog amonium


garam dan mineral nitre lainnya seperti natrium nitrat) di daerah paling kering di Gurun
Atacama di Chile, sering Sebagai kerak di tanah dan/atau bersamaan dengan nitrat lainnya,
klorat, iodat, dan mineral halida. Amonium nitrat ditambang di sana di masa lalu, namun
hampir 100% bahan kimia yang saat ini digunakan adalah sintetik.
Produksi industri amonium nitrat mengandung asam basa amonia dengan asam
nitrat:[5]

HNO3 + NH3 → NH4NO3

Amonia digunakan dalam bentuk anhidratnya (yaitu bentuk gas) dan asam nitrat
terkonsentrasi. Reaksi ini berlangsung keras karena sifatnya yang sangat
eksotermik. Setelah larutan terbentuk, biasanya pada konsentrasi sekitar 83%,
kelebihan air diuapkan menjadi kandungan amonium nitrat (AN) sebesar 95%
sampai konsentrasi 99,9% (AN meleleh), tergantung pada kadarnya. Lelehan AN
kemudian dibuat menjadi "prills" atau manik-manik kecil dalam menara semprot,
atau menjadi butiran dengan menyemprotkannya dan berjatuhan di drum yang
berputar. Potongan atau butiran tersebut dapat dikeringkan lebih lanjut,
didinginkan, lalu dilapisi untuk mencegah pengeringan. Potongan atau butiran ini
adalah produk AN yang khas dalam perdagangan.

Amonia yang dibutuhkan untuk proses ini diperoleh dengan proses Haber dari
nitrogen dan hidrogen. Amonia yang dihasilkan oleh proses Haber dioksidasi
menjadi asam nitrat oleh proses Ostwald. Metode produksi lain adalah varian dari
proses Odda:

Ca(NO3)2 + 2 NH3 + CO2 + H2O → 2 NH4NO3 + CaCO3

Produknya, kalsium karbonat dan amonium nitrat, dapat secara terpisah dimurnikan
atau dijuan tergabung sebagai kalsium amonium nitrat.

Amonium nitrat dapat pula dibuat melalui reaksi metatesis:

(NH4)2SO4 + Ba(NO3)2 → 2 NH4NO3 + BaSO4


NH4Cl + AgNO3 → NH4NO3 + AgCl
2.6 Pepton

Pepton adalah hidrolisat protein yang berasal dari reaksi hidrolisis protein
oleh enzim protease. Pepton digunakan sebagai sumber nitrogen pada media
pembiakan mikroorganisme untuk dapat tumbuh dengan baik.
2.7 FeSO4

Besi(II) sulfat (ferro sulfat) ialah senyawa kimia dengan rumus FeSO4.
Besi(II) sulfat digunakan secara medis untuk mengobati kekurangan zat besi,
dan juga untuk aplikasi industri. Terkenal sejak zaman dahulu kala sebagai
copperas dan sebagai vitriol hijau, heptahidrat biru-hijau adalah bentuk paling
umum dari bahan ini. Semua besi sulfat larut dalam air yang menghasilkan
kompleks aquo yang sama [Fe(H2O)6]2+, yang memiliki geometri molekul
oktahedral dan bersifat paramagnetik.

Nama lainnya adalah Ferro sulfat, vitriol hijau, besi vitriol, copperas,
melanterite, dan szomolnokite.

Adapun sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:

 Rumus molekul: FeSO4

 Berat molekul: 151,908 gr/mol (anhidrat); 169,92 gr/mol (monohidrat);


278,05 gr/mol (heptahidrat)
 Penampilan: Kristal biru-hijau atau putih
 Bau: Tidak berbau
 Densitas: 2,84 gr/cm3 (anhidrat); 2,2 gr/cm3 (pentahidrat); 2,84 gr/cm3
(heptahidrat)
 Titik leleh: 70 °C (dehidrasi dari heptahidrat); 400 °C (terurai)
 Kelarutan dalam air: 25,6 gr/100mL (anhidrat); 48,6 gr/100 mL
(heptahidrat) pada 50 °C
 Kelarutan dalam alkohol: Dapat diabaikan
 Indeks refraksi (nD): 1,536 (pentahidrat); 1,478 (heptahidrat)
 Entropi pembentukan standar, ΔfHo298 -929 kJ·mol−1
 Entropi molar standar, So298 121 J·mol−1·K−1

Pada pemanasan, besi(II) sulfat pertama kehilangan air kristalnya dan kristal
hijau semua diubah menjadi zat padat anhidrat berwarna coklat. Saat dipanaskan
lebih lanjut, bahan anhidrat melepaskan sulfur dioksida dan asap putih dari sulfur
trioksida, meninggalkan besi(III) oksida coklat-kemerahan. Dekomposisi
besi(II) sulfat mulai pada kira-kira 480 °C.

2 FeSO4 → Fe2O3 + SO2 + SO3

Seperti semua garam besi(II), besi(II) sulfat adalah reduktor. Misalnya,


mereduksi asam nitrat menjadi nitrogen oksida dan klor menjadi klorida:

6 FeSO4 + 3 H2SO4 + 2 HNO3 → 3 Fe2(SO4)3 + 4 H2O + 2 NO

6 FeSO4 + 3 Cl2 → 2 Fe2(SO4)3 + 2 FeCl3

Pada pemaparan terhadap udara, ia teroksidasi membentuk karat coklat-kuning


yang melapisi dasar ferri sulfat, yang merupakan hasil adisi (adduct) dari ferri
oksida dan ferri sulfat:

12 FeSO4 + 3 O2 → 4 Fe2(SO4)3 + 2 Fe2O3

Secara industri, besi sulfat terutama digunakan sebagai prekursor untuk


senyawa besi lainnya. Ini adalah bahan pereduksi, sebagian besar untuk reduksi
kromat dalam semen. Bersama dengan senyawa besi lainnya, besi sulfat
digunakan untuk membentengi makanan dan untuk mengobati anemia defisiensi
besi. Sembelit merupakan efek samping yang sering dan tidak nyaman terkait
dengan pemberian suplemen zat besi oral. Pelunak feses sering diresepkan untuk
mencegah sembelit.

2.8 Ca(OH)2

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2.


Kalsium hidrokida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih. Kalsium
hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air.
Senyawa ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran
larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).

Dalam bahasa Inggris, kalsium hidroksida juga dinamakan slaked lime, atau
hydrated lime (kapur yang di-airkan). Nama mineral Ca(OH)2 adalah
portlandite, karena senyawa ini dihasilkan melalui pencampuran air dengan
semen Portland. Suspensi partikel halus kalsium hidroksida dalam air disebut
juga milk of lime (Bahasa Inggris:milk=susu, lime=kapur). Larutan Ca(OH)2
disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang. Larutan
tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak
logam dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan
karbon dioksida, karena mengendapnya kalsium karbonat.

Pada 512 °C,[1] kalsium hidroksida terurai menjadi kalsium oksida dan air.

Karena kekuatan sifat basanya, kalsium hidroksida banyak digunakan sebagai

 Flocculant pada air, pengolahan limbah, serta pengelolaan tanah asam.


 Bahan alkali untuk menggantikan natrium hidroksida
 Pereaksi kimia
 Pestisida untuk mengobati dampak serangan kutu kebul atau whiteflys Bemisia
tabaci vektor gemini virus

2.8 Starter Aspergillus niger

Pada percobaan produksi asam sitrat digunakan Aspergillus niger L-51 yang
berfungsi sebagai biokatalisator dimulai dengan membuat media inokulum dengan
menggunakan glukosa, KH2PO4, NH4 NO3, pepton dan FeSO4.7H2O. Setelah di
shaker selama 48 jam terdapat bulatan- bulatan kecil atau miselium yang berwarna
putih. Kemudian media inokulum tersebut dimasukkan ke dalam media produksi.
Usahakan miselium tersebut juga dimasukkan ke dalam media produksi. Kemudian
dishaker selama 144 jam. Pada dinding erlenmeyer terdapat kapang yang berwarna
kehitaman. Hasil fermentasi tersebut disaring dengan kertas wheatman 41 dan
ditambahkan Ca(OH)2 sehingga terbentuk endapan putih. Hal ini menandakan
bahwa terdapat asam sitrat.
As. sitrat + Ca(OH) Ca sitrat putih
Aspergillus niger L-51 merupakan organisme aerob karena pada proses
fermentasi erlenmeyer hanya ditutup dengan kapas sehingga memudahkan suplai
udara terhadap bakteri tersebut. Pada percobaan ini kami terlambat membuka
penutup alumunium foilnya sehingga miselium yang diperoleh tidak terlalu banyak.
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

 Gelas beker
 Erlenmeyer
 Pengaduk
 Pemanas
 Kertas sarung
 Aluminium foil
 Corong
 Autoclave
 Neraca analitik
 pH universal
 Kapas

Bahan :

 10 gram toge
 Glukosa
 KH2PO4
 NH4NO3
 Pepton
 FeSO4
 Ca(OH)2
 Starter Aspergillus niger
3.2 Skema percobaan

3.3 Gambar Alat

Gelas beker Erlenmeyer Pengaduk kaca

Pemanas Aluminium foil


Kertas saring
Corong Autoclave Neraca Analitik

pH Universal Kapas

Anda mungkin juga menyukai