DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DONOROJO
Jalan RayaBentengPortugis Km. 17,Donorojo Telp/Fax0291-7702058
E-mail : pkmdonorojo@gmail.com JEPARA59458
I. PENDAHULUAN
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada dan
seluruh karyawan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu dan peduli terhadap
keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat dan karyawan yang bekerja di puskesmas.
Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program yang wajib direncanakan,
dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan ditindaklanjuti di seluruh jajaran yang ada di Puskesmas
Donorojo. Mulai dari Kepala Puskesmas, penaggungjawab pelayanan klinis dan seluruh
karyawan.
Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
menjadi acuan dalam penyusunan program-program mutu dan keselamatan pasien di unit kerja.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk puskesmas. Ada lima
isu yang terkait dengan kselamatan (safety) di puskesmas yaitu keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di
puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan puskesmas. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan.
Keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua Puskesmas yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Puskesmas. Oleh sebab itu, Puskesmas harus meningkatkan
mutu klinis dan keselamatan pasiennya. Standar keselamatan pasien meliputi, hak pasien,
mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayaanan,
penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan komunikasi. Pelaksanaan
peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien wajib mengupayakan penemuan sasaran
keselamatan pasien yang efektif peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
dan pengurangan resiko pasien jatuh.
1
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan
yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (first, do no
harm). Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, pelayanan kesehatan menjadi semakin
kompleks dan berpotensi terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD) apabila tidak dilakukan
dengan hati-hati.
Data tentang KTD di Indonesia menunjukkan bahwa kejadian nyaris cedera (KNC/ Near
Miss) masih langka, namun terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek” yang belum tentu sesuai
dengan pembuktian akhir.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan
program keselamatan pasien Puskesmas perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas
untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut. Buku Panduan Nasional Keselamtaan Pasien
Puskesmas diharapkaan dapat membantu Puskesmas dalam melaksanakan kegiatannya. Buku
Panduan ini akan dilengkapi dengan Instrumen Penilaian yang akan dimasukkan di dalam
program akreditasi Puskesmas.
III. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan Puskesmas melalui suatu sistem dimana Puskesmas mebuat
pasien menjadi lebih aman.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tujuh standar keselamatan pasien
b. Untuk mengetahui sasaran keselamatan pasien
c. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju keselamatan pasien
2
keluarga.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti.
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan
Puskesmas.
Memperhatikan sikap meghormati dan tenggang rasa.
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3
Setiap puskesmas harus melakukan eavluasi intensif
terkait dengan ssemuaa insiden, dan secara proaktif
melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
4
Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
6 Mendidik staf tentang Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan,
keselamatan pasien pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik
keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service
training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan
tentang kerjasama kelompok (team work) guna
mendukung pendekatan interdispliner dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.
7 Komunikasi Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan
merupakan kunci bagi mendesain proses manajemen untuk memperoleh data
staf untuk mencapai dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
keselamtan pasien pasien.
Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk memperbaiki manajemen informasi
yang ada.
6
Mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap beresiko jatuh.
Memonitoring hasil langkah-langkah mengurangi resiko
pasien jatuh.
Mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit.
7
Bagi unit:
- Menominasikaan “penggerak” dalam unit untuk
memimpin gerakan keselamtan pasien.
- Menjelaskan kepada staf tentang relevansi dan
pentingnya serta manfaat dengan menjalankan
gerakan keselamatan pasien.
- Menumbuhkan sikap kesatria yang menghargai
pelaporan insiden.
3 Mengintegrasikan Untuk Puskesmas:
aktivitas pengelolaan - Menominasikan “penggerak” dalam tim PMKP
resiko untuk memimpin gerakan keselamatan pasien.
- Mengembangkan indikator – indikator kinerja
bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat
dimonitor oleh kepala puskesmas.
- Menggunakan informasi yang benar dan jelas
yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan
asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
Untuk unit:
- Membentuk forum – forum dalam puskesmas
untuk mendiskusikan isu – isu keselamatan
pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait.
- Memastikan ada penilaian resiko pada individu
pasien dalam proses asesmen resiko puskesmas.
- Melakukan proses asesmen reisko secara teratur,
untuk menentukan akseptabilitas setiap resiko,
dan mengambil langkah- langkah yang tepat
untuk memperkecil resiko tersebut.
- Memastikan penilaian resiko tersebut
disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko puskesmas.
4 Mengembangkan Untuk Puskesmas:
sistem pelaporan Melengkapi rencana implementasi sistem pelaporan
insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan
ke tim PMKP.
Untuk Unit:
Memberikan semangat kepada staf untuk secara aktif
8
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang
telah dicegah tetapi tetap terjaadi juga, arena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
5 Melibatkan dan Untuk Puskesmas:
berkomunikasi dengan - Memastikan puskesmas memiliki kebijakan yang
pasien secara jelas menjabarkan cara – cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya.
- Memastikan pasien dan keluarga mereka
mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
- Memberikan dukungan, pelatihan dan dorongan
semangat kepada pasien dan keluarganya.
Untuk Unit:
- Memastikan tim PMKP menghargai dan
mendukung keteerlibatan pasien dan keluarganya
bila telah terjadi insiden.
- Memprioritaskan pemberitahuan kepada pasien
dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera
berikan kepada mereka informasi yang jelas dan
benar secara tepat.
- Memastikan seera setelah kejadian, tim PMKP
menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
6 Belajar dan berbagi Untuk Puskesmas:
pengalaman teang - Memastikan staf yang terkait telah dilatih untuk
keselamatan pasien melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
- Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan
dengan jelas kriteria pelaksanaan analisis akar
masalah (root cause analysisi/ RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu
kali per tahun melakukan failure mades and
effects analysis (FMEA) untuk proses resiko
tinggi.
Untuk unit:
- Mendiskusikan dengan tim PMKP tentang
pengalaman dari hasil analisis insiden.
- Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang
9
mungkin terkena dampak di masa depan dan
berbagi pengalaman tersebut secara lebih luas.
7 Mencegah cedera Untuk Pusekesmas:
melalui implementasi - Menggunakan informasi yang benar dan jelas
sistem keslamatan yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen
pasien risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis ,
untuk menentukan solusi setempat. Solusi
tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem
(struktur dan proses), penyesuaian pelatihan staf
dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan
isntrumen yang menjamin keselamatan pasien.
- Melakukan asesmen risiko untuk setiap
perubahan yang direncanakan.
- Mensosialisasikan solusi yang dikembangkan
oleh tim PMKP.
- Memberi umpan balik kepada staf tentang setiap
tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.
Untuk Unit:
- Melibatkan unit dalam mengembangkan berbagai
cara untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih
baik dan lebih aman.
- Melakukan telah kembali perubahan-perubahan
yang dibuat unit dan memastikan pelaksanaanya.
- Memastikan unit menerima umpan balik atas
setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.
a. Memenuhi standar, sasaran, dan langkah – langkah menuju keselamatan pasien Puskesmas
yang tertuang dalam instrumen akreditasi Puskesmas.
b. Membentuk tim PMKP Puskesmas.
VI. SASARAN
10
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
2019
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Melakukan sosialisasi tentang keselamatan
1 v v v v
pasien
1. Setiap bulan tim PMKP melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien di unit
kerja.
2. Setiap 3 bulan tim PMKP melakukan evaluasi untuk melihat pencapaian program dan rencana
program dilaksanakan setiap akhir tahun.
3. Setiap 3 bulan tim PMKP membuat laporan pelaksanaan kegiatan keselamatan untuk Kepala
Puskesmas.
Pencatatan, evaluasi dan pelaporan kegiatan ini merupakan laporan dan evaluasi pelaksanakan
kegiatan. Pencatatan dilakukan setiap menemukan kasus. Pelaporan dilaksanakan setiap 3 bulan
sekali.
11