DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
SARTIKA 17 3145 261 031
AINUN RAMADHANTI 17 3145 261 038
SUDARMAYANTI 17 3145 261 041
DWI SARTIKA SYAM 17 3145 261 013
SYUKRIA MUBAROKAH 17 3145 261 017
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha Esa berkat kehendak-
Nyalah saya diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul’’proses perencananaan’’ini tepat pada waktunya.Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah’’sistem Perencanaan rumah sakit’’.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari
teman-temandan dosen pengampuh mata kuliah ini sehingga kekurangan yang ada
dapat diperbaiki dan disempurnakan dalam penyusunan makalah ini.Saya
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai mana
mestinya,khususnya bagi saya dan rekan-rekan mahasiswa lainnya.Terima kasih
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu manajemen terdapat suatu perencanaan yang
dijadikan suatu tujuan organisasi. Perencanaan itu sendiri
merupakan proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan menjadi proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Perencanaan itu sendiri, terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran
(goals) dan rencana itu sendiri (plan). Sasaran adalah hal yang ingin
dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula
disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan
membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. Sasaran dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan
sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada
masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan,
laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat
oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan
kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan
stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-
benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari
tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
1
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya
menjadi sub- tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu
kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga
mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena
mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama
terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali,
atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkat
kan kinerja," "naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan,"
sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya
salah mengintepretasi maksud sasaran itu
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Management By Objective (MBO)?
2. Bagaimana konsep Management By Objective (MBO)?
3. Bagaimana tahap pelaksanaan Management By Objective (MBO)?
4. Bagaimana Management By Objective (MBO) yang efektif ?
5. Bagaimana system Management By Objective (MBO)?
6. Apa kelebihan dan kelemahan Management By Objective (MBO)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Management By Objective (MBO)
2. Untuk mengetahui konsep Management By Objective (MBO).
3. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan Management By Objective
(MBO).
4. Untuk mengetahui mengetahui Management By Objective (MBO)
yang efektif .
5. Untuk mengetahui system Management By Objective (MBO).
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Management By
Objective (MBO).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO
adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan
manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan
pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,
MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.
4
3. Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan
dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian,
pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi.
4. Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap
ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam
rencana stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.
5
3. Sasaran Individual
Dalam progaram MBO yang efektif, setiap manajer dan
bawahan telah menetapkan dengan jelas tanggung jawab pekerjaan
dan tujuan-tujuannya, misalnya manajer subunit A akan bertanggung
jawab atas peningkatan 15% dalam jangka waktu dua bulan.
Maksud dari penetapan tujuan dengan menggunakan istilah-istilah
pada setiap tingkatan ialah untuk membantu para pegawai agar
mengerti dengan jelas apa yang diharapkan untuk dicapai. Hal ini
membantu setiap rencana individual secara efektif untuk mencapai
sasaran yang ditargetkan. Sasaran untuk setiap individu harus
ditetapkan dengan konsultasi antara individu dengan atasannya.
Dalam konsultasi bersama tersebut, para bawahan membantu para
manajer mengembangkan tujuan yang realitas karena mereka
mengetahui dengan baik apa yang mampu mereka capai. Para manajer
membantu para bawahannya untuk meningkatkan pandangan mereka
terhadap tujuan yang lebih tinggi dengan menunjukkan keinginan
untuk membantu mereka dalam mengatasi rintangan serta
kepercayaan pada kemampuan para bawahan.
4. Partisipasi
Peran serta bawahan dalam menetapkan tujuan sangat
berbeda-beda. Para manajer kadang-kadang menetapkan tujuan
tanpa mengetahui sepenuhnya tentang kendala di mana bawahan
mereka harus bekerja. Para bawahan kemungkinan memilih tujuan
yang tidak sejalan dengan sasaran organisasi. Sebagai kebiasaan,
semakin besar peranserta para manajer dan bawahan dalam penetapan
sasaran, semakin baik kemungkinannya sasaran itu akan tercapai.
5. Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana
Begitu sasaran telah ditetapkan dan disetujui, individu itu
mempunyai kebijakan yang luas untuk memilih sarana-sarana guna
pencapaian tujuan tersebut. Dalam kendala yang normal dari
kebijakan organisasi, para manajer harus bebas
6
mengembangkan dan melaksanakan program-program untuk
mencapai sasaran tanpa penafsiran kembali oleh atasan langsung
mereka. Dari berbagai aspek yang mereka plih dengan bebas dalam
menentukan sarana dan kebijakan yang diberikan oleh organisasi,
maka para pegawai bawahan merasa diuntungkan dengan program
MBO atau otonomi dalam pelaksanaan rencana. Akan tetapi pegawai
juga tidak bisa semaunya sendiri dalam menentukan kebijakannya,
juga harus menyangkut pada peraturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Dan aspek dari program
MBO tersebut, sangat dihargai oleh para manajer dan juga para
pegawai bawahan.
6. Pengkajian Kembali Untuk Kerja
Para manajer dan bawahan secara berkala mengadakan
pertemuan untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju
sasaran. Selama pengkajian kembali, mereka memutuskan
masalah-masalah yang ada, dan apa yang dapat mereka lakukan
masing- masing untuk memecahkannya. Bila perlu tujuan-tujuan itu
dapat dimodifikasi untuk periode peninjauan kembali yang akan
datang. Agar adil dan berguna, pengkajian kembali harus didasarkan
atas hasil unjuk kerja yang dapat diukur, bukan atas kriteria
yang subjektif, seperti sikap dan kemampuan. Misalnya,
daripada berusaha untuk menilai bagaimana giatnya seseorang di
lapangan, seorang manajer seharusnya menekankan hasil penjualan
nyata yang dicapai dan sebagai pengetahuan terinci mengenai
pelanggannya.
7
akan berbeda. Berikut ini adalah unsur-unsur umum sistem MBO yang
efektif yang pada hakekatnya merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:
1. Komitmen pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan
komitmen para manajer disetiap tingkatan organisasi terhadap
pencapaian tujuan pribadi dan organisasi serta proses MBO.
2. Penetapan tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan
efektif dimulai dengan para manajer puncak yang menetapkan
tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para
anggota organisasi lainnya.
3. Tujuan-tujuan perseorangan. Setiap manajer dan bawahan
merumuskan tanggung jawab dan tujuan jabatan mereka secara
jelas. Maksudnya adalah untuk membantu para karyawan
memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.
4. Partisipasi. Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan
tujuan sangat bervariasi. Sebagai pedoman umum, semakin
besar partisipasi bawahan, semakin besar kemungkinan tujuan
akan tercapai.
5. Otonomi dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di
setujui, individu mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk
pencapaian tujuan. Manajer bebas mengimplementasikan dan
mengembangkan program-program pencapaian tujuan tanpa campur
tangan atasan langsung dengan batasan-batasan organisasi.
6. Peninjauan kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu
secara periodik untuk meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.
8
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
d. Pengawasan lebih efektif berkembang.
9
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kelemahan Manajeman By Objective adalah:
1) Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian
motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik
MBO secara tepat
2) Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan
kepada para anggota untuk berpartisipasi
3) Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi
dapat diukur secara dikuantitas
4) Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama
5) Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa
memperdulikan rekan kerja
6) Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa
memperdulikan rekan kerja
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran. MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-
prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan
tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah)
sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO
adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan
manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan
pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,
MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.
Tahap Pelaksanaan MBO terdiri dari: tahap Persiapan, tahap penyusunan,
tahap Pelaksanaan, tahap Pengendalian, monitor, evaluasi dan
Penyesuaian.
MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim, sebagai berikut:
1. Kesepakatan pada Program
2. Penetapan Sasaran Tingkat Atas
3. Sasaran Individual
4. Partisipasi Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana
5. Pengkajian Kembali Untuk Kerja.
Unsur-unsur umum sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya
merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:
1. Komitmen pada program
2. Penetapan tujuan manejemen puncak
3. Tujuan-tujuan perseorangan
4. Partisipasi Otonomi dalam implementasi rencana
5. Peninjauan kembali prestasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12