Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM PERENCANAAN RUMAH SAKIT

‘’PERENCANAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MBO’’

Dosen Pengampuh : Ibu Dewi Astuti, S.KM., MARS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3
SARTIKA 17 3145 261 031
AINUN RAMADHANTI 17 3145 261 038
SUDARMAYANTI 17 3145 261 041
DWI SARTIKA SYAM 17 3145 261 013
SYUKRIA MUBAROKAH 17 3145 261 017

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSSAR

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DANINFORMASI

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha Esa berkat kehendak-
Nyalah saya diberikan kemudahan dan kelancaran sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul’’proses perencananaan’’ini tepat pada waktunya.Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah’’sistem Perencanaan rumah sakit’’.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari
teman-temandan dosen pengampuh mata kuliah ini sehingga kekurangan yang ada
dapat diperbaiki dan disempurnakan dalam penyusunan makalah ini.Saya
berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai mana
mestinya,khususnya bagi saya dan rekan-rekan mahasiswa lainnya.Terima kasih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian Management By Objective (MBO) ............................................ 3
B. Konsep Management By Objective .............................................................. 4
C. Tahap Pelaksanaan Management By Objectives ......................................... 4
D. Management By Objectives yang Efektif .................................................... 5
E. Sistem Management By Objectives ............................................................. 7
F. Kelebihan dan Kelemahan Management By Objective ............................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu manajemen terdapat suatu perencanaan yang
dijadikan suatu tujuan organisasi. Perencanaan itu sendiri
merupakan proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan menjadi proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Perencanaan itu sendiri, terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran
(goals) dan rencana itu sendiri (plan). Sasaran adalah hal yang ingin
dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula
disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan
membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. Sasaran dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan
sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada
masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan,
laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat
oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan
kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan
stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-
benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari
tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.

Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi


untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan
tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan

1
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya
menjadi sub- tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu
kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga
mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena
mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama
terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali,
atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkat
kan kinerja," "naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan,"
sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya
salah mengintepretasi maksud sasaran itu

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Management By Objective (MBO)?
2. Bagaimana konsep Management By Objective (MBO)?
3. Bagaimana tahap pelaksanaan Management By Objective (MBO)?
4. Bagaimana Management By Objective (MBO) yang efektif ?
5. Bagaimana system Management By Objective (MBO)?
6. Apa kelebihan dan kelemahan Management By Objective (MBO)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Management By Objective (MBO)
2. Untuk mengetahui konsep Management By Objective (MBO).
3. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan Management By Objective
(MBO).
4. Untuk mengetahui mengetahui Management By Objective (MBO)
yang efektif .
5. Untuk mengetahui system Management By Objective (MBO).
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Management By
Objective (MBO).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Management By Objective (MBO)

Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen


berdasarkan sasaran. Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam
bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Sejak itu MBO
telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset. Banyak program
jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan hasil
(manajemen by result), manajemen sasaran (goals manajemen),
perencanaan dan peninjauan kembali pekerjaan (work planning and
review), sasaran dan pengendalian (goals and controls), dan lain- lainnya.
Walaupun artinya berbeda-beda program ini sama. Penggunaannya tidak
hanya dalam dunia usaha saja tetapi telah semakin berkembang luas pada
dunia nonbisnis, seperti organisasi pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan
pemerintahan. Management by Objectives (MBO) adalah metode
penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran
kerja. Secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan-
tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama,
penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara
jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan,
dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagaisatuan pedoman
pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian
sumbangan masing-masing anggota. Pada metode MBO, setiap
individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang
bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja.
Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu
pada realisasi sasaran kerja. MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-
prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan
tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah)

3
sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO
adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan
manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan
pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,
MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.

B. Konsep Management By Objective


Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam
hal :
1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan
(subordinates);
2. Perencanaan yang akan dilakukan
3. Standard pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan
4. Prosedur untuk mengevaluasi keberhsilan pencapaian tujuan.

Diperkenalkan oleh Peter Drucker pada akhir tahun 1950


Dilaksanakan berdasarkan asumsi dasar, bahwa apa yang terjadi
dilapangan belum tentu sesuai dengan apa yang dipahami oleh
pimpinan. Pimpinan seringkali lebih berfungsi dalam penetapan
kebijakan, adapun yang bersifat teknis biasanya dilakukan oleh bawahan.
Partisipasi aktif semua pihak dalam organisasi adalah kunci penting
keberhasilan pendekatan MBO dalam perencanaan organisasi.

C. Tahap Pelaksanaan Management By Objectives


1. Tahap Persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta
data-data yang diperlukan.
2. Tahap Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-
fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi
mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh instansi.
Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan
antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.
Dengan Mengaplikasikan 5 W + 1 H

4
3. Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan
dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian,
pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi.
4. Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap
ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam
rencana stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.

D. Management By Objectives yang Efektif


MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim, sebagai berikut:
1. Kesepakatan pada Program.
Pada setiap organisasi, diperlukan keterikatan para manajer
dalam pencapaian tujuan organisasi pada proses MBO agar program
itu efektif. Banyak waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu program MBO yang berhasil. Para manajer harus
mengadakan pertemuan dengan para bawahan, pertama untuk
menetapkan tujuan-tujuan dan kemudian untuk mengkaji kembali
kemajuan dalam menuju tujuan tersebut. Tidak ada jalan pintas yang
mudah, bila sasaran telah ditetapkan tetapi tidak dikaji kembali secara
berkala, tujuan itu tidak mungkin akan tercapai.
2. Penetapan Sasaran Tingkat Atas
Program perencanaan yang efektif biasanya dimulai dengan
para manajer tertinggi yang menetapkan sasaran pendahuluan setelah
berkonsultasi dengan para anggota organisasi yang lain. Sasaran
harus dinyatakan dengan istilah yang khusus dan dapat diukur,
misalnya peningkatan lima persen dalam penjualan kuartal yang akan
datang, tidak ada peningkatan dalam biaya-biaya eksploitasi pada
tahun ini, dan sebagainya. Dengan cara demikian, para manajer dan
bawahan akan mempunyai pengertian yang lebih jelas tentang apa
yang diharapkan oleh pimpinan teratas untuk dicapai, dan mereka
dapat melihat bagaimana pekerjaan mereka itu berkaitan langsung
dengan pencapaian sasaran organisasi.

5
3. Sasaran Individual
Dalam progaram MBO yang efektif, setiap manajer dan
bawahan telah menetapkan dengan jelas tanggung jawab pekerjaan
dan tujuan-tujuannya, misalnya manajer subunit A akan bertanggung
jawab atas peningkatan 15% dalam jangka waktu dua bulan.
Maksud dari penetapan tujuan dengan menggunakan istilah-istilah
pada setiap tingkatan ialah untuk membantu para pegawai agar
mengerti dengan jelas apa yang diharapkan untuk dicapai. Hal ini
membantu setiap rencana individual secara efektif untuk mencapai
sasaran yang ditargetkan. Sasaran untuk setiap individu harus
ditetapkan dengan konsultasi antara individu dengan atasannya.
Dalam konsultasi bersama tersebut, para bawahan membantu para
manajer mengembangkan tujuan yang realitas karena mereka
mengetahui dengan baik apa yang mampu mereka capai. Para manajer
membantu para bawahannya untuk meningkatkan pandangan mereka
terhadap tujuan yang lebih tinggi dengan menunjukkan keinginan
untuk membantu mereka dalam mengatasi rintangan serta
kepercayaan pada kemampuan para bawahan.
4. Partisipasi
Peran serta bawahan dalam menetapkan tujuan sangat
berbeda-beda. Para manajer kadang-kadang menetapkan tujuan
tanpa mengetahui sepenuhnya tentang kendala di mana bawahan
mereka harus bekerja. Para bawahan kemungkinan memilih tujuan
yang tidak sejalan dengan sasaran organisasi. Sebagai kebiasaan,
semakin besar peranserta para manajer dan bawahan dalam penetapan
sasaran, semakin baik kemungkinannya sasaran itu akan tercapai.
5. Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana
Begitu sasaran telah ditetapkan dan disetujui, individu itu
mempunyai kebijakan yang luas untuk memilih sarana-sarana guna
pencapaian tujuan tersebut. Dalam kendala yang normal dari
kebijakan organisasi, para manajer harus bebas

6
mengembangkan dan melaksanakan program-program untuk
mencapai sasaran tanpa penafsiran kembali oleh atasan langsung
mereka. Dari berbagai aspek yang mereka plih dengan bebas dalam
menentukan sarana dan kebijakan yang diberikan oleh organisasi,
maka para pegawai bawahan merasa diuntungkan dengan program
MBO atau otonomi dalam pelaksanaan rencana. Akan tetapi pegawai
juga tidak bisa semaunya sendiri dalam menentukan kebijakannya,
juga harus menyangkut pada peraturan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Dan aspek dari program
MBO tersebut, sangat dihargai oleh para manajer dan juga para
pegawai bawahan.
6. Pengkajian Kembali Untuk Kerja
Para manajer dan bawahan secara berkala mengadakan
pertemuan untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju
sasaran. Selama pengkajian kembali, mereka memutuskan
masalah-masalah yang ada, dan apa yang dapat mereka lakukan
masing- masing untuk memecahkannya. Bila perlu tujuan-tujuan itu
dapat dimodifikasi untuk periode peninjauan kembali yang akan
datang. Agar adil dan berguna, pengkajian kembali harus didasarkan
atas hasil unjuk kerja yang dapat diukur, bukan atas kriteria
yang subjektif, seperti sikap dan kemampuan. Misalnya,
daripada berusaha untuk menilai bagaimana giatnya seseorang di
lapangan, seorang manajer seharusnya menekankan hasil penjualan
nyata yang dicapai dan sebagai pengetahuan terinci mengenai
pelanggannya.

E. Sistem Management By Objectives


Program-program MBO sangat bervariasi, banyak dirancang untuk
digunakan dalam suatu kelompok kerja, tetapi banyak juga digunakan
untuk keseluruhan organisasi. Metode-metode dan pendekatan-
pendekatan yang digunakan para manajer dalam program MBO

7
akan berbeda. Berikut ini adalah unsur-unsur umum sistem MBO yang
efektif yang pada hakekatnya merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:
1. Komitmen pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan
komitmen para manajer disetiap tingkatan organisasi terhadap
pencapaian tujuan pribadi dan organisasi serta proses MBO.
2. Penetapan tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan
efektif dimulai dengan para manajer puncak yang menetapkan
tujuan-tujuan pendahuluan setelah berkonsultasi dengan para
anggota organisasi lainnya.
3. Tujuan-tujuan perseorangan. Setiap manajer dan bawahan
merumuskan tanggung jawab dan tujuan jabatan mereka secara
jelas. Maksudnya adalah untuk membantu para karyawan
memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.
4. Partisipasi. Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan
tujuan sangat bervariasi. Sebagai pedoman umum, semakin
besar partisipasi bawahan, semakin besar kemungkinan tujuan
akan tercapai.
5. Otonomi dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di
setujui, individu mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk
pencapaian tujuan. Manajer bebas mengimplementasikan dan
mengembangkan program-program pencapaian tujuan tanpa campur
tangan atasan langsung dengan batasan-batasan organisasi.
6. Peninjauan kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu
secara periodik untuk meninjau kembali kemajuan terhadap tujuan.

F. Kelebihan dan Kelemahan Management By Objective


1. Kelebihan MBO :
Menurut Nanang Fattah (2009: 34) ada empat kekuatan dari
Manajeman By Objective yaitu:
a. Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat
program.
b. Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.

8
c. Individu mengikat diri pada tugas-tugasnya (commited).
d. Pengawasan lebih efektif berkembang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan


dari Manajeman By Objective adalah:
1) MBO melakukan integrasi fungsi perencanaan dan pengawasan
ke dalam suatu sistem yang rasional dalam manajemen.
2) MBO mendorong organisasi untuk menentukan tujuan dari
tingkatan atas hingga tingkatan bawah dari manajemen.
3) MBO memfokuskan pada hasil akhir.
4) MBO mendorong adanya manajemen diri dan komitmen dari
setiap orang melalui partisipasi pada setiap tingkatan manajemen
dalam penentuan tujuan.
5) Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan.
6) Membuat para individu lebih memusatkan perhatiannya pada
tugas masing-masing dan tujuan organisasi.
7) Pengawasan lebih efektif berkembang
2. Kelemahan MBO :
Menurut Nanang Fattah (2009: 35) ada empat kelemahan Manajeman
By Objective yaitu:
a. Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep
dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari
penggunaan teknik Manajeman By Objective secara tepat.
b. Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan
kepada para anggota untuk berpartisipasi.
c. Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi
dapat diukur secara kuantitas.
d. Perubahan yang diinginkan Manajeman By Objective
dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan
maslah dalam proses MBO titik berat akan bergeser dari menilai
menjadi membantu bawahan.

9
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kelemahan Manajeman By Objective adalah:
1) Tidak mudah menanamkan tentang konsep-konsep dan pemberian
motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik
MBO secara tepat
2) Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan
kepada para anggota untuk berpartisipasi
3) Tidak mudah menilai prestasi kerja, karena tidak setiap prestasi
dapat diukur secara dikuantitas
4) Pembuatan keputusan membutuhkan waktu yang lama
5) Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa
memperdulikan rekan kerja
6) Kecenderungan karyawan bekerja memenuhi sasaran tanpa
memperdulikan rekan kerja

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran. MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-
prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan
tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah)
sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO
adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan
manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan
pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,
MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.
Tahap Pelaksanaan MBO terdiri dari: tahap Persiapan, tahap penyusunan,
tahap Pelaksanaan, tahap Pengendalian, monitor, evaluasi dan
Penyesuaian.
MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim, sebagai berikut:
1. Kesepakatan pada Program
2. Penetapan Sasaran Tingkat Atas
3. Sasaran Individual
4. Partisipasi Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana
5. Pengkajian Kembali Untuk Kerja.
Unsur-unsur umum sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya
merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:
1. Komitmen pada program
2. Penetapan tujuan manejemen puncak
3. Tujuan-tujuan perseorangan
4. Partisipasi Otonomi dalam implementasi rencana
5. Peninjauan kembali prestasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Putet. “Manajemen Berdasarkan Sasaran ( MBO)”. 04 Februari 2011.


http://megroxx.blogspot.com/2011/02/manajemen-berdasarkan-sasaran-mbo.html
Arifianto. “Manajemen Pendidikan”. 2011
Putet. 2011. Manajemen Berdasarkan Sasaran ( MBO). 04 Februari.
Dipublikasikan oleh : http://megroxx.blogspot.com/2011/02/manajemen-
berdasarkan-sasaran-mbo.html
http://blog.umy.ac.id/arifianto/kuliah-kita/manajemen-pendidikan/
https://adhisusilokons.wordpress.com/2010/10/20/management-by-objective-mbo/
https://jevirian.files.wordpress.com/2010/06/mbo-manajemen-perpustakaan

12

Anda mungkin juga menyukai