Anda di halaman 1dari 27

KIMIA

XI MIPA
SISTEM KOLOID

ANDY FEBRUANA PUTRA

2019

M O L D U L K I M I A S I S T E M K O L O I D - X I M I PA Page 1
KOMPETENSI DASAR

3.14. Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan


kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

4.14. Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid

Indikator :
 Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid. homogen/heterogen, dan penyaringan).
 Mengelompokkan jenis koloid.
 Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi,
koagulasi).
 Menjelaskan koloid liofob dan liofil.
 Mendeskripsikan peranan koloid dalam kehidupan
 Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan

Peta Konsep

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 2


SISTEM KOLOID

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 3


Pendahuluan
Larutan terbentuk dari zat terlarut dengan zat pelarut. Apakah campuran susu cokelat bubuk instan dengan
air atau campuran agar –agar dengan air panas betul –betul homogen? Bagaiman jika kedua campuran diamati
dengan mikroskop? Ternyata ,terlihat adanya partikel susu bubuk atau agar-agar yang tersebar dalam air . Kedua
campuran buka larutan atau suspensi melainkan koloid.

A. Sistem Dispersi

Jika kita mencampurkan suatu zat dengan zat cair, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat
tersebut ke dalam zat cair. Hal inilah yang disebut sebagai sistem dispersi. Dispersi terdiri dari dua fase yaitu
faase yang didispersikan ddan fase pendispersi.Pada umumnya, fase yang jumlahnya lebih sedikit disebut
sebagai fase terdispersi, sedangkan fase yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai medium
pendispersi. Jadi sistem dispersi adalah pencampuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi
yang bercampur secara merata.

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi 3 yaitu :


1. Larutan sejati atau dispersi molekuler.
Larutan sejati adalah campuran antara zat padat atau zat cair sebagai fase terdispersi dengan zat cair
sebagai medium pendispersi. Pada larutan sejati, fase terdispersi tersebar sempurna dengan medium
pendispersi sehingga dihasilkan campuran yang homogen, antara fase terdispersi dengan medium
pendispersinya tidak dapat dibedakan lagi. Molekul-molekul fase terdispersi tersebar secara merata ke
dalam komponen medium pendispersi, sehingga larutan disebut juga dispersi molekuler.

2. Koloid atau dispersi halus.


Koloid adalah suatu campuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi tetapi fase terdispersinya
bukan dalam bentuk molekuler melainkan gabungan dari beberapa molekul. Secara visual, bentuk fisik koloid
sama seperti bentuk larutan tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra, campuran ini bersifat heterogen.

3. Suspensi atau dispersi kasar.


Suspensi adalah campuran heterogen antara fase terdispersi dengan medium pendispersi dimana fase
terdispersinya tidak dapat bercampur secara merata ke dalam medium pendispersinya. Pada umumnya, fase
terdispersinya berupa padatan sedangkan medium pendispersinya berupa cairan. Dalam suspensi, antara
fase terdispersi dengan medium pendispersinya dapat dibedakan dengan jelas.

Perbandingan antara Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi.


No Aspek Larutan Koloid Suspensi
Ukuran partikel Ukuran partikelnya antara 1 –
1 Ukuran partikelnya < 1 nm Ukuran partikelnya > 100 nm
100 nm
2 Jumlah Fase Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 fase Terdiri dari 2 fase
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 4
Kestabilan Tidak stabil ( mudah
3 Stabil ( tidak mengendap ) Pada umumnya stabil
mengendap )
Pemisahan Dapat disaring dengan
4 Tidak dapat disaring Dapat disaring
penyaring ultra
Pengamatan Homogen ( tidak dapat Secara makroskopis bersifat
Mikroskop dibedakan walaupun homogen tetapi jika diamati
5 Heterogen
menggunakan mikroskop dengan mikroskop ultra, bersifat
ultra ) heterogen
6 Sistem dispersi Molekular Padatan halus Padatan kasar
Contoh larutan gula, udara bersih, air kopi, air sungai yang kotor,
7 air sabun, susu, mentega
etanol 70 % campuran air dan pasir.

B. Sistem Koloid
Koloid berasal dari bahasa Yunani, dari kata “ kolla “ dan “ oid “. Kolla berarti lem, sedangkan oid berarti
seperti/mirip. Istilah koloid diperkenalkan pertama kali oleh Thomas Graham pada tahun 1861 berdasarkan
pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya kristal
mudah mengalami difusi.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 5


Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, maka sistem koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis
yaitu seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
Dalam sistem koloid, fase terdispersi dan medium pendispersinya dapat berupa zat padat, cair atau gas.

Fase Medium
No Jenis Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi
Gelas berwarna,intan hitam,mutiara,paduan
1 Padat Sol Padat
logam,baja,permata,perunggu
Padat Tinta,cat,sol emas,sol belerang,lem cair,pati dalam air,protoplasma,air
2 Cair Sol
lumpur
3 Gas Aerosol Padat Asap,debu di udara,buangan knalpot
Emulsi Padat Jeli,mutiara,keju,mentega,selai,nasi,agar-agar,lateks,lem padat,semir
4 Padat
( Gel ) padat
Cair
5 Cair Emulsi Susu,santan,minyak ikan,es krim,mayones
6 Gas Aerosol Cair Kabut,awan,obat semprot,hair spray
7 Padat Buih / busa Padat Karet busa,batu apung,stirofoam,lava,biskuit,kerupuk
Gas
8 Cair Buih / busa Busa sabun,krim kopi,pasta,ombak,krim kocok

C. Sifat-Sifat Koloid

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 6


Beberapa sifat koloid diantaranya adalah :
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid. Pertama kali
dikemukakan oleh John Tyndall ( 1820-1893 ), seorang fisikawan Inggris; setelah mengamati seberkas cahaya
putih yang dilewatkan pada sistem koloid.
Apabila seberkas cahaya misalnya dari lampu senter, dilewatkan pada 3 gelas yang masing-masing berisi suatu
dispersi, koloid dan larutan; maka jika dilihat secara tegak lurus dari arah datangnya cahaya, akan jelas terlihat
bahwa cahaya yang melewati dispersi dan koloid mengalami peristiwa penghamburan dan pemantulan.
Sedangkan berkas cahaya yang melewati larutan tidak akan mengalami peristiwa penghamburan dan
pemantulan tersebut ( berkas cahaya diteruskan ).

Gambar : John Tyndall Gambar : Efek Tyndal Pada Koloid

Contoh peristiwa efek Tyndall :


o Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan tampak jelas.
o Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pada pagi hari yang berkabut, akan tampak jelas.
o Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna jingga atau merah di langit pada saat matahari
terbenam.

2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak atau gerak zig-zag yang dilakukan oleh partikel-partikel koloid. Pertama kali
disampaikan oleh Robert Brown ( 1827 ), seorang ahli biologi dari Inggris. Dia mengamati pergerakan tepung
sari yang terus-menerus di dalam air melalui mikroskop ultra.
Gerakan ini dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel pendispersi terhadap
partikel-partikel zat terdispersi, sehingga partikel-partikel zat terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan
mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan akibatnya partikel yang
tertumbuk akan terlontar juga.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 7


Peristiwa tersebut akan terus berulang dan hal itu dapat terjadi karena ukuran partikel terdispersi yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan ukuran partikel pendispersinya.

Gambar : Robert Brown Gambar : Gerak Brown

Gerak Brown dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu.


 Semakin kecil ukuran partikel-partikel koloid, gerak Brown akan semakin cepat, dan sebaliknya.
 Semakin tinggi suhu koloid, gerak Brown akan semakin cepat; dan sebaliknya.
Gerak Brown merupakan salah 1 faktor yang menyebabkan koloid menjadi stabil. Oleh karena bergerak terus-
menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi
( pengendapan ).

3. Muatan Koloid
Partikel-partikel koloid bermuatan listrik, ada yang positif dan ada yang negatif.
Adanya muatan listrik pada partikel-partikel koloid tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa peristiwa yaitu :
a. Elektroforesis.
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Jika ke dalam sistem koloid dimasukkan 2 batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus
searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah 1 elektrode; bergantung pada jenis muatannya.
Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode ( elektrode positif ) sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan bergerak ke katode ( elektrode negatif ).

Gambar: Peristiwa elektroforesis pada koloid

Jadi, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.


Contoh penggunaan metode ini adalah :
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 8
 untuk identifikasi DNA
 penyaring debu pada cerobong asap pabrik ( = disebut pesawat Cottrel ).
b. Adsorpsi.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan spesi ( muatan listrik atau ion dan molekul netral ) oleh permukaan
partikel koloid. Peristiwa ini terjadi karena adanya gaya tarik molekul, atom atau ion pada permukaan
adsorben ( koloid ). Kemampuan menarik / menyerap ini disebabkan juga karena adanya tegangan
permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga jika ada partikel / spesi yang menempel akan cenderung
dipertahankan pada permukaannya.
Spesi yang diserap disebut fase terserap, sedangkan spesi yang menyerap disebut adsorben.
Jika partikel koloid ( awalnya netral ) mengadsorpsi ion yang bermuatan positif ( kation ), maka koloid tersebut
akan menjadi bermuatan positif juga, dan sebaliknya. Adanya peristiwa ini menyebabkan partikel koloid
menjadi bermuatan listrik.
Jika permukaan koloid bermuatan positif, maka spesi yang diserap harus bermuatan negatif, dan sebaliknya.
Contoh :
Sol Fe(OH)3 ( netral ) dalam air akan mengadsorpsi ion positif ( kation ), sehingga menjadi bermuatan positif.
Sol As2S3 ( netral ) akan mengadsorpsi ion negatif ( anion ), sehingga menjadi bermuatan negatif.

Gambar : Adsorpsi Koloid

Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid selain gerak Brown. Oleh karena bermuatan
sejenis, maka partikel-partikel koloid akan saling tolak-menolak sehingga terhindar dari pengelompokan /
penggumpalan antar sesama partikel koloid tersebut ( sehingga tidak terjadi peristiwa pengendapan ).
Contoh penggunaan sifat adsorpsi dari koloid :
a. Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air, kemudian dialirkan melalui tanah diatomae dan arang
tulang. Zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga dihasilkan gula yang lebih putih.
b. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan oleh bakteri patogen dengan serbuk karbon aktif atau norit.
c. Pewarnaan tekstil.
Pencelupan serat wol, kapas atau sutera ( sebelum diwarnai ) menggunakan larutan Al2(SO4)3 atau larutan
basa.
d. Penjernihan air.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 9


Dilakukan dengan menggunakan tawas atau Al2(SO4)3. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis
membentuk Al(OH)3 yang berupa koloid. Koloid ini akan mengadsorpsi zat-zat warna atau zat pencemar
dalam air.
e. Adsorpsi gas oleh zat padat ( misalnya pada masker gas yang berisi arang halus ).

c. Koagulasi.
Disebut juga dengan istilah penggumpalan. Adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid sehingga
fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya.

Koagulasi terjadi karena hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel koloid agar tetap
tersebar di dalam medium pendispersinya.
Hilangnya kestabilan koloid ini disebabkan karena adanya penetralan muatan / pelucutan muatan partikel
koloid yang mengakibatkan terjadinya penggabungan partikel-partikel koloid menjadi suatu kelompok /
agregat yang lebih besar.
Penggabungan ini terjadi karena adanya gaya kohesi antar partikel koloid. Jika ukuran agregat partikel koloid
sudah mencapai ukuran partikel suspensi, maka terjadilah koagulasi.
Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem
koloid.
Jika arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika
mencapai elektrode.
Koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode ( elektrode positif ), sedangkan koloid yang
bermuatan positif akan digumpalkan di katode ( elektrode negatif ).
Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Koloid bermuatan negatif akan menarik kation, sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik
anion. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke-2. Jika selubung lapisan ke-2 tersebut terlalu
dekat, maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi.
 Semakin besar muatan ion, semakin kuat gaya tarik-menariknya dengan partikel koloid, sehingga semakin
cepat terjadi koagulasi.

Pada proses koagulasi terjadi hal-hal sebagai berikut :


a. Kestabilan koloid disebabkan karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid dan adanya
fase terdispersi yang afinitasnya lebih tinggi daripada medium pendispersi.
b. Koagulasi dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 10


 Cara mekanik : pemanasan, pendinginan dan pengadukan.
 Cara kimiawi : penetralan silang atau menghilangkan muatan dan penambahan elektrolit.

Gambar: Koagulasi Fe( OH)2

Contoh proses-proses yang memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid :


a. Pengolahan karet dari bahan mentahnya ( lateks ) dengan koagulan berupa asam format.
b. Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas.
Tawas aluminium sulfat (mengandung ion Al3+) dapat digunakan untuk menggumpalkan lumpur koloid atau
sol tanah liat dalam air (yang bermuatan negatif).
c. Proses terbentuknya delta di muara sungai.
Terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit
dalam air laut.
d. Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik ( pesawat Cottrel ).
Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrel ( 1877 - 1948 ).
e. Proses yang dilakukan oleh ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan partikel albuminoid yang terdapat dalam
darah, mengakibatkan terjadinya koagulasi sehingga dapat menutupi luka.

d. Koloid Pelindung.
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak mengalami koagulasi. Koloid
pelindung akan membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan
koloid tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari medium pendispersinya.
Contohnya :
 Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau
gula.
 Zat-zat pengemulsi ( sabun dan deterjen ).
 Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin.
 Partikel-partikel karbon dalam tinta dilindungi dengan larutan gom.
 Warna-warna dalam cat distabilkan dengan oksida logam dengan menambahkan minyak silikon.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 11


 Pada industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-partikel minyak atau lemak dalam
medium cair.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 12


e. Dialisis.
Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan dengan menambahkan sedikit elektrolit dengan konsentrasi yang
tepat ke dalam koloid tersebut.
Jika konsentrasi elektrolit tidak tepat, justru akan terbentuk ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid. Untuk
mencegah adanya ion-ion pengganggu, dilakukan dengan cara dialisis menggunakan alat yang disebut
dialisator.
Pada proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam wadah terbuat dari selaput semi permeabel (kantong
koloid ) dan dicelupkan ke dalam air yang mengalir terus-menerus.
Selaput semi permeabel adalah selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil ( ion-ion atau molekul
sederhana ), tetapi mampu menahan partikel koloid. Dengan demikian, ion-ion akan keluar dari kantong
koloid dan hanyut terbawa air.

Gambar : Peristiwa Elektrolisis


Contohnya :
o Untuk memurnikan protein dari partikel-partikel lain yang ukurannya lebih kecil.
o Untuk memisahkan tepung tapioka dari ion-ion sianida.
o Untuk proses cuci darah bagi penderita gagal ginjal ( blood dialisis ).
o Proses pemisahan hasil metabolisme dari darah oleh ginjal manusia.
Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semi permeabel, yang dapat dilalui oleh air dan molekul-molekul
sederhana (seperti urea), tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid.

4. Koloid Liofil dan Liofob


Koloid yang medium pendispersinya cair, dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.
a. Koloid liofil adalah suatu koloid yang fase terdispersinya dapat menarik medium pendispersi yang
berupa cairan akibat adanya gaya Van der Waals atau ikatan hidrogen. Liofil artinya “cinta cairan”
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara
lain selai dan gelatin. Jika medium pendispersinya berupa air, maka disebut koloid hidrofil. Koloid
hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang
baik dengan air. Butir-butir koloid liofil / hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga
membentuk suatu selubung ( = disebut solvatasi / hidratasi ). Akibatnya butir-butir koloid terhindar dari

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 13


agregasi / pengelompokan. Sol hidrofil tidak menggumpal pada saat penambahan sedikit elektrolit. Zat
terdispersinya dapat dipisahkan melalui proses pengendapan atau penguapan.

b. Koloid liofob adalah suatu koloid yang fase terdispersinya tidak dapat mengikat atau menarik medium
pendispersinya. Liofob berarti takut cairan. (phobia=takut). Jika medium pendispersinya berupa air,
maka disebut koloid hidrofob. Koloid ini biasanya berasal dari senyawa anorganik. Koloid hidrofob
bersifat irreversibel, artinya tidak dapat kembali ke keadaan semula. Misalnya : sol emas. Jika medium
pendispersinya diambil, sol emas membentuk emas padat. Setelah emas padat terbentuk, tidak dapat
berubah menjadi sol emas kembali, meskipun ditambah dengan medium pendispersinya.
Contohnya : sol AgCl dan sol CaCO 3, susu, mayonaise, sol belerang, sol sulfida, sol logam, sol
Fe(OH)3.
Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar ( misalnya air ) tanpa adanya zat pengemulsi
atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus partikel-partikel koloid hidrofob, sehingga
terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air ) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu
kasein; sedangkan mayonaise (emulsi minyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur.

Perbedaan sifat koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

No Koloid Hidrofil Koloid Hidrofob


1 Stabil Kurang stabil
2 Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik
3 Kekentalannya tinggi Kekentalannya rendah
Sukar diendapkan dengan penambahan zat
4 Mudah diendapkan oleh zat elektrolit
elektrolit
5 Kurang menunjukkan gerak Brown Gerak Brown sangat jelas
6 Kurang menunjukkan efek Tyndall Efek Tyndall sangat jelas
7 Dapat dibuat gel Hanya beberapa yang dapat dibuat gel
8 Umumnya dibuat dengan cara dispersi Hanya dapat dibuat dengan cara kondensasi
9 Partikel terdispersi mengadsorpsi molekul Patikel terdispersi mengadsorpsi ion
10 Reversibel Ireversibel
11 Mengadsorpsi mediumnya Tidak mengadsorspi mediumnya
Contoh : sabun, agar-agar, kanji, detergen,
12 Contoh : sol belerang, sol logam, sol AgCl
gelatin

D. Pembuatan Koloid
Dapat dilakukan dengan 2 cara utama, yaitu :
1. Cara Kondensasi.
Dengan cara ini, partikel larutan sejati ( molekul atau ion ) bergabung membentuk partikel koloid. Pembuatan
koloid dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : cara kimia dan fisika.

Cara Kimia.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 14


Adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati melalui reaksi kimia; meliputi :
a. Reaksi Hidrolisis.
Adalah reaksi yang terjadi antara garam dengan air.
Contoh : reaksi pembentukan sol Fe(OH)3
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

b. Reaksi Substitusi.
o Pembuatan sol AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

o Pembuatan sol belerang.


Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq) S(s) + 2 NaCl(aq) + H2SO3(aq)

o Pembuatan sol As 2S 3
Melalui reaksi dekomposisi rangkap = reaksi pertukaran ion, yaitu reaksi yang digunakan untuk
membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut .
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)

c. Reaksi Redoks.
Adalah reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi.
 Pembuatan sol belerang.
2 H2S(g) + SO2(aq) 3 S(s) + 2 H2O(l)

 Pembuatan sol emas.


2 AuCl3(aq) + 3 HCHO(aq) + 3 H2O(l) 2 Au(s) + 6 HCl(aq) + 3 HCOOH(aq)

Cara Fisika.
Adalah cara pembuatan partikel koloid dengan cara mengkondensasikan partikel melalui :
a. Penggantian Pelarut.
 Pembuatan sol belerang.
Sol belerang dalam air dapat dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga larutan
menjadi jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh yang terbentuk diteteskan ke dalam air sedikit demi sedikit.

 Pembuatan gel kalsium asetat.


Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol, tetapi mudah larut dalam air. Oleh karena itu, gel kalsium
asetat dibuat dengan cara melarutkan kalsium asetat dalam air sehingga membentuk larutan jenuh.
Selanjutnya, larutan jenuh tersebut ditambahkan ke dalam alkohol hingga terbentuk gel.
 Pembuatan sol damar.
Damar larut dalam alkohol, tetapi sukar larut dalam air. Mula-mula damar dilarutkan dalam alkohol
hingga diperoleh larutan jenuh. Selanjutnya, larutan jenuh tersebut ditambah air hingga diperoleh sol
damar.
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 15
b. Pengembunan Uap.
Sol raksa ( Hg ) dibuat dengan cara menguapkan raksa. Setelah itu, uap raksa dialirkan melalui air dingin
hingga akhirnya diperoleh sol raksa.

2. Cara Dispersi.
Dengan cara ini, partikel koloid diperoleh dengan cara memperkecil ukuran partikel dari suspensi kasar menjadi
partikel berukuran koloid.
Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu :
a. Cara Mekanik.
Pembuatan koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus / menghaluskan partikel-partikel kasar
menjadi partikel-partikel halus. Selanjutnya, didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke
dalam sistem koloid yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa koloid pelindung. Zat penstabil ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya koagulasi.
Contoh :
Sol belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan zat inert
( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus tersebut dengan air.

b. Cara Peptisasi.
Cara peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan
suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat pemeptisasi akan memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir
koloid.
Istilah peptisasi dihubungkan dengan istilah peptonisasi yaitu proses pemecahan protein ( polipeptida )
dengan menggunakan enzim pepsin sebagai katalisatornya.
Contoh :
o Agar-agar dipeptisasi oleh air
o Nitroselulosa oleh aseton
o Karet oleh bensin
o Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
o Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.

c. Cara Busur Bredig.


Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam ( koloid logam ). Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam medium pendispersi. Kemudian dialiri arus listrik yang
cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik
mengakibatkan atom-atom logam akan terlempar ke dalam medium pendispersi ( air ), lalu atom-atom
tersebut akan mengalami kondensasi sehingga membentuk suatu koloid logam.
Jadi, cara busur Bredig merupakan gabungan antara cara dispersi dan kondensasi.
Contoh : Pembuatan sol platina dalam sol emas.
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 16
d. Cara Homogenisasi.
Adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi homogen dan berukuran partikel koloid.
Cara ini banyak dipakai untuk membuat koloid jenis emulsi, misalnya susu.
Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil hingga berukuran partikel koloid. Caranya
dengan melewatkan zat tersebut melalui lubang berpori bertekanan tinggi. Jika partikel lemak dengan ukuran
partikel koloid sudah terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersinya.

e. Cara Dispersi dalam Gas.


Pada prinsipnya, cara ini dilakukan dengan menyemprotkan cairan melalui atomizer.
Menggunakan sprayer pada pembuatan koloid tipe aerosol, misalnya obat asma semprot, hair spray dan
parfum.

Cara Memurnikan Koloid.


Ada 3 cara untuk memurnikan koloid, yaitu :
a. Dialisis.
Dialisis adalah teknik memurnikan koloid dengan cara melewatkan suatu pelarut pada sistem koloid melalui
membran semi permeabel.Ion-ion atau molekul terlarut akan terbawa oleh pelarut, sedangkan partikel koloid
tidak.
b. Ultrafiltrasi.
Diameter partikel koloid lebih kecil daripada partikel suspensi sehingga koloid tidak dapat disaring
menggunakan kertas saring biasa. Koloid dapat disaring dengan menggunakan kertas saring yang berpori
halus. Untuk memperkecil pori, kertas saring dicelupkan ke dalam kolodian, misalnya selofan.
c. Elektroforesis.
Selain untuk menentukan muatan koloid dan memisahkan asap dan debu dari udara, elektroforesis juga dapat
digunakan untuk memurnikan koloid dari partikel-partikel zat pelarut.
Cara kerjanya :
Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke arah elektrode positif, sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan bergerak ke arah elektrode negatif sehingga campuran koloid positif dan negatif dapat dipisahkan.

Koloid dalam Kehidupan Sehari hari


1. Detergen :

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 17


Sabun dan detergen termasuk jenis koloid Asosiasi. Sabun dan detergen tersusun atas bagian kepala
( polar) yang bersifat liofil ( hidrofil ) dan bagian ekor ( nonpolar ) yang bersifat liofob ( hidrofob ).
Bagian ekor lebih suka berikatan dengan minyak atau lemak, sedangkan bagian kepala lebih suka berikatan
dengan air. Ketika sabun / detergen dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun / detergen akan
mengadakan asosiasi dan orientasi karena gugus nonpolarnya ( ekor ) saling terdesak sehingga terbentuk
partikel koloid. Bagian kepala ( hidrofil) akan menghadap ke air sedangkan bagian ekornya ( hidrofob ) akan
berkumpul mengarah ke dalam.

Ketika pakaian kotor direndam dalam larutan sabun / detergen, gugus nonpolar dari sabun / detergen akan
menarik partikel kotoran ( lemak / minyak ) dari bahan cucian, kemudian mendispersikannya ke dalam air.
Setelah dikucek dan dibilas, noda lemak akan diikat oleh sabun atau detergen yang akhirnya akan larut dalam
air.
Sebagai bahan pencuci, sabun dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi tetapi juga sebagai
penurun tegangan permukaan air. Air yang mengandung sabun / detergen mempunyai tegangan permukaan
yang lebih rendah, sehingga lebih mudah meresap pada bahan cucian.

2. Pengolahan Air Bersih


Secara garis besar, pengolahan air secara sederhana dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :
a. Koagulasi.
Koloid yang digunakan untuk menggumpalkan kotoran, yaitu : Al(OH)3 yang bisa diperoleh dari tawas
KAl(SO4)2, aluminium sulfat dan Poly Aluminium Chloride ( PAC = polimer dari AlCl3-AlCl3-AlCl3-..... )
b. Penyaringan.
Bertujuan untuk memisahkan gumpalan kotoran yang dihasilkan dari proses koagulasi. Bahan yang dipakai :
pasir, kerikil, ijuk.
c. Penambahan Desinfektan.
Bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang terlarut dalam air. Bahan yang dipakai : kaporit [ Ca (OCl) 2 ]
atau klorin.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 18


Gambar : Skema Pengolahan Air minum
3. Pemurnian gula
Gula tebu yang masih berwarna dilarutkan dengan air panas, kemudian dialirkan melewati sistem koloid, yaitu
tanah
diatom atau karbon. Zat warna pada gula tebu akan teradsorpsi sehingga akan diperoleh gula yang bersih dan
putih
.
4. Pembentukan delta
Tanah liat dan pasir yang terbawa oleh aliran sungai merupakan sistem koloid yang bermuatan negatif. Sedangkan
air laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+. Ketika air sungai dan air laut bertemu di muara, maka partikel-
partikel air laut yang bermuatan positif akan menetralkan sistem koloid pada air sungai sehingga terjadi koagulasi
yang ditandai dengan terbentuknya delta.

5. Penggumpalan darah
Darah mengandung koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terdapat suatu luka kecil, untuk membantu
penggumpalan darah digunakan styptic pencil atau tawas yang mengandung ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion ini akan
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein sehingga membantu penggumpalan darah.

MATERI PENGAYAAN : SURFAKTAN

Surfaktan
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka
minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan
adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat
ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai
gugus hidroksil semetara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang. Surfaktan pada umumnya

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 19


disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan, karena sifatnya yang sukar
terdegradasi, selain itu minyak bumi merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat diperbarui.[1]
Penggunaan
Surfaktan banyak ditemui di bahan deterjen, kosmetik, farmasi dan tekstil. Produk pangan seperti es krim juga
menggunakan surfaktan sebagai bahannya. Karena sifatnya yang menurunkan tegangan permukaan, surfaktan dapat
digunakan sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsion agent) dan sebagai bahan pelarut
(solubilizing agent).
Jenis-jenis Surfaktan
1. Surfaktan anionik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu anion. Contohnya garam alkana sulfonat,
garam olefin sulfonat
2. Surfaktan kationik, surfaktan yang bagian alkilnya terikat suatu kation. Contohnya garam alkil trimethil
amonium, garam dialkil-dimethil amonium, garam alkil dimethil benzil amonium.
3. Surfaktan nonionik, surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin, ester sorbitan,
ester sukrosa, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan
alkil amina oksida.
4. Surfaktan amfoter, surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif. Contohnya asam
amino, betain, fosfobetain.

Surfaktan

Surfaktan (surface active agents) , zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada
rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan. Molekul surfaktan mempunyai dua ujung yang
terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar (hidrofobik) . Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan
senyawa silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa,
detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan
anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan,
dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan hidrogen pada permukaan. Hal ini
dilakukan dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang
menjauhi permukaan air. Sabun dapat membentuk misel (micelles), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat
non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 20
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi di
dalam air.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 21


Sifat Larutan Yang Mengandung Surfaktan
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah konsentrasi yang tertentu.
Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul
surfaktan menjadi satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel (CMC) .
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari molekul-molekul surfaktan membentuk misel.
Misel biasanya terdiri dari 50 sampai 100 molekul asam lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan elektrolit sodium
dedosil sulfat dapat dilihat pada gambar 2.4, dibawah ini:

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog surfaktan rantai hidrokarbon, nilai cmc
bertambah 2x dengan berkurangnya satu atom C dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan
memperbesar nilai cmc dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam menurunkan nilai cmc surfaktan ion.
Penurunan cmc hanya bergantung pada konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun cmc-
nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik seperti telihat pada gambar dibawah
ini:

Struktur misel, (a) sterik (b) lamelar

Cara Penentuan CMC (Critical Micel Concentration)


Karena pada cmc terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara penentuan cmc dapat menggunakan cara-
cara penentuan besaran fisik yang menunjukkan perubahan dari keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 22


larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan diatasnya cmc larutan bersifat tak ideal. Besaran fisik yang dapat digunakan
ialah tekanan osmosa, titik beku larutan, hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias,
hamburan cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka.

Perbedaan antara surfaktan anionik dan kationik


Surfaktan adaalah zat yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik.
1. Berdasarkan namanya, surfaktan yang berdisosiasi dalam air dan melepaskan kation dan anion (atau
zwitterions) diistilahkan sebagai surfaktan ionik (kationik, anionik, zwitterionik). Di sisi yang lain, surfaktan
yang tidak berdisosiasi disebut surfaktan nonionik.
2. Surfaktan anionic memiliki gugus hidrofilik anionik. Contoh surfaktan anionic biasa disebut “sabun” (sabun
asam lemak), garam asam alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene sulfonat
(LAS) )lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau deterjen netral) dan lain-lain.
3. Karena sabun asam lemak adalah garam dari asam lemak dan logam basa (garam asam lemah dan basa
kuat), maka sabun ini terhidrolisis dalam air dan larutannya menjadi sedikit basa. Namun, larutan dari
surfaktan anionik lainnya adalah netral. Larutan deterjen sintetis diatur agar sedikit basa, tapi bukan
disebabkan oleh deterjen itu sendiri (deterjennya netral) melainkan karena efek dari zat tambahan (natrium
karbonat dan lain-lain). Ini merupakan perbedaan utama antara sabun dan deterjen sintetis.

Bahan Diskusi

Penggunaan bahan surfaktan dalam


sabun dan deterjen dapat menyebabkan
polusi pada perairan dan tanah.
Bagaimana pendapat kalian tentang
dampak penggunaan surfaktan tersebut?

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 23


Rangkuman

 Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang brukuran
koloid tersebar merata dalam zat lain.
 Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan) dan
heterogen (suspensi).
 Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium).
Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat
terdispensi.
 Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid,muatan koloid sol, koagulasi, dan koloid
pelindung.
 Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi
 Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode pemurnian yaitu: dialisis,
elektrodialisis, dan penyaring ultra.

Daftar Pustaka
Herdayanto, 2004. Praktikum Kimia kelas XI SMA. Mascot media nusantara.Bandung
Nana S. 2007. Kimia XI SMA . Grafindo. Bandung..
Kneth, Raymond Davis,1988.General Chemistry. Third edition, New York: Saunders College Publishing .
Rachmawati, , 2004, Kimia SMA Kelas XI , Jakarta:Esis Erlangga.
Adamsons, Arthur W. 1982. Physical Chemistry of Surface. A wiley-Interscience Publication, United State of
America.

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 24


Evaluasi Sistem Koloid

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar.


1. Koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat adalah . . . .
A. susu D. cat
B. mentega E. kanji
C. buih sabun

2. Berikut ini yang merupakan dispersi koloid dari gas terdispersi dalam zat padat
adalah . . . .
A. buih D. asap
B. kabut E. debu
C. batu apung

3. Campuran lemak dan air dalam susu tidak memisah, sebab . . . .


A. lemak dan air berwujud cair
B. lemak larut baik dalam air
C. lemak lebih kental dari air
D. lemak dan air distabilkan oleh kasein sebagai pengemulsi
E. lemak dan air tidak bereaksi

4. Kabut adalah sistem koloid . . . .


A. gas dalam padatan D. cairan dalam cairan
B. padatan dalam cairan E. cairan dalam gas
C. gas dalam cairan

5. Partikel koloid mempunyai ukuran diameter partikel . . . .


A. lebih besar dari 10–3 cm
B. antara 10–5 cm dan 10–3 cm
C. antara 10–7 cm dan 10–5 cm
D. antara 10–9 cm dan 10–7 cm
E. lebih kecil dari 10–9 cm

6. Larutan yang menimbulkan efek Tyndall adalah . . . .


A. alkohol D. sirup
B. air mineral E. susu
C. bensin

7. Gerak Brown disebabkan oleh . . . .


A. ringannya partikel koloid
B. halusnya partikel koloid
C. adanya gaya gravitasi
D. tumbukan antara partikel koloid
E. muatan partikel koloid
8. Menghamburnya berkas sinar di dalam koloid disebut . . . .
A. gerak Brown D. elektroforesis
B. efek Dopler E. dialisis
C. efek Tyndall

9. Bahan makanan yang tidak merupakan koloid adalah . . . .


A. protein D. susu
B. gula E. lemak
C. nasi

10. Peristiwa pergerakan butir-butir di medan listrik ke kutub elektrode disebut


....
A. dialisis D. gerak Brown
B. elektrolisis E. efek Tyndall
C. elektroforesis
MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 25
11. Cara pembuatan koloid dengan jalan mengubah partikel-partikel kasar menjadi
partikel-partikel koloid disebut cara . . . .
A. dispersi D. hidrolisis
B. koagulasi E. elektrolisis
C. kondensasi

12. Sistem koloid yang partikel-partikelnya dapat menarik molekul pelarutnya disebut
....
A. liofob D. kondensasi
B. liofil E. hidrofil
C. dialisis

13. Aerosol adalah sistem dispersi dari . . . .


A. cair dalam padat
B. padat dalam cair
C. cair dalam gas
D. gas dalam cair
E. padat dalam padat

14. Cara mengubah partikel larutan sejati menjadi partikel-partikel koloid disebut
....
A. dispersi D. koagulasi
B. kondensasi E. emulsi
C. ionisasi

15. Sistem dispersi cair dalam medium cair disebut . . . .


A. emulsi D. suspensi
B. aerosol E. emulgator
C. kabut

16. Peristiwa pengendapan suatu koloid disebut . . . .


A. kondensasi D. liofilik
B. koagulasi E. liofob
C. elektrofilik

17. Pembuatan koloid di bawah ini yang tidak termasuk cara kondensasi adalah
....
A. peptisasi
B. kesetimbangan
C. hidrolisis
D. mengubah pelarut
E. reaksi oksidasi

18. Koloid di bawah ini yang dibuat dengan cara dispersi ialah . . . .
A. sol AgCl D. sol As2S3
B. sol Fe(OH)3 E. sol NiS
C. sol belerang

19. Suatu emulsi akan stabil jika ke dalamnya ditambahkan larutan . . . .


A. asam
B. basa
C. indikator
D. emulgator
E. elektrolit

20. Pembuatan sol AgCl dapat dilakukan dengan cara reaksi . . . .


A. hidrolisis
B. substitusi
C. oksidasi

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 26


D. reduksi
E. kesetimbangan ion

B. Selesaikan soal-soal berikut dengan jelas dan singkat.


1. Detergen lebih mudah membersihkan kotoran pada pakaian daripada sabun.
Jelaskan mengapa demikian?

2. Jelaskan perbedaan antara sol dan gel! Berikut contoh dalam kehidupan sehari-
hari.

3. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi dan kondensasi. Jelaskan perbedaan
antara kedua cara tersebut!

4. Gambarkan dan jelaskan peristiwa elektroforesis pada koloid!


5. Berikan contoh koloid yang mencemari lingkungan dan jelaskan bagaimana koloid tersebut bersifat
sebagai pencemar lingkungan!

MODUL KIMIA SISTEM KOLOID-XI MIPA 27

Anda mungkin juga menyukai