Anda di halaman 1dari 4

Pengertian zakat.

Menurut bahasa, kata “zakat” adalah tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Dalam Al-
Qur’an dan hadits disebutkan, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (QS.al-
Baqarah[2]:276). Disebut zakat didalam syari’at karena adanya pengertian etimologis. Yaitu
karena zakat dapat membersihkan pelakunya dari dosa dan menunjukkan kebenaran imannya.
Adapun caranya adalah dengan memberikan bagian harta yang telah mencapai nishab tahunan
kepada fakir miskin dan lainnya yang berhak untuk menerimanya. Zakat ini merupakan
pelaksanaan rukun islam yang ketiga. Ibnu ‘Arabi mengatakan: “ zakat diartikan sebagai sedekah
wajib dan sedekah Sunnah atau nafkah, hak dan maaf.”

Syarat orang yang mengeluarkan zakat adalah berakal baligh dan merdeka. Di dalam ketentuan
syari’at , zakat merupakan amalan yang pasti, dimana tidak membutuhkan adu argumentasi lagi.
Perbedaan pendapat hanya terjadi pada beberapa dari furu’nya saja. Sedangkan hokum pokok
wajibnya sudah jelas dan orang yang mengingkarinya disebut kafir.

Hukum zakat

Zakat merupakan salah satu dari kewajiban dari rukun islam. Syari’at hanya mewajibkan zakat
pada harta-harta tertentu saja dan telah menerangkannya secara rinci kepada umat manusia.
Sebagaimana firman Allah di dalam (Qs. At-taubah:103) yang artinya: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka.”

Wajib Zakat.

Allah SWT berfirman: “ dirikanlah sholat tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah:110) Ibnu Abbas
berkata: “ Abu sufyan pernah memberitahukan sesuatu kepadaku dengan menyebutkan hadits
Nabi SAW yang artinya: beliau memerintahkan kami mengerjakan sholat,membayar zakat,
bersilaturahmi, dan menjaga kesucian diri” (HR.Al-Bukhari).

Zakat merupakan bukti kebeneran iman yang di akui pelakunya. Sebab, tindakan
mengeluarkan harta secara tulus karena allah swt tidak mungkin terjadi, kecuali jika ada
kesungguhan imannya, demikian menurut Al-Sindi

Kepada siapa zakat itu diwajibkan? Zakat diwajibkan bagi setiap orang Muslim merdeka ( bukan
budak) dan memiliki harta yang jumlahnya telah mencapai nishab. Apapun bentuk kekayaan itu
harus dikeluarkan zakatnya.
Ketentuan zakat.

Para penerima zakat . orang-orang yang berhak menerima zakat ada 8 (delapan) kelompok:

a. Orang-orang fakir: orang fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta untuk
memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya,
yang meliputi makanan,minuman, pakaian dan tempat tinggalnya,, meskipun ia
mempunyai harta yang telah mencapai nishab.
b. Orang miskin: orang miskin kadang-kadang kefakirannya lebih ringan dari pada
orang-orang fakir, tetapi juga kadang lebih berat.
c. Para pengurus zakat: Amil (pengurus) zakat adalah pemungut zakat atau orang yang
mengumpulkannya, mengelolanya dan mengontrol ukurannya serta mencatatnya
dikantor khusus, sehingga mereka harus mendapatkan upah pekerjaannya dari zakat
tersebut meskipun ia seorang yang kaya.
d. Orang-orang yang lemah hatinya (al-Mu’allaf Qalbuhum): yaitu orang-orang yang
lemah hatinya adalah seorang muslim yang masih lemah keislamannya tetapi ia
memiliki pengaruh bagi kaumnya, sehingga ia berhak mendapatkan zakat untuk
menguatkan hatinya dan mengukuhkannya untuk memeluk islam dengan harapan ia
dapat bermanfaat bagi masyarakat disekitarnya atau dapat mencegah kejahatannya.
e. Budak yang ingin merdeka karena Allah: kelompok ini merupakan kaum Muslimin
dari kalangan budak yang lemah sehingga uang tebusan untuk memerdekakannya
diambil dari zakat.
f. Orang-orang yang berhutang: maksudnya adalah orang yang meminjam sejumlah
uang yang akan dipergunakan untuk hal-hal baik, bukan untuk kemaksiatan kepada
Allah dan RosulNya, tetapi ia tidak mampu melunasinya karena sesuatu (udzur
syar’i), sehingga ia layak mendapatkan zakat untuk melunasi hutangnya.
g. Di jalan Allah: yang dimaksud dengan dijalan Allah adalah perbuatan yang dilakukan
untuk mencapai ridho Allah dan pahala surgaNya, terutama jihad untuk menegakkan
kalimat (agama) Allah.
h. Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil): orang yang dalam perjalan adalah seorang
musafir yang telah jauh meninggalkan negerinya, sehingga ia layak mendapatkan
zakat untuk menutupi kebutuhannya selama perjalanannya, walaupun ia adalah orang
yang kaya dinegerinya.

Jenis harta yang wajib dan tidak wajib dizakati

Harta yang wajib dizakati

a. Dua logam mulia (emas dan perak). Dua logam mulia yang dimaksud disini adalah
emas dan perak. Termasuk yang wajib dizakati adalah barang-barang dagangan yang
bias dinilai dengan ukuran keduanya, barang-barang tambang dan harta terpendam
(bias disebut harta karun) yang sejenis dengan keduanya, serta uang yang senilai
dengan keduanya. Sebagaimana allah jelaskan didalam QS.At-Taubah:34.
b. Binatang ternak. Binatang ternak yang wajib dizakati adalah unta, sapi dan kambing,
berdasarkan firman Allah swt didalam QS.Al-Baqarah:267 yg artinya “Hai orang-
orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari usaha kalian yang
baik-baik.”
c. Buah-buahan dan biji-bijian. biji-bijian adalah setiap barang simpanan yang dimakan,
dari jenis gandum,kacang tanah,kacang putih (arab),jagung,padi dan sejenisnya.
Adapun yang dimaksud dengan buah-buahan adalah kurma, zaitun dan kismis
(anggur kering).

Harta yang tidak wajib dizakati.

Jenis-jenis harta yang tidak wajib dizakati adalah sebagai berikut:

a. Budak, kuda, baghal (Peranakan kuda dengan keledai) dan keledai, bedasarkan sabda
rosulullah saw. “seorang hamba tidak wajib membayar zakat atas kuda dan
budaknya”
b. Harta yang tidak mencapai nishab, kecuali jika pemiliknya ingin mengeluarkan
sebagian hartanya untuk bersedekah.
c. Buah-buahan dan sayur-sayuran, karena tidak ada satu hadits pun dari rasulullah saw
yang menetapkan kewajiban membayar zakat dalam hal ini.
d. Perhiasan wanita . jika tidak dimaksudkan untuk hal lain selain sebagai perhiasan.
Tetapi, jika perhiasan tersebut juga disimpan dan hanya dijadikan sebagai perhiasan
pada waktu-waktu tertentu saja ketika diperlukan, maka wajib dikeluarkan zakatnya,
karena mendekati makna sebagai harta yang disimpan.
e. Batu permata seperti zamrud, intan, berlian dan seluruh batu permata yang lain,
kecuali jika barang-barang tersebut diperjual belikan, maka harus dikeluarkan
zakatnya sesuai dengan nilainya seperti barang-barang dagangan yang lain.
f. Barang-barang yang dipergunakan dan tidak diperjualbelikan seperti kuda dan
sejenisnya, atau rumah-rumah, pabrik-pabrik atau kendaraan-kendaraan tidak wajib
dikeluarkan zakatnya, karena tidak ada perintah dari pembuat syari’at untuk
mengeluarkan zakat atas barang-barang tersebut.

Ketentuan zakat fitrah.

Zakat fitrah adalah suatu kebiasaan yang wajib (Sunnah wajibah) atau setiap individu kaum
muslimin. Hal ini didasarkan pada ucapan Abdullah bin Umar.
“Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan sebanyak 1(satu) sha’
[2,176 kg] kurma atau 1(satu) sha’ gandum atas budak maupun orang merdeka, laki-laki maupun
perempuan, anak kecil maupun orang dewasa dari kaum Muslimin.

a. Ukuran zakat fitrah dan jenis-jenis makanan yang dapat dikeluarkan sebagai zakat fitrah.
Ukuran zakat fitrah adalah 1 (satu) sha’. Sedangkan 1(satu) sha’ sama dengan 4 (empat)
genggaman dua telapak tangan dan dikeluarkan dari makanan pokok yang dimakan oleh
mayoritas penduduk setempat, baik berupa gandum (qamh atau syar’i), kurma, beras,
kismis (zabib) maupun keju (aqith)
b. Zakat fitrah tidak dikeluarkan dari selain makanan. Zakat fitrah yang wajib dikeluarkan
adalah dari jenis-jenis makanan dan tidak boleh diganti dengan uang kecuali dalam
kondisi darurat.
c. Waktu wajib zakat fitrah dan waktu mengeluarkannya. Zakat fitrah wajib pada saat
datangnya malam Idul Fitri. Sedangkan waktu-waktu untuk mengeluarkannya: waktu
yang diperbolehkannya mengeluarkan zakat fitrah, yaitu satu hari atau dua hari sebelum
Idul Fitri, karena Abdullah bin Umar pernah melakukan hal itu.
d. Penerima zakat fitrah. Penerima zakat fitrah adalah kelompok-kelompok yang berhak
menerima zakat-zakat lain pada umumnya. Tetapi orang-orang fakir dan miskin lebih
utama untuk mendapatkan zakat fitrah dari pada kelompok-kelompok yang lain,

Hikmah Zakat.

Hikmah zakat adalah :

a. Menyucikan jiwa manusia dari penyakit-penyakit kikir dan pelit, tamak dan rakus.
b. Membantu orang-orang miskin dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang mengalami
kekurangan, kesialan dan yang terampas haknya.
c. Menegakkan kemaslahatan-kemaslahatan umum, yang menjadi pondasi kehidupan umat
dan kebahagiaannya.

Anda mungkin juga menyukai