1
2
BAB II
3
LAPORAN KASUS
Nama : Tn A
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Aceh Besar
Suku : Aceh
Pekerjaan : Petani
No RM : 1-17-12-77
Tanggal Pemeriksaan : 13 Mei 2018
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri kepala hebat
Keluhan Tambahan:
Demam dan bicara tidak nyambung
tidak teraba, peristaltik usus dalam batas normal, nyeri tekan tidak ada, defans
muscular tidak ditemukan, balotemen (-). Pada punggung tidak dijumpai adanya
deformitas. Ekstremitas hangat , tidak dijumpai adanya sianosis, tidak dijumpai
edema pada kedua lengan dan tungkai.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan GCS E4M6V5. Pupil bulat
isokor 3mm/3mm, dengan reflek cahaya langsung dan tidak langsung (+)
menurun. Kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-),
pada pemeriksaan nervus cranial dijumpai adanya parese NVII dextra sentral.
Kekuatan motorik 5555/4444 di ekstremitas atas. Kekuatan otot motorik
5555/4444 di ekstremitas bawah. Reflek fisiologis dalam batas normal, reflek
patologis hofman trommer negatif, babinski group tidak dijumpai. Pada fungsi
otonom dijumpai inkontinensia uri.
Pada pemeriksaan keseimbangan terdapat ataksia (gait), test tunjuk jari (-),
tes tumit lutut terganggu, romberg test (+)
• Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda-tanda vital
o Nadi : 108 x/menit, regular, kuat, dan isi cukup.
o Pernapasan : 22 x/menit
o TD : 110/80 mmHg
o Suhu : 38,9 0C
b. Kepala
6
Bentuk : Normocephali
Wajah : Simetris (-), edema (-) dan deformitas (-)
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor
3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), dan reflex
cahaya tidak langsung (+/+),edema kelopak mata (-/-)
sekret (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-)
Telinga : serumen (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Mulut : bibir pucat tidak ada, sianosis tidak dijumpai, lidah tremor
dan hiperemis tidak dijumpai.
c. Leher
- Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
- Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
- Trakhea : Lurus, tidak ada deviasi
- JVP : TVJ (N) R-2 cm H2O.
d. Thoraks
Inspeksi
Statis : Simetris, bentuk normochest
Dinamis :Simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi
suprasternal dan retraksi interkostal tidak dijumpai
e. Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada
Kanan Kiri
Palpasi Simetris, nyeri tekan Simetris, nyeri tekan
tidak ada tidak ada
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Ronki (-) wheezing (-) Ronki (-) wheezing (-)
f. Jantung
7
g. Abdomen
Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran,
keadaan di dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput
medusa, pelebaran vena, kulit kuning, gerakan peristaltik
usus, dinding perut tegang, darm steifung, darm kontur,
dan pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai.
Auskultasi : Peristaltik usus meningkat, bising pembuluh darah tidak
dijumpai
Palpasi : Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai. Simfisis
teraba keras dan tegang.
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
- Ginjal : Ballotement tidak di jumpai
Perkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di
ICS VI, suara timpani di semua lapangan abdomen
h. Tulang Belakang : Simetris, nyeri tekan (-)
i. Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB tidak dijumpai
j. Ekstremitas : Hemiparese sinistra
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
A. G C S : E4M6V5
Pupil : Bulat isokor (3 mm/3 mm)
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya Tidak Langsung : (+/+)
Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Laseque : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kernig : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Babinski : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Brudzinski I : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Brudzinski II : Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Nervus Craniales
Nervus III (otonom) :
Kanan Kiri
1. Ukuran pupil 3 mm 3 mm
- -
5. Nistagmus
- -
6. Strabismus
- -
7. Eksoftalmus
Nervus III, IV, VI (gerakan Kanan Kiri
okuler)
Pergerakan bola mata : + +
1. Lateral + +
2. Atas + +
3. Bawah + +
4. Medial + +
5. Diplopia
- -
Kelompok Motorik
9
(fungsi pengecapan)
4. Nervus VIII Tidak dilakukan
(fungsi pendengaran)
Refleks
1. Patella : (+/+) kesan normal
2. Achilles : (+/+) kesan normal
3. Babinski : (-/-)
4. Chaddok : (-/-)
5. Gordon : (-/-)
6. Oppenheim : (-/-)
Klonus
1. Quadriceps femoris : (-/-)
11
2. Achilles : (-/-)
Sensibilitas
1. Rasa suhu : dalam batas normal
2. Rasa nyeri : dalam batas normal
3. Rasa raba : dalam batas normal
E. Gerakan Involunter
1. Tremor : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
2. Chorea : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
3. Atetosis : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
4. Myocloni : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
5. Spasme : Ekstremitas Atas (-/-), Ekstremitas bawah (-/-)
F. Fungsi Otonom
1. Miksi : dalam batas normal
2. defekasi : dalam batas normal
Hematokrit 38 %
12
Ureum 15 mg/dl
Kesimpulan: Pneumonia
2.6 Diagnosis
Diagnosis Klinis : Severe headache, Hemiparesis dextra, paresis N
VII dextra Sentral
Diagnosis Topis : Hemisfer cerebri dextra sinistra regio frontalis
Diagnosis Etiologis : Infeksi
Diagnosis Patologis : Abses
2.7 Terapi
A. Medikamentosa
IV citicolin 500 mg/12 jam
IV dexametason 5 amp/24 jam
IV ceftriaxon 2 gr/12 jam
IV metronidazole 500 mg/8 jam
IV omeprazole 40 mg/24 jam
B. Non Medikamentosa
- Edukasi
16
2.9 Prognosis
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
17
Follow up
Hari Keluhan NRS Status Terapi
Vital sign neurologis
eks atas IV
:5555/5555 deksametason
Ekt.bwh:5555/55 5mg
55 Drip
R.fisiologis: paracetamol
+2/+2 1gr/8 jam
R.patologis: -/-
Sensoris : dbn
Otonom : dbn
4 Nyeri kepala 3 Pupil Bulat isokor Diet MB
berkurang, 6mm/6mm, RCL 1200kkal+30gr
TD:120/80 +/+ RTCL +/+ protein
N:70 menurun visus IVFD NaCL
RR:20 1/⁓ 0,9% 20
T:36,5 Nn.Cranial parese gtt/mnit
N. II, III IV ceftriaxone
Motorik: 1gr/12j
eks atas IV
:5555/5555 deksametason
Ekt.bwh:5555/55 5mg
55 Drip
R.fisiologis: paracetamol
+2/+2 1gr/8 jam
R.patologis: -/-
Sensoris : dbn
Otonom : dbn
10 Nyeri kepala (-) 3 Pupil Bulat isokor Diet MB
pandangan 3mm/3mm, RCL 1200kkal+55gr
ganda (+), +/+ RTCL +/+ protein
ataksia (-) menurun visus Cefixime
TD:120/80 1/⁓ 2 x100mg
N:72 Nn.Cranial parese Citicolin
RR:20 N. II, III 2x500mg
T:36,6 Motorik:
eks atas
:5555/5555
Ekt.bwh:5555/55
55
R.fisiologis:
+2/+2
R.patologis: -/-
Sensoris : dbn
Otonom : dbn
Pasien PBJ
Edukasi kontrol poli bedah untuk penjadwalan operasi
craniotomy
19
BAB IV
PEMBAHASAN
besar. Kuman yang sering menyebabkan abses serebri yang menginfeksi paru-
paru adalah bakteri streptokokus dan pneumokokus.
Adanya kelemahan anggota gerak kiri. Kelemahan anggota gerak kiri atau
hemiplegia adanya kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh sisi kontalateral. Lesi di frontalis
dextra dan sinistra berdasarkan teori adanya abses di lobus frontalis menimbulkan
gejala neurologi hemiparesis yang menunjukkan prognosis yang kurang baik
karena biasanya terjadi herniasi dan perforasi ke dalam kavum ventrikel.
Dari hasil pemeriksaan CT Scan kepala dengan kontras didapatakan
gambaran multiple lesi hypodense di lobus frontalis kanan kiri dan central
semiovale kanan dengan perifokal edema pada pemberian kontras tampak ring
enhancement, tampak lesi hypodense di pons, tampak lesi hypodense di basal
ganglia kiri. Kesimpulan terdapat abses otak multipel pada pasien ini.
Pada gambaran CT Scan, tampak gambaran abses otak telah membentuk
cincin dan terlihat kapsul serta terjadi edema di luar dari kapsul tersebut.
Berdasarkan gambaran ini maka dapat dikatakan abses otak tersebut berada pada
fase “late capsule formation”. Late capsule formation dapat terbentuk pada hari
ke-14 atau lebih.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dengan CT Scan yang merupakan golden standar, dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita Abses Otak Multiple yang berada pada fase “late capsule
formation”.
Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak adalah
multipel. Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang difus pada
jaringan otak dengan infiltrasi lekosit diserai udem, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik-bintik perdarahan. Setelah beberapa
hari sampai bebrapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi
sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag
mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi
lama-kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding
yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa
sentimeter. Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan
22
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
8. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. 2th ed. New York: Thieme; 2004.
9. Gilroy J. Basic Neurology, 3th ed. New York: McGraw-Hill: 2000.
10. Nadalo LA. Brain Abcess. 2007. Available From:
http://www.emedicine.com/radio/topic.91.htm.
11. Sze G. Lee SH. Infectious Disesase. In: Lee SH, Rao KCVG, Zimmerman
RA, editors. Cranial MRI and CT. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2002. P.
453-516.
12. Lambardo MC. Penyakit Degeneratif dan Gangguan Lain pada Sistem
Saraf. Dalam: Price SA, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, Edisi Keempat. Jakrta: EGC; 1995. Hal. 1006-1007
13. Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
14. Ingham HR, Selkom JB, Roxby CM. Bacteriological study of ontogenic
cerebral abscess: chemotherapeutic role of metronidazole. J Br Med J 1977;
2:991-3.