1. Perdarahan epidural
2. Perdarahan subdural
3. Perdarahan subarahnoid
4. Perdarahan intraserebral
Perdarahan Epidural (EDH)
• Adanya penumpukan darah pada duramater dan
tabula interna
• Prevalensi sekitar 0,2%-4% dari seluruh cedera
kepala, 5-22% dari seluruh pasien dengan fraktur
kranium
• Paling sering dijumpai dilobus temporoparietal, 20%
di frontal dan 30% di occipital, EDH di fossa
posterior berkisar 3%
• 50% kasus EDH berhubungan dengan fraktur tulang
temporal pars squamosa, dimana berjalan arteri
dan vena meningea media.
Perdarahan Subdural (SDH)
• Penumpukan darah diantara duramater dan
Subarachnoid
• SDH terbanyak dijumpai pada kasus cedera kepala,
tetapi dapat juga dijumpai pada kasus non traumatik
• Prevalensi 5% dari seluruh cedera kepala
• Perdarahan subdural akut disebabkan karena rupturnya
bridgning vein
• Dapat juga diakibatkan sekunder oleh kontusio yang
merusak arteri dan vena kortikal di atas leptomening
• Perdarahan subdural fossa posterior sangat jarang,
biasanya disebabkan karena ruptur vena gallen atau
robekan sinus
Perdarahan subdural kronik
• 25-50% tidak ada riwayat trauma sebelumnya
• Kebiasaan minum alkohol merupakan penyebab
tersering.
Perdarahan subarahnoid
• Perdarahan terletak diantara ruang subarachnoid
dan piamater.
• SAH umum dijumpai pada cedera kepala
• Tingkat mortalitas cukup tinggi
• Umumnya dijumpai di daerah basal otak.
• Perdarahan ini bisa disertai dengan hidrosefalus
Perdarahan intraserebral
• Hematom yang terjadi pada jaringan otak
• Umumnya terjadi di lobus frontal dan temporal
• Prevalensi sekitar 15% dari total seluruh trauma
kepala
• Jika lokasinya superfisial gambarannya mirip
kontusio yg meluas
• Pada beberapa keadaan hematom didaerah ganglia
basal harus dibedakan dengan stroke hemoragik
Diffuse axonal injury
• Berkontribusi tehadap 35% Mortalitas dan
morbiditas pada pasien cedera kepala tanpa adanya
lesi otak struktural
• Kombinasi akselerasi dan deselerasi→jejas pada
jaras aksonal,menyebabkan kerusakan pd akson dan
perdarahan ptekie
• Lokasi tersering: corpus callosum, dorsolateral dari
batang otak, pedinkulus cerebellar dan kapsula interna
• Dapat menyebabkan disabilitas berat dan
vegetative state
Derajat cedera aksonal diffus :
1. Derajat 1 (mild)
Perubahan mikroskopik dari white matter kortek
serebral, corpus callosum, batang otak dan
serebellum
2. Derajat 2 (moderate)
Lesi hanya terisolasi secara jelas di corpus
callosum
3. Derajat 3 (severe)
Adanya lesi fokal dikuadran dorsolateral rostral
brain stem
Gambaran CT Scan
Tatalaksana
Primary survey
farmakologis
operatif
Farmakologis
1. Manajemen TTIK
Manitol
Steroid
2. Analgetik
3. Antipiretik
4. Antibiotik
5. Anti kejang
6. Profilaksis ulkus gaster
7. neuroprotektor
Operasi
• Volume perdarahan lebih besar dari 30 cc tanpa
memperhitungkan GCS perlu dilakukan tindakan
operatif
• SDH dengan tebal perdarahan lebih dari 10 mm/
midline shift lebih dari 5 mm harus dilakukan
tindakan operatif
• Pasien dengan GCS 6-8 dengan lesi frontal atau
temporal lebih dari 20 cc dengan midline shift lebih
dari 5 mm atau kompresi cisternal, atau lesi
dimanapun dengan volume lebih dari 50 cc perlu
dilakukan tindakan operatif
TERIMA KASIH