Anda di halaman 1dari 38

CEDERA KEPALA

Dr.dr. Suherman, SpS(K)


Defenisi
TBI didefinisikan sebagai cedera struktural yang diinduksi
secara traumatis dan / atau gangguan fisiologis fungsi otak
sebagai akibat dari kekuatan eksternal yang ditunjukkan
oleh setidaknya satu dari tanda-tanda klinis berikut,
segera setelah kejadian :
• Penurunan tingkat kesadaran
• Kehilangan memori sebelum atau setelah trauma
• Peubahan status mental (confusion, disorientation,
slowed thinking)
• Defisit neurologis (hemiparesis, gangguan sensorik,
gangguan keseimbangan, afasia, gangguan visus
• Lesi intrakranial
Anatomi
Berdasarkan derajat kesadaran cedera kepala dibagi
menjadi :
Berdasarkan lokasi lesi, cedera kepala dapat dibagi
menjadi :
Mekanisme Trauma Kepala
Cedera
• Kerusakan otak yang timbul
Kepala saat cedera
primer

Cedera • Kerusakan otak yang terjadi


karena keruskan primer
kepala • Edema, hematom, infeksi,
sekunder hipoksia atau iskemik
lesi pada SCALP
• Cedera pada scalp (laserasi,abrasi) penanda penting
lokasi tempat terjadinya benturan
• Memar pada periorbita (patah tulang orbita),
sedangkan memar pada mastoid/ battle sign
berhubungan dengan fraktur pada os temporal pars
petrosus
• Laserasi pada scalp → jalur masuk infeksi dan
perdarahan.
Fraktur tulang kranii
• Berhubungan dengan beratnya cedera kepala
• Insiden fraktur kranii sebesar 80% pada cedera
kepala yang fatal
• 3% dijumpai pada cedera kepala ringan
• Tidak ada hubungan langsung antara ada tidaknya
fraktur kranii dengan cedera parenkim otak, keculai
pada fraktur depres.
Jenis-Jenis Fraktur Kranii
• Fraktur Linear
• Fraktur depress
• Fraktur impresi
• Growing fracture
Kontusio dan laserasi serebri
• Memar pada permukaan otak
• Kontusio biasanya secara khas mengenai bagian
luar atau bagian superfisial dari girus dan biasanya
hanya melibatkan grey matter
• Namun dapat meluas kedalam sampai ke white
matter→hematoma
• Lokasi tersering : frontal pole, lobus frontal inferior,
gyrus rectus, girus orbital lateral dan medial,
temporal poles, lobus temporal lateral dan inferior,
kortek serebri diatas dan bawah dari fisura sylvian
Coup, Countercoup
• Jejas pada kontusio dapat berupa coup, counter coup
Perdarahan Intrakranial

1. Perdarahan epidural
2. Perdarahan subdural
3. Perdarahan subarahnoid
4. Perdarahan intraserebral
Perdarahan Epidural (EDH)
• Adanya penumpukan darah pada duramater dan
tabula interna
• Prevalensi sekitar 0,2%-4% dari seluruh cedera
kepala, 5-22% dari seluruh pasien dengan fraktur
kranium
• Paling sering dijumpai dilobus temporoparietal, 20%
di frontal dan 30% di occipital, EDH di fossa
posterior berkisar 3%
• 50% kasus EDH berhubungan dengan fraktur tulang
temporal pars squamosa, dimana berjalan arteri
dan vena meningea media.
Perdarahan Subdural (SDH)
• Penumpukan darah diantara duramater dan
Subarachnoid
• SDH terbanyak dijumpai pada kasus cedera kepala,
tetapi dapat juga dijumpai pada kasus non traumatik
• Prevalensi 5% dari seluruh cedera kepala
• Perdarahan subdural akut disebabkan karena rupturnya
bridgning vein
• Dapat juga diakibatkan sekunder oleh kontusio yang
merusak arteri dan vena kortikal di atas leptomening
• Perdarahan subdural fossa posterior sangat jarang,
biasanya disebabkan karena ruptur vena gallen atau
robekan sinus
Perdarahan subdural kronik
• 25-50% tidak ada riwayat trauma sebelumnya
• Kebiasaan minum alkohol merupakan penyebab
tersering.
Perdarahan subarahnoid
• Perdarahan terletak diantara ruang subarachnoid
dan piamater.
• SAH umum dijumpai pada cedera kepala
• Tingkat mortalitas cukup tinggi
• Umumnya dijumpai di daerah basal otak.
• Perdarahan ini bisa disertai dengan hidrosefalus
Perdarahan intraserebral
• Hematom yang terjadi pada jaringan otak
• Umumnya terjadi di lobus frontal dan temporal
• Prevalensi sekitar 15% dari total seluruh trauma
kepala
• Jika lokasinya superfisial gambarannya mirip
kontusio yg meluas
• Pada beberapa keadaan hematom didaerah ganglia
basal harus dibedakan dengan stroke hemoragik
Diffuse axonal injury
• Berkontribusi tehadap 35% Mortalitas dan
morbiditas pada pasien cedera kepala tanpa adanya
lesi otak struktural
• Kombinasi akselerasi dan deselerasi→jejas pada
jaras aksonal,menyebabkan kerusakan pd akson dan
perdarahan ptekie
• Lokasi tersering: corpus callosum, dorsolateral dari
batang otak, pedinkulus cerebellar dan kapsula interna
• Dapat menyebabkan disabilitas berat dan
vegetative state
Derajat cedera aksonal diffus :
1. Derajat 1 (mild)
Perubahan mikroskopik dari white matter kortek
serebral, corpus callosum, batang otak dan
serebellum
2. Derajat 2 (moderate)
Lesi hanya terisolasi secara jelas di corpus
callosum
3. Derajat 3 (severe)
Adanya lesi fokal dikuadran dorsolateral rostral
brain stem
Gambaran CT Scan
Tatalaksana

Primary survey

farmakologis

operatif
Farmakologis
1. Manajemen TTIK
 Manitol
 Steroid
2. Analgetik
3. Antipiretik
4. Antibiotik
5. Anti kejang
6. Profilaksis ulkus gaster
7. neuroprotektor
Operasi
• Volume perdarahan lebih besar dari 30 cc tanpa
memperhitungkan GCS perlu dilakukan tindakan
operatif
• SDH dengan tebal perdarahan lebih dari 10 mm/
midline shift lebih dari 5 mm harus dilakukan
tindakan operatif
• Pasien dengan GCS 6-8 dengan lesi frontal atau
temporal lebih dari 20 cc dengan midline shift lebih
dari 5 mm atau kompresi cisternal, atau lesi
dimanapun dengan volume lebih dari 50 cc perlu
dilakukan tindakan operatif
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai