Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam
mata kuliah Kimia Analisis mengenai “Asidi-Alkalimetri“.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kimia
Analisis. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Selanjutnya kami dengan tulus mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ibu C.E. Dhurhania, S.Farm., M.Sc. selaku Dosen Pengampu Mata


Kuliah Kimia Analisis

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua orang.

Sukoharjo, 24 Oktober 2019

Mahasiswa

Page | 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I. DASAR TEORI ........................................................................................ 3

A. PRINSIP UMUM .......................................................................................... 3

B. REAKSI UMUM METODE ASIDI-ALKALIMETRI ................................. 4

BAB II. LARUTAN BAKU ................................................................................... 6

A. SIFAT FISIKA-KIMIA LARUTAN BAKU ................................................. 6

B. PEMBUATAN LARUTAN BAKU ............................................................... 7

C. PENYIMPANAN LARUTAN BAKU .......................................................... 8

BAB III. STANDARISASI ................................................................................. 10

A. LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER ...................................... 10

B. CARA STANDARISASI ............................................................................ 10

C. CONTOH PERHITUNGAN ....................................................................... 11

BAB IV. INDIKATOR ....................................................................................... 13

A. JENIS-JENIS INDIKATOR ......................................................................... 13

B. DEFINISI DARI TIAP JENIS INDIKATOR .............................................. 14

C. MACAM-MACAM INDIKATOR .........................................................................14

BAB V. PENETAPAN KADAR ........................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

Page | 2
BAB I. DASAR TEORI

A. PRINSIP UMUM
1. Metode Volumetri

Dalam analisis titrimetri atau analisis volumetri atau analisis


kuantitatif dengan mengukur volume, sejumlah zat yang diselidiki
direaksikan dengan larutan baku (standard) yang kadar
(konsentrasinya) yang telah diketahui secara teliti dan reaksinya
berlangsung secara kuantitatif. Berdasarkan reaksi yang terjadi selama
titrasi, volumetri dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis:

1. Reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri = netralisasi)

Penetapan kadar ini berdasarkan pada perpindahan proton dari


zat yang bersifat asam atau basa, baik dalam lingkungan air
ataupun dalam lingkungan bebas (TBA = titrasi bebas air ).

2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Dasar yang digunakan adalah perpindahan elektron. Penetapan


kadar senyawa berdasarkan reaksi ini digunakan secara luas
seperti permanganometri, serimetri, iodi-iodometri, iodatometri,
serta bromatometri.

3. Reaksi pengendapan (presipitasi)

Penetapan kadar berdasarkan pada terjadinya endapan yang


sukar larut misalnya pada penetapan kadar secara argentometri

Page | 3
4. Reaksi pembentukan kompleks

Dasar yang digunakan adalah terjadinya reaksi antara zat-zat


pengkompleks organik dengan ion logam menghasilkan
senyawa kompleks yang mantap. Penetapan kadar yang
menggunakan prinsip ini adalah kompleksometri.

2. Metode Asidi-Alkalimetri

Asidi-alkalimetri termasuk termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi


antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap


senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku
asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa
senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.

B. REAKSI UMUM METODE ASIDI-ALKALIMETRI

Reaksi umum dalam aside-alkalimetri digolongkan menjadi 3, yaitu :

1) Titrasi langsung asam basa dalam air

a) Titrasi asam kuat/basa kuat

Titrasi yang diperoleh dari titrasi asam kuat (HCL) dan basa
kuat (NaOH). Pada awal titrasi perubahan nilai pH berlangsung
lambat sampai menjelang tidak ekivalen. Pada titik ekivalen,
nilai pH meningkat secara drastic. Untuk mengamati titik akhir
titrasi dapat menggunakan indicator atau menggunakan metode
elektrokimia.

Page | 4
b) Titrasi asam lemah dengan basa kuat dan titrasi basa lemah
dengan asam kuat

Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat


ditambahkan pada asam lemah atau basa lemah maka nilai pH
akan meningkat secara drastic disekitar 1 unit pH, dibawah atau
diatas nulai pKa. Sering kali pelarut organic yang dapat campur
dengan air, seperti etanol ditambahkan untuk melaritkan analit
sebelum dilakukan titrasi.

Alur pH ketika NAOH 1 M ditambahkan pada 25ml larutan


asam lemah aspirin 1 M. dalam kasus aspirin, indicator yang
terletak pada titik infleksi pada kurva titrasi.

2) Titrasi tidak langsung pada pelarut air

Titrasi tidak langsung ini dapat dilakukan untuk titrasi asam kuat/basa
kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat ataupun titrasi basa lemah
dengan asam kuat. Contoh paling umum dilakukan adalah titrasi asam
lemah dengan basa kuat.

Page | 5
BAB II. LARUTAN BAKU

A. SIFAT FISIKA- KIMIA LARUTAN BAKU


1. Asam Klorida
Sifat fisika-kimia dari HCL yaitu :
a) Memiliki massa molar 36,46
b) Memiliki titik didih 110oC
c) Memiliki titik lebur -27,32oC
d) Bobot per ml lebih kurang 1,18 gram
e) Cairan tidak berwarna, bearsap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap, bau hilang
2. Asam Sulfat
Sifat fisika-kimia dari H2SO4
a) Memiliki massa molar 98,07
b) Memiliki nilai densitas 1,84 g/cm
c) Memiliki titik lebur 10oC
d) Memiliki titik didih 337oC
e) Cairan kemtal seperti minyak, tidak berbau, jika ditambahkan
kedalam air menimbulkan panas
f) Bersifat korosif
3. Natrium Hidroksida
Sifat fisika-kimia dari NaOH yaitu :
a) Memiliki massa molar 40,00
b) Memiliki titik lebur 318oC
c) Memiliki nilai densitas 2,1g/cm
d) Memiliki bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur; putih,
mudah meleleh basah

Page | 6
e) Bersifat sangat alkalis dan korosif
f) Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p
4. Kalium Hidroksida
Sifat fisika-kimia dari KOH yaitu :
a) Memiliki massa molar
b) Memiliki titik lebur 360oC
c) Memiliki titik didih 1327oC
d) Padatan putih
e) Bersifat higroskopis
f) Tidak berbau larut dalam alcohol, gliserol, dan tidak larut dalam
eter dan cairan amonia
B. PEMBUATAN LARUTAN BAKU
1. Pembuatan larutan baku asam klorida
Asam Klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah HCL dengan
konsentrasi 1N ; 0,5N ; dan 0,1N.
 Cara membuat HCL (0,1N) 1 L maka memakai persamaan :
V1. N1 = V2. N2
0,1N × 1000 ml = 12,06 × a.ml
a = 8,3 ml
Sehingga cara membuat HCL 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCL 37%
adalah sebagai berikut :
 Pipet 8,3 ml dari HCL 37 % di encerkan dengan aquades sampai
1000 ml.
2. Pembuatan larutan baku asam sulfat
Larutan baku asam sulfat 0,1 N dibuat dengan cara mengencerkan
4,904 gram asam sulfat dengan air secukupnya hingga diperoleh
1000ml larutan. Dengan mempertimbangkan berapa persen asam
sulfat yang tersedia dan berat jenisnya maka dapat diketahui berapa ml
asam sulfat yang setara dengan 4,904 gram asam sulfat.

Page | 7
3. Pembuatan larutan baku natrium hidroksida
Pembuatan NaOH 0,1N dilakukan denggan cara melarutkan
4,001gram natrium hidroksida dalam air secukupnya hingga diperoleh
larutan baku natrium hidroksida sebaanyak 1000 ml.
4. Pembuatan larutan baku kalium hidroksida
Cara pembuatan larutan KOH 0,1 N adalah :
 Larutkan 5,612 gram kalium hidroksida dalam air hingga
1000ml.
Selain larutan baku KOH dalam larutan air , dalam Farmakope
Indonesia juga disebutkan larutan baku KOH-etanol. Cara pembuatan
larutan baku KOH-etanol 0,1N adalah :
 Larutkan 5,612 gram kalium hidroksida dalam 20 ml air dan
tambahkan etanol bebas aldehida sampai 1000 ml.

C. PENYIMPANAN LARUTAN BAKU

Larutan baku asam yang sering digunakan dalam aside-alkalimetri


umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat
digunakan pada hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih disukai
daripada asam sulfat terutama untuk senyawa senyawa yang memberikan
endapan dengan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam sulfat lebih
disukai untuk titrasi yang menggunakan pemanasan karena kemungkinan
terjadinya penguapan pada pemanasan. Asam klorida yang dapat
menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan karena
mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.

Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan natrium hidroksisa,


kalium hidroksida, dan barium hidroksisa. Larutan larutan ini mudah
menyerap karbon dioksida dari udara, oleh karena itu konsentrasinya dapat
berubah dengan cepat. Dengan demikian maka larutan baku alkali dibuat

Page | 8
bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbondioksida dari
udara maka penyimpanannya dilengkapi dengan "soda lime tube" semua
larutan baku alkali harus sering dibakukan ulang.

Page | 9
BAB III. STANDARISASI

A. LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER


1. Larutan Baku Primer adalah suatu bahan yang konsentrasi larutannya
dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang
dilarutkan.
Contoh pada titrasi asidi-alkalimetri yaitu Na2CO3 dan Kalium Biftalat
2. Larutan Baku Sekunder adalah zat yang digunakan sebagai larutan
baku yang tidak cukup murni dan perlu dilakukan pembakuan atau
standarisasi terlebih dahulu.
Contoh pada titrasi asidi-alkalimetri = HCl, NaOH

B. CARA STANDARISASI
1. Cara Standarisasi dan Tahapan Reaksi kimia yang terjadi
Larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan larutan HCL 0.1N
menggunakan indikator jingga metil hingga warna kuning berubah
menjadi merah. Tiap ml HCL 0.1N Setara dengan 52.99mg Na2CO3.
Asam klorida merupakan baku sekunder sehingga sebelum digunakan
harus dibakukan lebih dahulu dengan baku primer. HCL dapat
dibakukan dengan natrium karbonat (Na2CO3) atau natrium tetra
boraks (Na2b4O7) serta dapat juga secara gravimetri sebagai AgCl.
Pada pembakuan HCL dengan natrium karbonat menggunakan
indikator metil orange
Na2CO3 + 2 HCL = NaCl + H2O + CO2

2. Cara pembakuan natrium hidroksida 0,1N adalah sebagai berikut :


lebih kurang 400mg kalium biftalat CO2H.C6H4CO2K

Page | 10
(bm = 204.221) ditimbang secara seksama yang sebelumnya telah
dikeringkan, gerus jika perlu, masukkan ke dalam erlemenyer
tambahkan 75ml air bebas CO2, tutup erlemeyer kocok-kocok sampai
larut. Titrasi dengan larutan NaOH menggunakan indikator
fenolftaelin hingga warna berubah menjadi merah

C. CONTOH PERHITUNGAN DALAM STANDARISASI

1. Pembakuan HCL dilakukan dengan menggunakan baku yaitu natrium


karbonat. Sebanyak 354,2mg natrium karbonat dilarutkan dalam air
dan dititrasi dengan larutan HCL (yang akan dibakukan )
menggunakan indikator metil orange, dan sampai titik akhir titrasi
dibutuhkan volume HCL sebesar 30,23 ml. Hitunglah berapa
normalitas HCL ?

Jawab:

Pada pembakuan HCL dengan natrium karbonat menggunakan metil


orange, reaksi yang terjadi adalah :

Na2CO3 + 2 HCL = 2NaCl + H2O + CO3

Dari reaksi ini dapat diketahui tiap mol natrium karbonat bereksi
dengan 2mol HCL dan setara dengan 2gramion H+ sehingga
valensinya 2. Sebagaimana kita ketahui pada saat titik ekivalen:

Mgrek HCL = mgrek Na2CO3

Page | 11
MlHCL x NHCL = mmol Na2CO3 x valensi

mg Na2CO3
MlHCL x NHCL = 𝐵𝑀 Na2CO3 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

Sehingga :

mg Na2CO3 x valensi
N. HCL =
𝐵𝑀 Na2CO3 𝑥 𝑚𝑙 𝐻𝐶𝐿

354,2 x 2
N. HCL = = 0,2211 𝑁
106 𝑥 30,23

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛× 𝐵𝐸
Kadar (% b/b) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

30,23 × 0,22 × 53
Kadar Natrium karbonat = × 100 % = 99,51 % b/b
354,2

2. Sebanyak 250 mg serbuk yang mengandung asam salisilat


(BM=138,12) ditimbang seksama, dilarutkan dalam 15 ml etanol 95 %
yang telah dinetralkan terhadap merah fenol LP (6,8-8,4). Campuran
selanjutnya ditambah 20 ml air dan dititrasi dengan Natrium
Hidroksida 0,1 N menggunakan indikator merah fenol. Sampai
terjadinya titik akhir titrasi dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56
ml. Berapakah kadar asam salisilatdalam serbuk diatas?

Reaksi: C7H6O3 + NaOH = C7H5O3Na + H2O

Rumus =

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛× 𝐵𝐸
Kadar (% b/b) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)

12,56 × 0,1 × 138,12


Kadar Asam Salisilat = 250
× 100 % = 69,39% b/b

Page | 12
BAB IV. INDIKATOR

A. JENIS INDIKATOR

Indikator Trayek Warna


pH Asam Basa
Kuning metil 2,4-4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0-4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1-4,4 Jingga Metil
Hijau bromkresol 3,8-5,4 Kuning Biru
Merah metil 4,2-6,3 Merah Kuning
Ungu bromkresol 5,2-6,8 Kuning Ungu
Biru bromtimol 6,1-7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8-8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2-8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0-9,6 Kuning Biru
Fenolftalein 8,2-10,0 Tak berwarna Merah
Timolftalein 9,3-10,5 Tak berwarna Biru

B. DEFINISI DARI SETIAP JENIS INDIKATOR


Indikator pH merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Indikator pH dapat dibedakan menjadi:
1. Indikator satu warna adalah yaitu indikator yang mempunyai satu
macam warna seperti fenolptalin yang hanya akan berwarna merah
bila dalam lingkungan basa.

Page | 13
2. Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna,
yaitu warna asam dan warna basa. Indikator kuning alizarin
mempunyai warna kuning dalam lingkungan asam (warna asam) dan
berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa)
3. Indikator tunggal
4. Indikator campuran

C. MACAM-MACAM INDIKATOR DAN MEKANISME KERJANYA

Indikator asam-basa dapat berubah warna bila lingkungan pH berubah


karena indikator asam basa merupakan asam organik lemah atau basa
organik lemah sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk molekul
indikator mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikatornya.
Letak trayek berbeda pH bergantung pada besar kecilnya tetapan
kesetimbangan asam (Ka) atau tetapan kesetimbangan basa (Kb). Trayek pH
terjadi akibat terjadinya kesetimbangan dan keterbatasan mata membedakan
campuran warna. Selain indikator tunggal, dalam asidi-alkalimetri juga
digunakan indikator campuran dengan tujuan untuk memberikan perubahan
warna yang tajam pada titik akhir titrasi.

Beberapa contoh indikator campuran adalah

1. Campuran yang sama banyak antara merah netral (0,1% dalam etanol)
dan biru metilen (0,1% dalam etanol).
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna yang tajam
dari biru violet menjadi hijau ketika beralih dari larutan asam menjadi
larutan basa pada pH sekitar 7.Indikator ini dapat digunakan untuk
menitrasi asam asetat dengan larutan amonia atau sebaliknya.Baik
asam atau basa, kekuatannya hampir sama akibatnya titik ekivalen
akan berada pada pH kira-kira 7.

Page | 14
2. Campuran antara 3 bagian fenolftalein (0,1% larutan dalam etanol)
dengan 1 bagian alfa naftolaein (0,1% dalam etanol).
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna yang tajam
dari merah muda ke ungu pada pH 8,9. Indikator ini baik untuk titrasi
asam fosfat dar tribasik menjadi dibasik yang mana titik ekivalennya
terjadi pada pH 8,7.
3. Campuran dari 3 bagian biru timol (0,1% larutan dari garam
natriumnya) dengan 1 bagian kresol merah (0,1% larutan garam
natriumnya)
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna dari
kuning ke ungu pada pH 8,3. Indikator campuran ini baik untuk titrasi
karbonat menjadi bikarbonat.

Page | 15
BAB V. PENETAPAN KADAR

A. CARA KERJA
Jurnal metode ilmiah : INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA DARI
EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa sinensis L).

1. Preparasi Ekstrak Mahkota Bunga Sepatu

Ditimbang sebanyak 50 g mahkota bunga sepatu, lalu dicuci


dengan aquades sampai bersih, dipotong kecil-kecil, kemudian
ditambah pelarut n-heksana sebanyak 500 mL dan dimaserasi selama
20 jam selanjutnya disaring. Residu hasil penyaringan diekstrak
dengan pelarut etil asetat sebanyak 500 mL selama 20 jam. Residu
kemudian diekstraksi kembali dengan metanol-asam asetat sebanyak
500 mL selama 20 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan
penyaring kain kasa, kemudian disaring kembali dengan kertas
saring. Filtrat hasil penyaringan kemudian dievaporasi sampai vol-
ume menjadi setengahnya. Hasil evaporasi siap digunakan sebagai
indikator titrasi asam-basa.

2. Membandingkan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator


fenolftalein

Titrasi basa kuat dengan asam kuat. Diukur sebanyak 45 mL


larutan NaOH yang sudah distandarisasi, lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer, kemudian ditambah beberapa tetes indikator ekstrak
mahkota bunga sepatu sampai larutan berwarna hijau muda,
selanjutnya dititrasi dengan larutan HCl 0,1N sampai terjadi
perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat volume larutan
HCl 0,1N yang diperlukan untuk titrasi. Indikator fenolftalein
merupakan indikator titrasi asam-basa memiliki jangkauan

Page | 16
pH 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998), indikator ini digunakan
sebagai pembanding. Dilakukan penelitian yang sama dengan
menggantikan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator
pembanding fenolftalein.
Titrasi basa kuat dengan asam lemah. Diukur sebanyak 45
mL larutan asam asetat (CH3COOH), dimasukkan dalam erlenmeyer
kemudian ditambah beberapa tetes indikator ekstrak bunga sepatu
sampai larutan berwarna merah muda, lalu dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N yang sudah distan- darisasi. Penambahan NaOH 0,1N
sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat
volume larutan HCl 0,1N yang diperlukan untuk titrasi. Dalam
penelitian ini dikerjakan titrasi yang sama dengan menggunakan
indikator fenolftalen sebagai pembanding.
3. Membandingkan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator
metil orange

Titrasi basa lemah dengan asam kuat. Diukur sebanyak 45


mL NaHCO3, dimasukkan dalam erlenmeyer kemudian ditambah
beberapa tetes indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu sampai
larutan berwarna hijau muda, kemudian dititrasi dengan larutan HCl
0,1N yang sudah distandarisasi. Penambahan HCl 0,1N sampai
terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat volume
larutan HCl 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi.

Menurut Day dan Underwood (1998) indikator metil oranye


mempunyai jangkauan pH 3,1-4,4 merupakan indika- tor titrasi basa
lemah-asam kuat, sehingga indikator tersebut dipakai sebagai
pembanding. Dalam penelitian ini dikerja- kan titrasi yang sama
dengan menggunakan indikator metil oranye sebagai pembanding.

Page | 17
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

INDIKATOR KONDISI TITRASI DAN TITIK EKIVALEN

Asam Lemah-Basa Basa Kuat-Asam Basa Lemah-Asam


Kuat(CH3COH Kuat (NaOH dengan Kuat (NaHCO3 dengan
dengan NaOH) HCl) HCl)
Vol Warna Vol. Warna Vol. HCl Warna akhir
akhir 0,1 N titrasi dan
NaOH akhir HCl 0,1
titrasi dan (ml) pH titrat
0,1N(ml titrasi dan N pH titrat
) pH titrat
Fenolftalein 45,23± Tdk 45,20 ± Merah-tdk
0,342 berwarna- 0,312 berwarna,p
merah, H titrat
pH 5,70- 9,50-4,90
9,10
Metil Orange 45,23± Kuning-
0,30
Merah,pH
larutan
4,55-3,0
Bunga 45,30 ± Merah- 45,37± Hijau- 45,38± Hijau-
Sepatu 0,35 hijau,pH 0,297 Merah,pH 0,35 merah,pH
titrat titrat 9,60- titrat 4,29-
5,80-9,55 4,85 3,09
Terjadi kenaikan pH Terjadi penurunan Terjadi penurunan pH
pada titik akhir pH pada titik akhir pada titik akhir titrasi.
titrasi.Titik ekivalen titrasi. Titik ekivalen Titik ekivalen terjadi
tercapai diantara tercapai diantara diantara rentang
rentang pH tersebut rentang pH tersebut tersebut

Hasil indikator dari ekstrak mahkota bunga sepatu yang diperoleh,


menunjukkan perubahan warna yaitu dalam larutan asam berwarna merah
dan dalam basa bewarna hijau. Perubahan warna ekstrak mahkota bunga

Page | 18
sepatu dalam larutan asam dan basa disebabkan adanya antosianin, larutan
ekstrak mahkota bunga sepatu dalam asam tidak berwarna dalam basa
berwarna violet (Bhagat dkk., 2008). Antosianin dalam strukturnya
mengandung kation flavilium, dapat terjadi perubahan warna karena
terjadinya perubahan bentuk struktur yang disebabkan oleh pengaruh pH.
Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator
dalam titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan
perubahan warna terhadap perubahan suasana pH larutan. Perubahan warna
dapat terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion dari
senyawa.
Indikator ini mengalami perubahan kesetimbangan ion yang diikuti
perubahan warna dari tidak berwarna pada kondisi asam menjadi merah
pada kondisi basa. Dari reaksi kesetimbangan, diketahui bahwa senyawa
indikator berada dalam bentuk ion yang dapat menghasilkan perubahan
warna merah (Purwono dan Mahardani, 2009). Perubahan warna tersebut
karena senyawa fenol dalam bentuk ion mengalami delokalisasi membentuk
quinoid.

Bentuk kesetimbangan indikator fenolftalein


Indikator metil orange banyak digunakan dalam titrasi asam kuat-
basa lemah merupakan suatu basa berwarna kuning, dengan penambahan
ion hidrogen menghasilkan kation berwarna merah muda (Day dan
Underwood, 1998).

Page | 19
Struktur antosianin mempunyai delokalisasinya yang dapat
diperpanjang akibat pengaruh basa (kenaikan pH), membentuk
anhidrobase, sehingga terjadi perubahan warna. Perubahan bentuk struktur
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna ini ada kemiripan dengan
indikator fenolftalein. Sehingga ekstrak mahkota bunga sepatu yang
mengandung senyawa antosianin dapat sebagai pengganti indikator
sintetis

C. KESIMPULAN

Ekstrak mahkota bunga sepatu dapat digunakan sebagai indikator


pada titrasi asam-basa (asam kuat-basa kuat, asam lemah-basa kuat dan basa
lemah-asam kuat). Perubahan warna dalam asam berwana merah dan basa
berwarna hijau. Terjadinya perubahan warna karena dalam ekstrak tersebut
mengandung antosianin, yang dalam strukturnya terdapat kation flavilium
membentuk anhidrobase akibat perubahan pH. Indikator ekstrak mahkota
bunga sepatu mempunyai kemiripan dengan indikator metil orange dan
fenolftalein, sehingga dapat sebagai pengganti indikator tersebut.

D. SARAN

Untuk memperkaya khasanah pengetahuan pemanfaatan bunga sepatu


yang berwarna merah, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
identifikasi struktur antosianin yang terdapat dalam bunga tersebut serta
aplikasinya sebagai antioksidan dan senyawa.

Page | 20
DAFTAR PUSTAKA

1. Rohman,Abdul.2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka


Pelajar.hal.140.
2. Rohman,Abdul.2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.hal.131.
3. Mursyidi,Achmad dan Rohman,abdul.2008.Volumetri dan
Gravimetri.Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai