Makalah Asidi-Alkalimetri Kel. 1
Makalah Asidi-Alkalimetri Kel. 1
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam
mata kuliah Kimia Analisis mengenai “Asidi-Alkalimetri“.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Kimia
Analisis. Sebelumnya kami meminta maaf apabila terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Selanjutnya kami dengan tulus mengucapkan
terimakasih kepada :
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua orang.
Mahasiswa
Page | 1
DAFTAR ISI
Page | 2
BAB I. DASAR TEORI
A. PRINSIP UMUM
1. Metode Volumetri
Page | 3
4. Reaksi pembentukan kompleks
2. Metode Asidi-Alkalimetri
Titrasi yang diperoleh dari titrasi asam kuat (HCL) dan basa
kuat (NaOH). Pada awal titrasi perubahan nilai pH berlangsung
lambat sampai menjelang tidak ekivalen. Pada titik ekivalen,
nilai pH meningkat secara drastic. Untuk mengamati titik akhir
titrasi dapat menggunakan indicator atau menggunakan metode
elektrokimia.
Page | 4
b) Titrasi asam lemah dengan basa kuat dan titrasi basa lemah
dengan asam kuat
Titrasi tidak langsung ini dapat dilakukan untuk titrasi asam kuat/basa
kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat ataupun titrasi basa lemah
dengan asam kuat. Contoh paling umum dilakukan adalah titrasi asam
lemah dengan basa kuat.
Page | 5
BAB II. LARUTAN BAKU
Page | 6
e) Bersifat sangat alkalis dan korosif
f) Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) p
4. Kalium Hidroksida
Sifat fisika-kimia dari KOH yaitu :
a) Memiliki massa molar
b) Memiliki titik lebur 360oC
c) Memiliki titik didih 1327oC
d) Padatan putih
e) Bersifat higroskopis
f) Tidak berbau larut dalam alcohol, gliserol, dan tidak larut dalam
eter dan cairan amonia
B. PEMBUATAN LARUTAN BAKU
1. Pembuatan larutan baku asam klorida
Asam Klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah HCL dengan
konsentrasi 1N ; 0,5N ; dan 0,1N.
Cara membuat HCL (0,1N) 1 L maka memakai persamaan :
V1. N1 = V2. N2
0,1N × 1000 ml = 12,06 × a.ml
a = 8,3 ml
Sehingga cara membuat HCL 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCL 37%
adalah sebagai berikut :
Pipet 8,3 ml dari HCL 37 % di encerkan dengan aquades sampai
1000 ml.
2. Pembuatan larutan baku asam sulfat
Larutan baku asam sulfat 0,1 N dibuat dengan cara mengencerkan
4,904 gram asam sulfat dengan air secukupnya hingga diperoleh
1000ml larutan. Dengan mempertimbangkan berapa persen asam
sulfat yang tersedia dan berat jenisnya maka dapat diketahui berapa ml
asam sulfat yang setara dengan 4,904 gram asam sulfat.
Page | 7
3. Pembuatan larutan baku natrium hidroksida
Pembuatan NaOH 0,1N dilakukan denggan cara melarutkan
4,001gram natrium hidroksida dalam air secukupnya hingga diperoleh
larutan baku natrium hidroksida sebaanyak 1000 ml.
4. Pembuatan larutan baku kalium hidroksida
Cara pembuatan larutan KOH 0,1 N adalah :
Larutkan 5,612 gram kalium hidroksida dalam air hingga
1000ml.
Selain larutan baku KOH dalam larutan air , dalam Farmakope
Indonesia juga disebutkan larutan baku KOH-etanol. Cara pembuatan
larutan baku KOH-etanol 0,1N adalah :
Larutkan 5,612 gram kalium hidroksida dalam 20 ml air dan
tambahkan etanol bebas aldehida sampai 1000 ml.
Page | 8
bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbondioksida dari
udara maka penyimpanannya dilengkapi dengan "soda lime tube" semua
larutan baku alkali harus sering dibakukan ulang.
Page | 9
BAB III. STANDARISASI
B. CARA STANDARISASI
1. Cara Standarisasi dan Tahapan Reaksi kimia yang terjadi
Larutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan larutan HCL 0.1N
menggunakan indikator jingga metil hingga warna kuning berubah
menjadi merah. Tiap ml HCL 0.1N Setara dengan 52.99mg Na2CO3.
Asam klorida merupakan baku sekunder sehingga sebelum digunakan
harus dibakukan lebih dahulu dengan baku primer. HCL dapat
dibakukan dengan natrium karbonat (Na2CO3) atau natrium tetra
boraks (Na2b4O7) serta dapat juga secara gravimetri sebagai AgCl.
Pada pembakuan HCL dengan natrium karbonat menggunakan
indikator metil orange
Na2CO3 + 2 HCL = NaCl + H2O + CO2
Page | 10
(bm = 204.221) ditimbang secara seksama yang sebelumnya telah
dikeringkan, gerus jika perlu, masukkan ke dalam erlemenyer
tambahkan 75ml air bebas CO2, tutup erlemeyer kocok-kocok sampai
larut. Titrasi dengan larutan NaOH menggunakan indikator
fenolftaelin hingga warna berubah menjadi merah
Jawab:
Dari reaksi ini dapat diketahui tiap mol natrium karbonat bereksi
dengan 2mol HCL dan setara dengan 2gramion H+ sehingga
valensinya 2. Sebagaimana kita ketahui pada saat titik ekivalen:
Page | 11
MlHCL x NHCL = mmol Na2CO3 x valensi
mg Na2CO3
MlHCL x NHCL = 𝐵𝑀 Na2CO3 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Sehingga :
mg Na2CO3 x valensi
N. HCL =
𝐵𝑀 Na2CO3 𝑥 𝑚𝑙 𝐻𝐶𝐿
354,2 x 2
N. HCL = = 0,2211 𝑁
106 𝑥 30,23
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛× 𝐵𝐸
Kadar (% b/b) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
30,23 × 0,22 × 53
Kadar Natrium karbonat = × 100 % = 99,51 % b/b
354,2
Rumus =
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 × 𝑁𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛× 𝐵𝐸
Kadar (% b/b) = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
Page | 12
BAB IV. INDIKATOR
A. JENIS INDIKATOR
Page | 13
2. Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna,
yaitu warna asam dan warna basa. Indikator kuning alizarin
mempunyai warna kuning dalam lingkungan asam (warna asam) dan
berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa)
3. Indikator tunggal
4. Indikator campuran
1. Campuran yang sama banyak antara merah netral (0,1% dalam etanol)
dan biru metilen (0,1% dalam etanol).
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna yang tajam
dari biru violet menjadi hijau ketika beralih dari larutan asam menjadi
larutan basa pada pH sekitar 7.Indikator ini dapat digunakan untuk
menitrasi asam asetat dengan larutan amonia atau sebaliknya.Baik
asam atau basa, kekuatannya hampir sama akibatnya titik ekivalen
akan berada pada pH kira-kira 7.
Page | 14
2. Campuran antara 3 bagian fenolftalein (0,1% larutan dalam etanol)
dengan 1 bagian alfa naftolaein (0,1% dalam etanol).
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna yang tajam
dari merah muda ke ungu pada pH 8,9. Indikator ini baik untuk titrasi
asam fosfat dar tribasik menjadi dibasik yang mana titik ekivalennya
terjadi pada pH 8,7.
3. Campuran dari 3 bagian biru timol (0,1% larutan dari garam
natriumnya) dengan 1 bagian kresol merah (0,1% larutan garam
natriumnya)
Indikator campuran ini akan memberikan perubahan warna dari
kuning ke ungu pada pH 8,3. Indikator campuran ini baik untuk titrasi
karbonat menjadi bikarbonat.
Page | 15
BAB V. PENETAPAN KADAR
A. CARA KERJA
Jurnal metode ilmiah : INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA DARI
EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa sinensis L).
Page | 16
pH 8,0-9,6 (Day dan Underwood, 1998), indikator ini digunakan
sebagai pembanding. Dilakukan penelitian yang sama dengan
menggantikan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator
pembanding fenolftalein.
Titrasi basa kuat dengan asam lemah. Diukur sebanyak 45
mL larutan asam asetat (CH3COOH), dimasukkan dalam erlenmeyer
kemudian ditambah beberapa tetes indikator ekstrak bunga sepatu
sampai larutan berwarna merah muda, lalu dititrasi dengan larutan
NaOH 0,1 N yang sudah distan- darisasi. Penambahan NaOH 0,1N
sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dilakukan 3 kali dan dicatat
volume larutan HCl 0,1N yang diperlukan untuk titrasi. Dalam
penelitian ini dikerjakan titrasi yang sama dengan menggunakan
indikator fenolftalen sebagai pembanding.
3. Membandingkan indikator ekstrak bunga sepatu dengan indikator
metil orange
Page | 17
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Page | 18
sepatu dalam larutan asam dan basa disebabkan adanya antosianin, larutan
ekstrak mahkota bunga sepatu dalam asam tidak berwarna dalam basa
berwarna violet (Bhagat dkk., 2008). Antosianin dalam strukturnya
mengandung kation flavilium, dapat terjadi perubahan warna karena
terjadinya perubahan bentuk struktur yang disebabkan oleh pengaruh pH.
Senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator
dalam titrasi mempunyai karakteristik yaitu senyawa memberikan
perubahan warna terhadap perubahan suasana pH larutan. Perubahan warna
dapat terjadi melalui proses keseimbangan bentuk molekul dan ion dari
senyawa.
Indikator ini mengalami perubahan kesetimbangan ion yang diikuti
perubahan warna dari tidak berwarna pada kondisi asam menjadi merah
pada kondisi basa. Dari reaksi kesetimbangan, diketahui bahwa senyawa
indikator berada dalam bentuk ion yang dapat menghasilkan perubahan
warna merah (Purwono dan Mahardani, 2009). Perubahan warna tersebut
karena senyawa fenol dalam bentuk ion mengalami delokalisasi membentuk
quinoid.
Page | 19
Struktur antosianin mempunyai delokalisasinya yang dapat
diperpanjang akibat pengaruh basa (kenaikan pH), membentuk
anhidrobase, sehingga terjadi perubahan warna. Perubahan bentuk struktur
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna ini ada kemiripan dengan
indikator fenolftalein. Sehingga ekstrak mahkota bunga sepatu yang
mengandung senyawa antosianin dapat sebagai pengganti indikator
sintetis
C. KESIMPULAN
D. SARAN
Page | 20
DAFTAR PUSTAKA
Page | 21