Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Tuberkulosis

1. Pengertian

Suatu penyakit infeksi kronik yang dikarakteristikkan dengan adanya bentukan

tuberkel dan granuloma di dalam paru-paru (Suparman Sarwani W, 1991).

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus

primer dari ghon ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73)

2. Etiologi

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1–4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um.

Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan asam dan lebih tahan

terhadap kimia, fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang

banyak oksigen, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandungan

oksigennya yaitu daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediklesi pada penyakit

tuberkulosis.

3. Review Anatomi dan fisiologi

System pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai

dengan alveoli dan paru-paru

Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua

lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara ,

debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung . hidung dapat menghangatkan

udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan

makanan , faring terdapat dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan

5
mulut sebelah depan ruas tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah

atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring , bagian tengah dengan istimus

fausium disebut orofaring , dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs

.H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88)

Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin),

panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot

polos dan lapisan mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu

bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama

kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri

cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya

terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal

89-90).

Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung – gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga

lobus dan paru-paru kiri dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang

diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru

mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan

darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh

paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-

kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru

adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam

keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter.

(Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 )

Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang

mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi

6
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses

pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Ventilasi pulmoner.

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses

aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong

dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma

berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi

dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar.

(NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal 124. Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal 91).

b. Difusi Gas.

Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area

yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui

membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas

permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta

perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan

penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs. H.

Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 . hal 36-37)

c. Transportasi Gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari

jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 kedalam sel

darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk

oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan

plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A. Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal

40).

7
4. Patofisiologi

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor (makrofag),

sedangkan limfosit (Sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini biasanya

melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokin, respon

ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu

unit (1 – 3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung

dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada di alveolus di

bagian bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan leukosit

polimorfonuklear nampak pada tempat tersebut dan memfagosit, namun tidak membunuh

basil.

Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag alveoli yang terserang

mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat

sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan terus, dan basil terus di fagosit atau

berkembang biak di dalam sel.

Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan

infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid

yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10 – 20 hari). Nekrosis bagian sentral

lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa). Daerah

yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan

fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan lebih fibrosa

membentuk jaringan parut dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi

tuberkel.

5. Gejala Klinis

Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak

adalah :

a. Demam : sub febril, febril (40-410C )hilang timbul.

8
b. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang atau

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta

(menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.

d. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

e. Malaise : ditemukan berupa anorexia, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

sakit kepala, nyeri otot, keringat di waktu malam hari.

6. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Fisik

1) Pada tahap dini sulit diketahui.

2) Ronchi basah, kasar dan nyaring.

3) Hipersonor / timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi

memberi suara umforik.

4) Atrofi dan retraksi intercostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

5) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).

b. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Radiologis

a) Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas

tidak jelas.

b) Pada kavitas bayangan berupa cincin.

c) Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas

tinggi.

2) Bronchografi

Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat bronkus atau kerusakan paru

karena TB.

3) Laboratorium

a) Darah : leukosit meninggi, LED meningkat.

9
b) Sputum : pada kultur ditemukan BTA.

c) Test tuberkulin : mantoux test (indurasi lebih 10 – 15 mm).

7. Pengobatan

a. Kategori I

Kasus baru, BTA (+), TB milier, meningitis TB, peritonitis TB, spondilitis TB, TB

urogenital, pleuritis masif, kelainan paru luas tapi BTA (-).

Paduan obat :

2) 2 RHZE / 4 HR, atau

3) 2 RHZE / 4 H3R3

b. Kategori II

Kasus relaps, gagal terapi, BTA tetap (+).

Paduan obat :

1) 2 RHZES / 1 RHZE / 4 HR atau

2) 2 RHZES / 1 RHZE / 5 HRE atau

3) 2 RHZES / 2 RHZE / 5 H3R3E3

c. Kategori III

BTA (-), kelainan paru tidak khas, TB ekstra pulmoner.

Paduan obat :

1) 2 RHZ / 4 RH atau

2) 2 R3H3Z3 / 4R3H3

d. Kategori IV

Kasus paru kronik, sputum tetap (+) setelah terapi / OAT memadai.

Paduan obat :

1) INH seumur hidup

2) Operasi

3) Obat-obat baru

Dosis obat < 50 kg > 50 kg

INH 300 mg 400 mg

10
Rifampisin 450 mg 600 mg

Pyrazinamide 1500 mg2.000 mg

Streptomycin 750 mg1.000 mg

Ethambutol 1.000 mg 1.000 mg

8. Penatalaksanaan

a. Kemoterapi : INH, Ethambutol, Rifampisin, Streptomycin, Pyrazinamide

b. Analgesik

c. Diet TKTP

d. Isolasi bila perlu

e. Istirahat yang teratur

f. Rujuk ke puskesmas untuk keluarga dan orang-orang yang kontak dengan klien

9. Pencegahan

a. Pemberian kemoterapi pencegahan pada individu yang mempunyai resiko tinggi

terkena tuberkulosis paru.

b. Pemberian suntikan vaksinasi BCG pada bayi umur 0 – 14 bulan.

Bagi individu yang sudah terinfeksi dianjurkan :

a. Menutup mulut pada waktu batuk atau bersin.

b. Tidak meludah disembarang tempat.

c. Konsultasi secara teratur.

11
B. Asuhan Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap klien, penulis menggunakan pendekatan

proses keperawatan. Proses keperawatan adalah metode sistematis dimana secara langsung

perawat bersama klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan

asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil

asuhan keperawatan (Taylor,C., Lilis C., Lemone.P.1989)

Menurut Potter (1985 : hal 64-85) mengatakan proses keperawatan mempunyai beberapa tahap

yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-

masalah , kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.

Menurut La Ode (1999 : hal 57) pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan

secara keseluruhan. Terdiri dari 3 tahap, yaitu pengumpulan, pengelompokan atau

pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun data yang ditemukan pada klien dengan TB paru menurut Doenges (1999, hal 240-242)

adalah :

a. Aktifitas / Istirahat :

Gejala : - Kelelahan umum dan kelelahan

- Nafas pendek karena kerja

- Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil, dan atau

berkeringat, mimpi buruk.

Tanda : - Takikardia, takipne/dispnea pada kerja

- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).

b. Integritas Ego :

12
Gejala : - Adanya/ faktor stress lama

- Masalah keuangan, rumah

- Perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

- Populasi budaya/Etnik.

Tanda : - Menyangkal (khususnya pada tahap dini).

- Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

c. Makanan/cairan :

Gejala : - Kehilangan nafsu makan

- Tak dapat mencerna

- Penurunan berat badan.

Tanda : - Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik.

- Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.

d. Nyeri/kenyamanan :

Gejala : - Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit.

- Perilaku distraksi/gelisah.

13
e. Pernapasan

Gejala : - Batuk, produktif atau tak produktif.

- Nafas pendek

- Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.

Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan

pleura)

- Pengembangan pernafasan tak simetri (effusi pleural)

- Perkusis pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural).

Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral(effusi

pleural/pneumothorak). Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas

lesi luas. Krekels tercatat di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk

pendek (krekels posttussic).

- Karakteristik sputum : Hijau.purulen, mukoid kuning atau bercak darah.

- Deviasi trakeal (penyebaran bronkhogenik).

- Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut).

f. Keamanan :

Gejala : - Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

- Tes HIV positif.

Tanda : - Demam rendah atau sakit panas akut.

14
g. Interaksi sosial.

Gejala : - Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.

- Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab/perubahan kapasitas fisik untuk

melaksanakan peran.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah

kesehatan aktual atau potensial. (Gaffar, 1999 : hal 61) Diagnosa keperawatan dapat bersifat nyata

(aktual), bersifat beresiko tinggi/cenderung (potensial) dan bersifat kemungkinan (possible).Untuk

diagnosa keperawatan yang nyata, rumusan adalah masalah/problem (P) sehubungan dengan

penyebab/etiologi. (P) sehubungan dengan penyebab etiologi (E) yang ditandai oleh tanda-tanda

dan gejala-gejala/simptom (S). biasanya disingkat PES. Sedangkan diagnosa keperawatan yang

bersifat potensial yang kemudian rumusannya adalah problem sehubungan dengan etiologi.

Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai

berikut :

1). Ketidakefektifan pola pernapasan sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kurangnya upaya batuk (Marilyn E. Doenges, 1999)

2). Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan

keletihan, anorerksia atau dispnea. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

3). Potensial terhadap transmisi infeksi yang sehubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang resiko potongan. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

4). Kurang pengetahuan yang sehubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah.

5). Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubugan dengan sekret kental,

kelemahan dan upaya untuk batuk. (Marilyn. E. Doenges, 1999)

6). Potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas sehubungan dengan penurunan

permukaan efektif proses dan kerusakan membran alveolar – kapiler. (Marilyn.

E. Doenges, 1999)

15
7). Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur sehubungan daerah sesak napas dan

nyeri dada. (lynda, J. Carpenito, 1998)

3. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan Rencana Asuhan

Keperawatan atau rencana keperawatan, yang merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan

penentuan diagnosa keperawatan.

Adapun unsur-unsur di tahap perencanaan, adalah sebagai berikut :

a. Memprioritaskan masalah, yaitu menentukan masalah apa yang memerlukan

perhatian atau prioritas masalah yang ditemukan.

b. Perumusan tujuan, yaitu tujuan administrasi ditetapkan dalam bentuk jangka panjang

atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis.

c. Penentuan tindakan keperawatan, yaitu perawat mempertimbangkan beberapa

alternatif tindakan keperawatan dan melaksanakan tindakan yang mungkin

berhasil/mengurangi atau memecahkan masalah klien.

d. Rasionalisasi adalah alasan dari adanya atau dilakukannya tindakan keperawatan.

e. Penentuan kriteria evaluasi merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan

keperawatan.

Adapun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan adalah :

a. Diagnosa keperawatan pertama : ketidakefektifan pola pernapasan yang

sehubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk.

1. Tujuan : pola nafas efektif

2. Kriteria hasil :

- klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

- frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 – 20 kali/menit)

- dipsnea berkurang

3. Rencana tindakan

a). Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori

16
pernapasan : catat setiap peruhan

b). Kaji kualitas spotum : warna, bau, knsistensi

c). Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam

d). Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler

tinggi.

e). Bantu dan ajakan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam

sampai 4 jam.

f). Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat - obatan

4. Rasional

a). Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret

b). Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan pengobatan

selanjutnya.

c). Mengetahui sendiri mungkin perubahan pada bunyi napas

d). Membantu mengembangkan secara maksimal

e). Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret laluar

f). Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan

memperbesar ukuran lumen trakeobroncial

b. Diagnosa keperawatan kedua : perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang

sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea.

1). Tujuan : terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas

tanda malnutrisi

2). Kriteria hasil

- Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

- Berat badan stabil dalam batas yang normal

3). Rencana tindakan

a). Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa

oral, riwayat mual / muntah atau diare.

17
b). Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak

c). Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

d). Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

e). Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

f). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet.

4). Rasional

a). Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan

indervensi yang tepat.

b). Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus.

Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet.

c). Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

d). Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan

respirasi yang merangsang pusat muntah.

e). Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.

f). Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk

kebutuhan metabolik dan diet.

c. Diagnosa keperawatan ketiga : potensial terhadap tranmisi infeksi yang sehubungan

dengan kurangnya pengtahuan tentang resiko patogen.

1). Tujuan : klien mengalami penurunan potensi untuk menularkan penyakit seperti

yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes

kulit positif.

2). Kriteria hasil :

klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh

kegagalan kontak klien.

3). Rencana tindakan.

a). Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.

b). Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari

18
meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat.

c). Kaji tindakan. Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi

pernafasan.

d). Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang

tuberkulasis.

e). Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

f). Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.

4). Rasional

a). Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat intuk mencegah

penyebaran infeksi

b). Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

c). Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma

sosial sehubungan dengan penyakit menular

d). Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup

dan menghindari insiden eksaserbasi

e). Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi

pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi

dapat berlanjut sampai 3 bulan

f). Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk

menurunkan penyebaran infeksi

d. Diagnosa keperawatan keempat : kurangnya pengetahuan yang berhungan dengan

kuranganya impormasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di

rumah.

1). Tujuan : klien mengetahui pengetahuan imformasi tentang penyakitnya

2). Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.

3) Rencana tindakan

a) Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan,

19
lingkungan, media yang terbaik bagi klien.

b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri

dada, demam, kesulitan bernafas.

c) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain.

d) Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

e) Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab

pertanyaan secara nyata.

f) Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh

jadwal obat.

g) Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.

4) Rasional

a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan

individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat

yang memerlukan evaluasi lanjut.

c) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian

obat sesuai perbaikan kondisi klien.

d) Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan

meningkatkan kerjasama dalam program.

e) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi / peningkatan

ansietas.

f) Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar

informasi. Pengulangan penguatkan belajar.

g) Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis,

yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan.

e. Diagnosa keperawatan kelima : ketidakefektifan jalan nafas yang sehubungan dengan

sekret kental, kelemahan dan upaya untuk batuk.

20
1) Tujuan : jalan nafas efektif

2) Kriteria hasil :

- klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan

- klien dapat mempertahankan jalan nafas

- pernafasan klien normal (16 – 20 kali per menit)

3) Rencana tindakan :

a) Kaji fungsi pernafasan seperti, bunyi nafas, kecepatan, irama, dan

kedalaman penggunaan otot aksesori

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif.

c) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan

latihan untuk nafas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea.

e) Pertahanan masukan cairan seditnya 2500 ml / hari, kecuali ada

kontraindikasi.

f) Lembabkan udara respirasi.

g) Berikan obat-obatan sesuai indikasi : agen mukolitik, bronkodilator , dan

kortikosteroid.

4) Rasional.

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronkhi, mengi

menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan

jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan

dan peningkatan kerja penafasan.

b) Pengeluaran sulit jika sekret sangat tebal sputum berdarah kental diakbatkan

oleh kerusakan paru atau luka brongkial dan dapat memerlukan evaluasi

lanjut.

c) Posisi membatu memaksimalkan ekspansi paru dan men urunkan upaya

pernapasan. Ventilasi maksimal meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan

napas bebas untuk dilakukan.

21
d) Mencegah obstruksi /aspirasi penghisapan dapat diperlukan bila klien tak

mampu mengeluaran sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengecerkan sekret membuatnya

mudah dilakukan.

f) Mencegah pengeringan mambran mukosa, membantu pengenceran sekret.

g) Menurunkan kekentalan dan perlengketan paru, meningkatkan ukuran

kemen percabangan trakeobronkial berguna padu adanya keterlibatan luas

dengan hipoksemia.

f. Diagnosa keperawatan keenam : potensial terjadinya kerusakan pertukaran gas

sehubungan dengan penurunan permukaan efektif paru dan kerusakan membran

alveolar – kapiler.

1) Tujuan : Pertukaran gas berlangsung normal

2) Kreteria hasil :

- Melaporkan tak adanya / penurunan dispnea

- Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan

- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA

dalam rentang normal

3) Rencana tindakan

a) Kaji dispnea, takipnea, menurunya bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan terbatasnya ekspansi dinding dada

b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sionosis perubahan warna

kulit, termasuk membran mukosa

c) Tujukkan / dorong bernapas bibir selama ekshalasi

d) Tngkatkan tirah bang / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai keperluan

e) Awasi segi GDA / nadi oksimetri

f) Berikan oksigen tambahan yang sesuai

4) Rasional

22
a) TB paru menyebabkan efek luas dari bagian kecil bronko pneumonia

sampai inflamasidifus luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai

dispnea berat sampai distress pernapasan

b) Akumulasi sekret . pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenasi organ

vital dan jarigan

c) Membuat, sehingga tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps

membantu menyebabkan udara melalui paru dan menghilangkan atau

menurtunkan napas pendek

d) Menurunkan konsumsi oksigen selama periode menurunan pernapasan

dapat menurunkan beratnya gejala

e) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan atau saturasi atau peningkatan

PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi / perubahan program terapi

f) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap

penurunan ventilasi atau menurunya permukaan alveolar paru.

g. Diagnosa keperawatn ketujuh : Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan

dengan sesak napas dan nyeri dada.

1) Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi

2) Kriteria hasil :

- memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

- Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

- Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada

3) Rencana tindakan

a) kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

b) Observasi efek abot – obatan yang dapat di derita klien

c) Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

d) Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.

e) Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman

4) Rasional

23
a) Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

b) Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid

temasuk perubahan mood dan uisomnia

c) Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita

d) Memudahkan klien untuk bisa tidur

e) Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk

tidur.

24

Anda mungkin juga menyukai