Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN


DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

1. Rahma Amalia S (P27820716012) 5. Febriyan Ariyadi (P27820716034)

2. Alfayu Putri T (P27820716018) 6. Sisilia Sekar A.M (P27820716038)

3. Fanita Rukmana (P27820716021) 7. Nobia Esa P (P27820716039)

4. Diana Shindy V (P27820716030)

PRODI D IV KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO


JURUSAN KEPEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirannya yang telah menimpakan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan keperawatan lansia dengan diabetes melitus.

Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca, karena keterbatasan dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.

Surabaya, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar isi....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik...............................................................3

2.2 Tujuan komunikasi Terapeutik......................................................................3

2.3 Kegunaan komunikasi terapeutik..................................................................4

2.4 Teknik – teknik komunikasi terapeutik.........................................................4

2.5 Fase – fase komunikasi terapeutik................................................................10

2.6 Sikap perawat dalam komunikasi terapeutik.................................................13

2.7 Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik...........................................18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................19

3.2 Saran.............................................................................................................20

Daftar Pustaka............................................................................................................
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis


terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, ditandai dengan tingginya
keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut /
relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Mansjoer, 2000).

Diabetes melitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan


multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
( Mary,2009).

2.2 Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara


individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II.
Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.

2.3 Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan


karena mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio
lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:

2
 Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga
insulin tidak berfungsi dengan baik).
 Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minumalkohol, dll.)

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat


menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi
fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala
diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan,
perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh
lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut
adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

2.4 Tanda dan gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM


atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 –
180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

.1 Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


.2 Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
.3 Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
.4 Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
.5 Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
.6 Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
.7 Cepat lelah dan lemah setiap waktu
.8 Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
.9 Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
.10 Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.5 Patofisiologi

3
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam
kelainan hormonal, seperti hormon sekresikelenjar adrenal, hipofisis dan
tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang laik daun saat ini.
Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut terkait
oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.

Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing


sering berakibat pada resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain,
dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang berdampak
pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.

GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa


dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar
glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1
(IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik.
Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat
menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH. Terapi dengan
somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang,
tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini
akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.

Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme


yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan
dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa,
terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis.
Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat
meningkatkan risiko kardiovaskular. Hipersekresi hormon juga terjadi
pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan hipertiroidisme yang
menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.

Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi


glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi
pada pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan
somatostatinoma.

4
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe
lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma
dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in
vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme
Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan
perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8– dan CD4–.

2.6 Tipe Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai


penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami
peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin
atau reseptor insulin tidak berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat
kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan
baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).

Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas,


sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi
mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan
glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Tidak
keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel
beta pankreas.

Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan


baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur
sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel
mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam
darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah
dan menimbulkan pelbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus
yang sudah bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek
yang negatif untuk organ tubuh lain.

5
2.7 Komplikasi

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan


kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia,
diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic
coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati
diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
 Komplikasi akut
.a Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit
insulin yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan
hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi
( penyakit)
 Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
b. Nefropati diabetic
c. Neuropati
d. Displidemia
e. Hipertensi
f. Kaki diabetic
g. Hipoglikemia
2.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba


menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

.a Diet

6
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%
Protein, 75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk
mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin.
.b Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk
memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas
klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu
menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil.
Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah,
merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula.
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar
glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.
.c Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu
diperiksa secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia
juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang
dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
.d Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering
diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM.
Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan
kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
.e Pendidikan
.1 Diet yang harus dikomsumsi

7
.2 Latihan
.3 Penggunaan insulin

8
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

Nama wisma : - Tanggal Pengkajian : 11 April 2018


1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Mangga dua blok A nomer 3
Tanggal datang : - Lama Tinggal di Panti -
2. DATA KELUARGA :
Nama : Ny. B
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Guru
Alamat : Mangga dua blok A nomer 3 Telp : 081234567890
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:

Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa, dan cepat
merasa lelah saat beraktivitas.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:

Klien minum obat


Obat-obatan: Metformin 500 mg 3x1 dan Simvastatin 10 mg 1x1

9
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA) :
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
Pola penyembuhan lesi : √
KETERANGAN : Turgor kulit kering, akral dingin

3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakan kel. : √
Limfe

10
Anemia : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
Gatal pada kulit kepala : √
KETERANGAN : Gatal di kulit kepala karena timbulnya uban

5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Penglihatan klien kabur, pakai kacamata untuk
membaca

6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran : √
Discharge : √

11
Tinitus : √
Vertigo : √
Alat bantu dengar : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan membersihkan : √
telinga
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Tn. A mengalami penurunan
pendengaran karena usia

7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √

12
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
Pola sikat gigi : 2x sehari saat mandi
KETERANGAN : Tidak ada masalah

9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √

13
Murmur : √
Edema : √
KETERANGAN : Tidak ada masalah

12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Perubahan pola BAB : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
Pola BAB : 1x sehari
KETERANGAN : Tidak ada masalah

13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Frekuensi : Sering
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √

14
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Pola BAK : 6-8x sehari
KETERANGAN : Tidak ada masalah

14. Reproduksi (laki-laki)


Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah sex : √
Impotensi : √

Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis
15. Muskuloskeletal :
Prolap Ya : Tidak
Riwayat menstruasi :
Nyeri Sendi √ : ................................................................
Aktifitas seksual
Bengkak : : √
Pap smear
Kaku sendi : : √
KETERANGAN
Deformitas : : Tidak ada masalah

Spasme : √
16. Persyarafan
Kram : √
Kelemahan otot : Ya Tidak

Headache
Masalah gaya berjalan : : √√
Nyeri punggung : √
Pola latihan 15 ada
: Tidak
Dampak ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Klien mengalami kesemutan kedua kaki
Seizures : √
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
KETERANGAN : Klien mengalami tremor

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam mengambil : √
keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
Mekanisme koping : Saat tn. A cemas atau kesulitan kosentrasi lebih
memilih untuk jalan-jalan mencari udara segar

Persepsi tentang kematian : klien menganggap kematian adalah akhir dari perjalanan
hidup, semua orang pasti akan mengalaminya
Dampak pada ADL : jika tn. A merasa tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali,
klien lebih memilih untuk tidur.
Spiritual

 Aktivitas ibadah : Tn. A beribadah teratur, setiap kali mendengar adzan Tn. A
selalu bersiap untuk menjalankan sholat dan langsung mengambil wudlu.

16
 Hambatan : jika kakinya kram tn. A beribadah dengan duduk atau tidur,
dan tn. A tidak mau meninggalkan sholat.
KETERANGAN : Tn. A dalam kegiatan spiritual sangat taat dan tidak mau untuk
meninggalkan sholat meskipun dalam keadaan apapun.

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : Bersih dan rapi


 Kamar mandi : Bersih namun agak licin dan tidak ada pegangan
dinding, penerangan agak redup
 Dalam rumah : Penerangan di dalam rumah cukup terang pada siang
hari karena terdapat jendela dan ventilasi yang dibuka setiap pagi dan
pada malam hari lampu penerangan cukup terang
 Luar rumah : Bersih, jalan rata namun agak licin karena berlumut,
tidak ada sampah berserakan

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandi Skor
Bantuan ri Yang
Didapat

1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 15


sebaliknya

3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) 0 5 5

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, 5 10 10


menyiram)

17
5 Mandi 0 5 5

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 5


kursi roda)

7 Naik turun tangga 5 10 5

8 Mengenakan pakaian 5 10 10

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2018 Hari : Rabu Musim :
Kemarau Bulan : April Tanggal : 11
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara: Indonesia Panti : - Propinsi: Jawa
timur Wisma : - Kabupaten/kota : X
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3). Kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
kalkulasi
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 5 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut

18
yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30 23 Gangguan kognitif sedang


Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)

Rata-rata Waktu TUG

Interpretasi hasil

Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh

>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan

>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam mobilisasi


dan melakukan ADL

19
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan 1 0 0
kesenangan
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah drpd keluar 1 0 0
melakukan sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan 1 0 0
ingatan anda
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri 1 0 1
anda
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi : Tn. A tidak depresi
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators Skore Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 2
perubahan jumlah dan jenis makanan yang

20
dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum 2 0
minuman beralkohol setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 1
sehingga tidak dapat makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0
makanan
7. Lebih sering makan sendirian 1 0
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum 1 1
obat 3 kali atau lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam 2 0
enam bulan terakhir
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang 2 1
cukup untuk belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 5
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam
Introductory Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi :

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

1. Gula Darah 11 April 2018 251 mg/dL

2. Kolesterol 11 April 2018 386 mg/dL

21
7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada ADAPTATION 1
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman- PARTNERSHIP 2
teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya
dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) GROWTH 2
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) AFFECTION 1
saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan RESOLVE 2
saya meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 8
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

22
3.2. ANALISA DATA

NO. Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1. DS : Hiperglikemi Ketidakefektifan
(DM)
Klien mengeluh kedua kakinya terasa perfusi jaringan perifer
kesemutan namun tidak mati rasa. Komplikasi pada Tn. A b.d diabetes
Klien mengatakan sudah lama mengalami vaskuler mellitus
keluhan kesemutan seperti yang dirasakan
Mikro vaskuler
saat ini yaitu sejak 3 bulan yang lalu.
DO : Neuropati

CRT 4 detik. Parestesia


Turgor kulit kering, akral dingin
2. DS: Hiperglikemi Resiko cedera pada Tn.
(DM)
Klien mengatakan fungsi A b.d gangguan sensasi
penglihatannya sudah berkurang, sudah tidak Komplikasi
vaskuler
mampu lagi melihat jarak jauh dengan jelas,
dan menggunakan alat bantu kaca mata untuk Mikro vaskuler
membaca.
Retinopati
Klien mengeluh kakinya kesemutan tapi
Penglihatan
tidak mati rasa.
tidak jelas
Klien mengatakan jarang memakai alas kaki.
Gangguan
DO :
sensasi
Kamar mandi klien bersih namun agak licin
dan tidak ada pegangan dinding, penerangan
agak redup dan di luar rumah klien bersih,
jalan rata namun agak licin karena berlumut
Klien mampu bergerak dengan bebas.
Terdapat tremor.

3. DS : Kurangnya Ketidakefektifan

23
Klien mengatakan masih suka makan informasi manajemen kesehatan
gorengan dan makanan bersantan dan minum tentang pada Tn. A b.d kurang
yang manis. penyakit pengetahuan tentang
Klien mengatakan mengetahui menderita program terapeutik
penyakit DM dan kolesterol tinggi namun Kurang
klien tidak rutin minum obat, klien juga tidak pengetahuan
mengatur pola makannya. tentang
DO : program
GDS = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl. terapeutik
MMSE : Tn. A termasuk dalam
kategori gangguan kognitif sedang.
Skala Depresi : Tn. A dapat dikategorikan
dalam kategori kemungkinan depresi.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus.
.2 Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi.
.3 Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik.

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Indikator : .1 Lakukan penilaian sirkulasi perifer
perfusi jaringan - Suhu kulit ujung kaki dan (nadi perifer) secara komprehensif.
b.d diabetes tangan .2 Monitor panas, kemerahan, nyeri,
melitus. - Parestesia parestesia pada ekstremitas.
.3 Ajarkan klien cara perawatan kaki dan
kuku.
.4 Ajarkan senam kaki diabetik.
.5 Anjurkan klien menggunakan
pelembab pada kulit kaki yang kering.
3. Resiko cedera Indikator : 1. Anjurkan keluarga klien menyediakan

24
b.d gangguan - Penggunaan alas kaki pencahayaan yang cukup terang.
sensasi. yang tepat 2. Anjurkan klien menggunakan alas kaki
- Penggunaan pencahayaan yang aman.
lingkungan yang benar 3. Anjurkan klien menghindari
- Strategi untuk menjaga permukaan lantai yang licin.
permukaan lantai tetap 4. Ajarkan klien untuk memodifikasi gaya
aman berjalan (terutama kecepatan dan
- Kondisi kronis yang pergerakan).
meningkatkan risiko jatuh
4. Ketidakefektifan Indikator : 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
manajemen - Melakukan tindakan proses penyakit.
kesehatan b.d pencegahan dengan 2. Berikan penyuluhan tentang penyakit
kurang perawatan kaki klien (Diabetes Mellitus).
pengetahuan - Menjalani aturan 3. Jelaskan tentang program terapi.
tentang program pengobatan sesuai resep 4. Diskusikan tentang perubahan gaya
terapeutik - Memantau glukosa darah hidup.
- Mengikuti diet yang 5. Ajarkan teknik relaksasi otot progresif.
direkomendasikan
- Berpartisipasi dalam
olahraga yang
direkomendasikan
- Melakukan kebiasaan
hidup secara rutin

25
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tanggal Implementasi Respon Ttd
dx
1. Selasa, 24/01/17 Mengajarkan senam kaki diabetik. S : Tn. A mengatakan sudah memahami langkah-langkah senam kaki Perawa
09.30 diabetik dan akan rutin mempraktekkan senam. t
O : Tn. A mampu mempraktekkan senam kaki diabetik.
1. Selasa, 24/01/17 Mengajarkan klien cara perawatan kaki S : Tn. A mengatakan sudah memahami cara merawat kaki dan kuku, Perawa
10.00 dan kuku. dan akan mempraktekkannya. t
O : Tn. A mampu menyebutkan kembali cara merawat kaki dan kuku.
1. Selasa, 24/01/17 Menganjurkan klien menggunakan S : Tn. A mengatakan akan menggunakan lotion pada kulit kakinya. Perawa
10.30 pelembab pada kulit kaki yang kering. O : Tn. A mengoleskan lotion pada kulit kaki dan kulit yang kering. t
2. Rabu, 25/01/17 Berdiskusi dengan klien jenis dan S : Tn. A mengatakan aktivitas yang bisa dilakukan hanya kebutuhan Perawa
09.00 banyaknya aktivitas yang bisa dilakukan. dasar seperti ke kamar mandi dan makan, dan mengisi waktu luang t
dengan membaca majalah.
O : Tn. A mampu memilih dan membatasi aktivitas fisiknya.
2. Rabu, 25/01/17 Melatih ROM aktif untuk mengurangi S : Tn. A mengatakan otot-ototnya terasa lemas setelah dilatih. Perawa
09.15 ketegangan otot. O : Tn. A mampu mengikuti gerakan dengan benar. t

2. Rabu, 25/01/17 Menganjurkan klien menjaga asupan S : Tn. A mengatakan akan tetap makan 3 kali sehari dan tidur siang jika Perawa
09.45 nutrisi adekuat dan menganjurkan untuk bisa. t

26
tidur siang. O : Tn. A tampak segar.

1. Rabu, 25/01/17 Monitoring panas, kemerahan, nyeri, S : Tn. A mengatakan kesemutan sudah berkurang dan sudah berlatih Perawa
10.00 parestesia pada ekstremitas, pengisian senam kaki. t
kapiler perifer. O : Tidak ada kemerahan pada ekstremitas. CRT 3 detik.
2. Rabu, 25/01/17 Monitoring sistem kardiorespirasi klien S : Tn. S mengatakan sudah membatasi aktivitasnya. Perawa
10.00 (TD, nadi, RR). O : TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85 x/menit, RR = 22 x/menit. t
3. Kamis,26/01/17 Menganjurkan klien menyediakan S : Tn. S mengatakan akan mengganti lampu dirumahnya dengan lampi Perawa
13.00 pencahayaan yang cukup terang. yang lebih terang. t
O : Penerangan rumah Tn. S redup.
3. Kamis Menganjurkan klien menggunakan alas S : Tn. S mengatakan akan memakai alas kaki yang aman. Perawa
26/01/17 kaki yang aman. O : Tn. S memakai alas kaki yang aman. t
13.10
3. Kamis,26/01/17 Menganjurkan klien menghindari S : Tn. S mengatakan akan berhati-hati bila berjalan di permukaan lantai Perawa
13.15 permukaan lantai yang licin. yang licin. t
O : Lantai dikamar mandi Tn. S licin.

3. Kamis,26/01/17 Mengajarkan klien untuk memodifikasi S : Tn. S mengatakan akan berjalan pelan-pelan. Perawa
13.20 gaya berjalan. O : Tn. S tampak mempraktekkan gaya berjalan yang pelan-pelan. t
4. Kamis,26/01/17 Memberikan penyuluhan tentang lima S : Tn. S mengatakan sudah memahami tentang lima pilar Diabetes Perawa
13.20 pilar Diabetes Mellitus. Mellitus. t

27
O : Tn. S mampu menyebutkan lima pilar DM : obat, diet, edukasi,
latihan fisik dan monitor kadar gula darah.
2,3. Kamis,26/01/17 Monitoring sistem kardiorespirasi klien S : Tn. S mengatakan sudah rutin senam kaki sehingga kesemutan sudah Perawa
13.30 (TD, nadi, RR), parestesia, kemerahan mulai berkurang. t
ekstremitas. O : TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80 x/menit, RR = 20 x/menit, tidak
tampak adanya kemerahan pada ekstremitas.
4. Jumat, 27/01/17 Mengajarkan teknik relaksasi otot S : Tn. S mengatakan otot tubuhnya terasa rileks. Perawa
09.00 progresif. O : Tn. S mampu mengikuti teknik relaksasi otot progresif seperti yang t
diajarkan.

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN


No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd
1. Rabu Ketidakefektifan perfusi S : - Tn. A mengatakan sudah memahami gerakan senam kaki diabetik dan sudah Perawa
25/01/17 jaringan berhubungan rutin mempraktekkan senam. t
12.00 dengan diabetes melitus. - Tn. A mengatakan sudah memahami cara merawat kaki dan kuku, dan sudah

28
mempraktekkannya.
- Tn. A mengatakan akan menggunakan lotion pada kulit kakinya.
- Tn. A mengatakan kesemutan sudah berkurang dan sudah berlatih senam kaki.
O : - Tn. A mampu mempraktekkan senam kaki diabetik.
- Tn. A mampu menyebutkan kembali cara merawat kaki dan kuku.
- Tn. A mengoleskan lotion pada kulit kaki dan kulit yang kering.
- Tidak ada kemerahan pada ekstremitas. – CRT 3 detik
A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi.
P : - Motivasi klien untuk mempertahankan senam kaki secara rutin.
- Motivasi klien untuk rutin melakukan perawatan kaki dan kuku secara rutin.
Jumat Resiko cedera berhubungan S : Tn. A mengatakan sudah mengganti lampu rumah dengan yang lebih terang Perawa
27/01/17 dengan gangguan sensasi. dan sudah berhati-hati saat berjalan. t
11.15 O : - Penerangan rumah Tn. A sudah cukup terang.
- Gaya berjalan Tn. A pelan dan berhati-hati.
- Tn. A memakai alas kaki yang nyaman dan aman.
- Tidak tampak adanya kemerahan pada ekstremitas.
A : Masalah resiko cedera teratasi.
P : Motivasi klien untuk mempertahankan gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.

29
Jumat Ketidakefektifan manajemen S : - Tn. S mengatakan sudah memahami tentang lima pilar Diabetes Mellitus dan Perawa
27/01/17 kesehatan berhubungan akan mempraktekkan kelima pilar tersebut. t
11.15 dengan kurang pengetahuan - Tn. A mengatakan otot tubuhnya terasa rileks setelah diajarkan teknik relaksasi.
tentang program terapeutik. O : - Tn. S mampu menyebutkan lima pilar DM : obat, diet, edukasi, latihan fisik
dan monitor kadar gula darah.
- Tn. S mampu mengikuti teknik relaksasi otot progresif seperti yang diajarkan.
A : Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan teratasi.
P : Monitor perubahan gaya hidup klien.

30
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

31
DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Sucidonny. 2010. Materi “DM(Diabetes Melitus). wordpress.com. Update 11


April 2018. Pukul 19.39 WIB. (akses online).
https://sucidonny.wordpress.com/2010/01/04/materi-dmdiabetes-
melitus/

Annekekhong. 2013. Materi penyuluhan diabetes mellitus. Wordpress.com. update


11 April 2018. Pukul 19.46 WIB. (akses online).
https://pkmtrea.wordpress.com/2013/07/20/materi-penyuluhan-diabetes/

32

Anda mungkin juga menyukai