Tn. X laki-laki usia 28 tahun terdiagnosa SGB melalui gejala klinis yang timbul, hasil
Elektromiografi / EMG dan analisa cairan serebrospinal yang menunjukkan tanda pasti SGB.
Tn X pada awalnya mengalami gejala demam dan diare (hari ke 0). Pada tanggal 28 Oktober
2019 hari ke-2, demam tidak muncul, namun gejala a- sogas neurologis mulai muncul. Gejala
-asogas neurologis yang muncul adalah kelemahan pada kedua kaki di mana pasien
memerlukan bantuan untuk berjalan ke kamar mandi di rumahnya dengan cara dipapah.
Selain itu, Tn X mulai mengalami perubahan pada suara, mulai sulit menelan, sulit batuk,
dan wajah dilaporkan baal. Tn. X juga mengalami nyeri pada bahu, punggung, paha dan
semakin buruk pada malam hari sehingga menyebabkan tidak bisa tidur. Skala nyeri 7
dilaporkan. Pada hari tersebut pasien kembali di rawat di RS dan dirujuk ke spesialis
neurologis.
Pada hari ke-3 dilakukan CT Scan Brain, dan tidak ditemukan adanya perdarahan atau
iskemik di otak. Diagnosa pada hari tersebut belum dapat ditegakkan, pasien pun disarankan
untuk menjalani EMG dan kakak pasien langsung merujuk ke RS Swasta X di Jakarta Selatan
dimana dia bekerja. Pada hari ke 3 setelah dirujuk, sore harinya tindakan EMG segera
dilakukan dan hasilnya positif mengarah ke SGB dan pada malam harinya tindakan Lumbal
Pungsi pun segera dilakukan. Pada saat itu dilakukan pemasangan selang -asogastric dan
memantau status pernapasan pasien dimana pasien sudah mulai mengalami paraplegia. Tn.
X mengerang dan terlihat sianosis, sesak, lemas. Tn. X segera dipasang ventilator mekanik
dan diberi tindakan diberikan oksigenasi yang adekuat untuk mencegah terjadinya
respiratory failure. Nilai tekanan darah 140/90 mmHg, saturasi oksigen 89%, pCO 2 48 mmHg
(normal <45).
Pada hari ke-4 pasien dianjurkan untuk menjalani terapi Plasmaferesis. Pasien menjalani
plasmaferesis sebanyak 5 kali dengan rentang waktu dua hari sekali. Setiap kali proses
plasmaferesis memerlukan albumin 5% sebagai pengganti. Selama melakukan terapi
plasmaferesis ke-1 dan ke-2 pasien belum terdapat perubahan yang signifikan. Pasien masih
memerlukan bed rest karena kekuatan otot masih belum adekuat, status respirasi stabil
(hanya memerlukan nasal kanula), kemampuan menelan masih belum adekuat (makan
masih melalui selang -asogastric). Pada plasmaferesis yang ke-3 hingga ke-4 mulai tampak
kemajuan pada status klinis pasien. Kemajuan tersebut antara lain: peningkatan kemampuan
menelan di mana pasien mulai dicoba untuk makan per oral dengan diet lunak, status
respirasi semakin membaik dengan mulai stabil tanpa bantuan oksigen, kekuatan otot
ekstrimitas semakin meningkat, namun masih memerlukan bantuan fisioterapi.
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama: Tn. X
Usia : 28 tahun
Gender: Laki-laki
3. Riwayat Kesehatan
Ekstermitas :
EMG positif.
12. Terapi :
Do : gangguan saraf ↓
neuromuscular, hasil Gangguan fungsi saraf perifer dan
EMG positif kranial
↓
Kelemahan fisik
↓
Penurunan tonus otot seluruh
tubuh
↓
Gangguan mobilitas fisik
4. Ds : Px mulai mengalami Autoimun Gangguan menelan
perubahan pada suara,
↓
mulai sulit menelan
Menghancurkan myelin yang
Do : Px mengalami mengelilingi akson
paraplegia, pemasangan
↓
NGT
Gangguan fungsi saraf perifer dan
kranial
↓
Gangguan saraf neuromuscular
↓
Kelemahan fisik
↓
Menyerang otot wajah
↓
Gangguan menelan
2. Rencana Intervensi
Dx Tgl/
Tujuan Interverensi
Kep Jam
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
NIC: Manajemen ventilasi mekanik
selama 5x24 jam, pasien dapat
non invansif
mempertahankan pola napas yang efektif dan
adekuat. 1. Monitor kondisi yang
mengindikasikan perlunya
NOC: Status pernapasan: Ventilasi
dukungan ventilasi non invansif.
No Indikator 1 2 3 4 5 2. Monitor kontraindikasi dukungan
ventilasi non invansive.
1. Frekuensi pernapasan
3. Konsultasikan dengan tenaga
2. Irama pernapasan
kesehatan lainnya dalam memilih
3. Kedalaman inspirasi jenis ventilator non-invansive
1
4. Kapasitas vital (beberapa trial menggunakan
5. Tes Faal paru Bilevel Positive airway Pressure-
No Indikator 1 2 3 4 5 BiPAP)
4. Mulai pengkajian tubuh secara
Pernapasan dengan
1. menyeluruh dan setiap pergantian
bibir mengerucut
caregiver.
Suara napas
2. 5. Informasikan kepada klien dan
tambahan
keluarga mengenai rasionalisasi
3. Gangguan vokalisasi
dan sensasi yang diharapkan
Pengembangan
sehubung dengan penggunaan
4. dinding dada tidak
simetris ventilator non invansif.
5. Akumulasi sputum 6. Tempatkan klien dengan posisi
7. Mulai penggunaan aplikasi
semi fowler.
Keterangan: ventilator.
8. Observasi klien secara
a. 1) deviasi berat dari kisaran normal. 2)
berkelanjutan pada jam pertama
deviasi yang cukup berat dari kisaran
penggunaan ventilator untuk
normal. 3) deviasi sedang dari kisaran
mengkaji toleran.
normal. 4) deviasi ringan dari kisaran 9. Pastikan alarm ventilator dalam
normal. 5) tidak ada deviasi dari kondisi hidup.
10. Monitor penurunan volume
kisaran normal.
b. 1) sangat berat. 2) berat. 3) cukup. 4) ekspirasi dan peningkatan tekanan
ringan. 5) tidak ada. inspirasi.
11. Monitor gejala-gejala yang
NOC: Status sirkulasi menunjukkan peningkatan
2. Gerakan otot
3. Jelaskan protocol dan rasional
3. Gerakan sendi
latihan
waktunya intervensi