Anda di halaman 1dari 15

CHAPTER 9 – CULTURE, LANGUAGE, AND COMMUNICATION

EVOLUSI BERSAMA ANTARA BAHASA DAN BUDAYA MANUSIA

 Evolusi budaya-budaya manusia itu berhubungan dengan evolusi dari


kemampuan bahasa verbal pada manusia.
 Budaya manusia terbentuk dari pemahaman akan shared intentionality dan
pembentukan shared intentionality ini difasilitasi oleh bahasa.
 Singkatnya, budaya manusia ‘ada’ karena kemampuan manusia untuk
berbahasa. Jadi, semua masyarakat memiliki bahasa dan bahasa
membentuk dasar dari pembentukan dan pemeliharaan budaya manusia.
 Walaupun kemampuan berbahasa itu universal untuk semua manusia,
setiap budaya membentuk bahasa mereka sendiri.
 Pada kenyataannya, perbedaan bahasa mencerminkan perbedaan
kepentingan antar budaya dan juga membantu menguatkan budaya.

PENGARUH BUDAYA PADA BAHASA VERBAL

Struktur Bahasa

Terdapat lima fitur dan struktur dasar dalam semua bahasa:

1. Lexicon, atau kosakata (vocabulary)


Mengacu pada kata-kata yang terkandung dalam sebuah bahasa,
Contoh: kata-kata seperti pohon dan makan.
2. Syntax dan tata bahasa (grammar)
Mengacu pada sistem aturan yang mengatur pembentukan kata
dan bagaimana kata-kata itu dapat dirangkai menjadi bentuk ucapan yang
bermakna.
Contoh: pada bahasa inggris, terdapat aturan syntax di mana kita
menempatkan kata sifat sebelum kata benda. Jadi, small dog bukan dog
small. Sementara dalam bahasa Indonesia, sebaliknya, yang tepat adalah
anjing kecil, bukan kecil anjing.
3. Phonology
Mengacu pada sistem aturan yang mengatur bagaimana bunyi
yang tepat dari kata-kata.

1
Contoh: dalam bahasa Indonesia itu adalah vokal (a, I, u, e, o) dan
konsonan.
4. Semantics
Mengacu pada pengertian kata-kata itu.
Contoh: kata “meja” mengacu pada sebuah objek fisik yang
memiliki empat kaki dan sebuah permukaan horizontal yang datar.
5. Pragmatics
Mengacu pada sistem aturan yang mengatur bagaimana bahasa
digunakan dan dipahami dalam bermacam konteks sosial.
Contoh: pernyataan “Sangat dingin” bisa diartikan sebagai sebuah
permintaan untuk menutup jendela atau sebagai sebuah pernyataan fakta
mengenai suhu ruangan itu.
Cara mengartikannya bergantung pada konteks sosial dan
lingkungannya.
Terdapat dua konsep lain untuk memahami struktur bahasa:

1. Phonemes
Merupakan unit terkecil dan terdasar dari bunyi dalam sebuah
bahasa.
Sebagai contoh: orang Inggris dalam dengan mudah mendengar
dan menyebutkan perbedaan antara l dan r. namun, di Jepang, bunyi
kedua huruf itu tidak dibedakan sehingga orang Jepang kesulitan untuk
mengejanya.
2. Morphemes
Merupakan unit terkecil dan terdasar dari arti dalam sebuah bahasa.
Contoh: prefiks “un” dalam bahasa Inggris yang artinya tidak
sehingga orang Inggris dapat membedakan kata-kata seperti cooperative
dengan uncooperative.
Budaya dan Perolehan Bahasa

 Budaya mempengaruhi pembentukan bahasa dari usia dini. Melalui


penggunaan bahasa, sebuah individu ditransformasi menjadi sebuah agen
budaya. Perasaan, asosiasi, konotasi, dan nuansa dalam bahasa
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh budaya.

2
 Melihat itu, kita dapat membuat hipotesa yaitu bahwa murid yang
mempelajari bahasa akan mempelajarinya lebih baik jika mereka juga
mempelajari budaya dari tempat asal bahasa itu.

Perbedaan Bahasa Lintas Budaya

Fokus pada dua hal: pebedaan budaya dalam lexicon dan pragmatic.

Budaya dan Lexicon : Salah satu cara di mana budaya mempengaruhi lexicon
bahasa adalah melalui self-other referents, yaitu cara menyebut diri kita dan
orang lain.

 Dalam bahasa Inggris Amerika -> I dan We dan You, serta turunannya
Mereka menggunakan kata-kata itu kepada siapa pun lawan bicaranya dan
dalam konteks apa pun.
 Bahasa Jepang memiliki sistem yang lebih dan tergantung pada
hubungan mereka (ada perbedaan status).
o Status Tinggi : I -> Guru akan menggunakan kata guru untuk
mengacu pada dirinya sendiri ketika berbicara dengan murid-
muridnya. ibu atau ayah ketika berbicara dengan anak mereka.
You -> Tidak diperbolehkan untuk memanggil seseorang yang
statusnya lebih tinggi dengan menggunakan kata ganti personal
seperti kata you di bahasa Inggris.
o Status Rendah : I -> yaitu watashi, watakushi, boku, atau ore.
Penggunaan kata-kata itu bergantung pada jenis kelamin.
menggunakan watashi untuk mengacu pada diri mereka sendiri.
Ketika berbicara dengan teman atau rekan kerja, pria biasanya
mengacu kepada dirinya sendiri dengan menggunakan boku atau
ore.
You -> beberapa darinya adalah anata, omae, dan kimi.
Penggunaan yang tepat untuk setiap kata itu tetap bergantung pada
relasi mereka (biasanya omae dan kimi digunakan ketika berbicara
dengan seseorang yang statusnya lebih rendah atau kepada
seseorang yang sangat familiar dan intim dengan kita).
 Terdapat contoh lainnya mengenai bagaimana budaya mempengaruhI
struktur bahasa. Pada bahasa Jepang contohnya, dimana di beberapa

3
bahasa lain, kata yang berbeda biasanya digunakan untuk menunjukkan
hal yang berbeda-beda. Benda bulat dan silinder dihitung dengan akhiran
‘hon’ (ippon, nihon, sanbon, dan seterusnya); objek datar akan dihitung
dengan ‘mai’ (ichimai, nimai, sanmai, dan seterusnya).
 Pada bahasa Inggris, semua objek hanya dihitung berdasarkan nomor,
tidak dengan awalan atau akhiran untuk menunjukkan tipe objek yang
dihitung.
 Sebuah contoh popular adalah kata dalam bahasa Jerman
Schadenfreude yang berarti “senang dalam ketidakberuntungan orang
lain.” Tidak ada terjemahan langsung pada kata tersebut dalam bahasa
Inggris, sehingga konsep tersebut harus cukup penting dalam budaya
Jerman untuk memiliki kata sendiri sehingga banyak orang dapat
membicarakannya. Demikian, bukan konsepnya yang tidak ada, melainkan
kata yang merepresentasikannya yang mungkin tidak ada antar budaya.

Culture and Pragmatics

 Budaya tidak hanya mempengaruhi kosa kata, tapi juga pragmatis (aturan
yang mengatur bagaimana bahasa digunakan dan dipahami dalam
konteks sosial yang berbeda). Dalam beberapa bahasa, melepaskan
kata ganti orang pertama atau kedua (i/we dan you) adalah hal yang umum.
Hal ini lebih sering muncul pada budaya kolektif.
 High context cultures : perkataan atau pernyataan yang sekedar basa basi
atau kata yang sekedar candaan yang tidak memberi arti yang serius
(Budaya kolektivistik)
 Low context culture : perkataan atau pernyataan yang tidak mengandung
candaan dan langsung menjelaskan maksud atau arti sebenarnya. (Budaya
Individualistik)
 Honorific speech (kata sebutan), Bentuk bahasa yang menunjukkan
perbedaan status saat berkomunikasi dengan seseorang. Contoh: Korean

language 🡪 “아버님” (abeonim: ayah), bentuk honorifik dari

4
“아버지” (abeoji), biasanya digunakan untuk menyebut ayah mertua/ayah

dari kenalan kita.

Language and Thought: The Sapir-Whorf Hypothesis

 The Sapir-Whorf hypothesis (Hipotesis Sapir-Whorf), yang juga disebut


sebagai linguistic relativity (relativitas linguistic), menyatakan bahwa
penutur bahasa yang berbeda berpikir berbeda dan mereka melakukannya
karena perbedaan dalam bahasa mereka.
 Seseorang yang berbicara lebih dari satu bahasa mungkin memiliki pola
pikir yang berbeda ketika berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda.
 Pada tahun 1958, Carroll dan Casagrande membandingkan penutur
bahasa Inggris dan Navajo
 Di waktu yang sama, penemuan dari studi yang dilakukan oleh Berlin dan
Kay (1969) menantang hipotesis Safir-Whorf.
 Dani merupakan bahasa yang digunakan oleh suku zaman batu yang hidup
di dataran tinggi Irian Jaya, Indonesian New Guinea. Satu istilah warna
‘mili’ digunakan untuk menyebut warna ‘gelap’ dan ‘dingin’ (contoh: hitam,
hijau, biru), sedangkan istilah warna kedua, yakni ‘mola’ digunakan untuk
menyebut warna ‘terang’ dan ‘hangat’ (contoh: putih, merah, kuning).
 Berlin dan Kay juga memeriksa 78 bahasa dan menemukan bahwa 11
istilah warna dasar membentuk hierarki universal.
 Fishman menerbitkan uraian komprehensif tentang cara-cara paling
penting yang telah didiskusikan hipotesis Sapir-Whorf . Dalam uraiannya,
berbagai pendekatan ini disusun dalam meningkatkan tingkat
kompleksitas. Ada 2 faktor yang berkaitan, factor pertama adalah lexicon
atau tata bahasa dan factor kedua berkaitan dengan perilaku kognitif
penerjemah bahasa tertentu. Dalam

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KOMUNIKASI NON VERBAL

Tidak hanya bahasa verbal yang digunakan untuk berkomunikasi,


tetapi juga bahasa non verbal. Ini termasuk ekspresi wajah, isyarat vokal
nonverbal (nada suara, nada, intonasi, jeda, keheningan), gerakan, postur tubuh,

5
jarak interpersonal, perilaku menyentuh, tatapan dan perhatian visual, dan
sejenisnya.

1. Culture and Gestures

 Gesture adalah gerakan tangan yang pada dasarnya digunakan untuk


menggambarkan ucapan dan untuk menyampaikan makna verbal.
 Ilustrator wicara adalah gerakan yang terkait langsung dengan
wicara, dan berfungsi untuk menggambarkan atau menyoroti apa yang
dikatakan.
 Tujuan lain dari gerak tubuh adalah untuk menyampaikan makna
verbal tanpa kata-kata. Ini dikenal sebagai gerakan lambang, atau
lambang.
 Emblem adalah bagian penting dari bahasa budaya apa pun karena
mereka memungkinkan untuk komunikasi jarak jauh ketika suara tidak
dapat dengan mudah didengar dan memungkinkan berkomunikasi
ketika tidak diperbolehkan berbicara.

2. Culture and Gaze

 Tatapan adalah perilaku nonverbal yang kuat kemungkinan besar


karena akar evolusionernya pada hewan. Tatapan dikaitkan dengan
dominasi, kekuatan, atau agresi pada manusia dan hewan (Fehr &
Exline, 1987), serta afiliasi dan pengasuhan (Argyle & Cook, 1976).
 Orang Arab, misalnya, menatap jauh lebih lama dan lebih langsung
pada mitra mereka daripada orang Amerika (Hall, 1963; Watson &
Graves, 1966).
 Watson (1970), yang mengklasifikasikan 30 negara sebagai budaya
"kontak" (negara yang memfasilitasi sentuhan fisik atau kontak selama
interaksi) atau budaya "non kontak", menemukan bahwa budaya
kontak terlibat dalam lebih banyak pandangan dan memiliki lebih
banyak orientasi langsung ketika berinteraksi dengan orang lain.
 Tatapan sering digunakan sebagai tanda penghormatan nonverbal.
Tetapi karena budaya yang berbeda menghasilkan aturan yang

6
berbeda tentang tatapan, rasa hormat disampaikan secara berbeda
dengan tatapan.

Culture and Voice

 Suara adalah saluran penting lain terhadap perilaku nonverbal, dan


menyampaikan pesan yang berbeda-beda. Tentu, kata-kata yang
disampaikan melalui bicara dan suara, tetapi suara juga mengandung
banyak karakteristik yang melampaui bicara dalam mengkomunikasikan
pesan. Karakteristik ini disebut paralinguistic cues dan termasuk nada
suara, intonasi, pitch, tingkat bicara, use of silence, dan volume.
 Kemarahan, misalnya, menghasilkan suara yang tajam; suara semakin
keras, dan tingkat bicara meningkat.
 Jijik menghasilkan yuck sound, sementara ketakutan menghasilkan
nada yang tinggi dan mendadak.
 Kesedihan menghasilkan nada lebih lembut dan tingkat bicara menurun.
 Jenis suara dan verbal juga digunakan untuk menggambarkan dan
memperkuat cara bicara, dan budaya berbeda dalam cara mereka
memfasilitasi penggunaaan ini.
 Budaya ekspresif menggunakan nada yang keras dengan tingkat bicara
yang tinggi, sedangkan budaya ekspresif yang rendah menggunakan
nada lebih lembut dengan tingkat bicara yang rendah.

Culture, Interpersonal Space, and Touch

 Penggunaan ruang dalam interaksi interpersonal adalah perilaku


nonverbal penting lainnya dan dikenal sebagai proxemics. Ini adalah 4
tingkat penggunaan ruang interpersonal yang berbeda tergantung pada
jenis hubungan sosial: intimasi, personal, sosial, dan publik (Hall,
1966, 1973).
 Jarak interpersonal membantu untuk mengatur intimasi dengan
mengendalikan paparan sensorik karena kemungkinan stimulasi sensorik
(bau, penglihatan, sentuhan) ditingkatkan pada jarak dekat.
 Ekstensi logis dari ruang interpersonal adalah sentuhan, sentuhan
membutuhkan kontak fisik yang dekat. Sentuhan adalah kekuatan lain

7
perilaku nonverbal dan dikenal sebagai haptics. Seperti halnya budaya
mengatur ruang, mereka juga mengatur sentuhan.

INTRACULTURAL AND INTERCULTURAL COMMUNICATION

Komunikasi adalah proses yang kompleks dan rumit yang melibatkan


pertukaran pesan antara orang yang berinteraksi, baik secara verbal maupun
nonverbal. Berikut ini kosa kata unit-unit unsurnya.

 Pesan adalah pertukaran informasi dan makna ketika 2 orang atau lebih
berkomunikasi (pengetahuan, ide, konsep, pikiran, atau emosi)
 Encoding mengacu pada proses di mana seseorang memilih pesan
secara sadar atau tidak sadar yang tertanam dalam sinyal (jaringan), dan
mengirim sinyal tersebut ke orang lain.
 Sinyal adalah perilaku yang dapat diamati yang tidak perlu memiliki
makna yang melekat, tetapi membawa pesan yang telah di encoding
pesan selama berkomunikasi (bahasa verbal dan perilaku nonverbal yang
spesifik yang terekam ketika pesan dikirim)
 Channels mengacu pada modalitas sensory yang spesifik di mana sinyal
dikirim dan pesan diambil, seperti penglihatan atau suara (visual-melihat
ekspresi wajah, postur tubuh, gestur, dan sejenisnya-dan pendengaran-
mendengar kata-kata, nada suara, dan sebagainya)
 Decoding mengacu pada proses dimana seseorang menerima sinyal dari
encoder dan menerjemahkan sinyal-sinyal ini menjadi pesan yang
bermakna.
Proses komunikasi bisa digambarkan sebagai proses di mana pengirim
mengkodekan pesan ke dalam serangkaian sinyal.

Cultural Influences on Encoding and Decoding

 Orang-orang dari semua budaya mempelajari aturan sejak masa kanak-


kanak yang membantu menguraikan kode budaya yang melekat dalam
ucapan dan perilaku nonverbal.
 Aturan budaya decoding melibatkan etnosentrisme, filter budaya, emosi,
penilaian, stereotip dan ekspetasi, dan kognisi sosial.

8
 Saat kita tumbuh, kita mempelajari bagaimana memahami sinyal dan
menafsirkan pesan; yaitu, kita mempelajari aturan budaya decoding yang
tepat juga. Ekspetasi ini seringkali didasarkan pada stereotip implisit yang
kita miliki tentang bagaimana komunikasi “seharusnya.”
 Reaksi emosi berhubungan dengan ekspetasi itu, mulai dari penerimaan
dan kesenangan ketika ekspetasi dipenuhi, hingga kemarahan,
permusuhan, dan frustasi ketika ekspetasi dilanggar.

The Process of Intracultural and Intercultural Communication

 Komunikasi intrakultural adalah komunikasi di antara orang-orang dari


latar belakang budaya yang sama. (Ini juga dikenal sebagai komunikasi
interpersonal.)
 Komunikasi interkultural mengacu pada komunikasi antara orang-orang
dari latar belakang budaya yang berbeda. Ketika kita meneliti komunikasi
interkultural dalam detail mikromomenter, kita menemukan banyak proses
yang sama dengan komunikasi intrakultural. Tetapi dalam komunikasi
interkultural, orang-orang yang berinteraksi tidak harus berbagi aturan
yang sama.
 Perbedaan budaya dalam perilaku nonverbal membuat interaksi dan
komunikasi interkultural lebih sulit daripada komunikasi intrakultural.
Mereka banyak kendala potensial untuk komunikasi interkultural yang
efektif (Barna, 1996), termasuk:

1. Kesamaan asumsi. Orang mungkin secara naif mengganggap bahwa itu


sama, atau setidaknya cukup mirip untuk membuat komunikasi menjadi
mudah.
2. Perbedaan bahasa. Ketika orang mencoba untuk berkomunikasi dalam
bahasa yang mereka tidak sepenuhnya lancar, orang sering berpikir kata,
frasa, atau kalimat memiliki satu dan hanya satu makna-makna yang ingin
mereka sampaikan.
3. Kesalahan menafsirkan nonverbal. Kesalahpahaman dalam kaitannya
dengan interpretasi perilaku nonverbal dapat dengan mudah
menyebabkan konflik atau konfrontasi yang memecah proses komunikasi.

9
4. Prasangka dan stereotip. Terlalu mengandalkan stereotip dapat
mencegah kita melihat orang lain dan komunikasinya secara objektif, dan
dari mencari isyarat yang dapat membantu kita menafsirkan komunikasi
mereka dengan cara yang mereka maksudkan.
5. Kecenderungan untuk mengevaluasi. Perbedaan nilai-nilai budaya
dapat menghasilkan evaluasi negatif terhadap orang lain.
6. Kecemasan dan ketegangan yang tinggi. Komunikasi interkultural
sering dikaitkan dengan kecemasan dan stres yang lebih besar daripada
situasi komunikasi intrakultural yang lebih familiar. Terlalu banyak
kecemasan dan stres dapat menyebabkan proses pemikiran dan perilaku
yang disfungsi.

7. Ketidakpastian dan ambiguitas. Komunikasi antar budaya kemungkinan


dirusak oleh ketidakpastian dan ketidakjelasan, tidak hanya karena
pertanyaan mengenai pesan verbal, tetapi juga karena perbedaan budaya
dalam perilaku nonverbal yang terkait dengan pesan verbal. Ada
kemungkinan akan mengarah pada reaksi permusuhan yang
meningkatkan potensi kesalahpahaman, miskomunikasi, dan
misattribution tentang niat atau karakter, yang mengganggu koordinasi
sosial dan meningkatkan potensi konflik.
Teori reduksi ketidakpastian memperkirakan bahwa strategi-
strategi ini akan digunakan secara lebih luas dalam konteks komunikasi
dengan tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.
8. Konflik. Komunikasi antar budaya juga ditandai oleh potensi konflik yang
lebih besar. Selama pertemuan antarbudaya, kemungkinan besar bahwa
perilaku orang tidak akan sesuai dengan harapan kita. Kita sering
menafsirkan perilaku itu sebagai pelanggaran terhadap sistem nilai dan
moralitas kita. Mereka menghasilkan emosi negatif, yang mengganggu
konsep-diri kita. Konflik-konflik ini muncul dalam episode antarbudaya
tidak hanya dengan orang-orang tetapi juga dengan agen lain dari sistem
budaya (seperti transportasi umum, kantor pos, toko, bisnis). Interaksi ini
terikat untuk menonjolkan perbedaan dalam proses, yang pasti
menyebabkan konflik atau kesalahpahaman.

10
Meningkatkan Komunikasi Antar Budaya (Improving Intercultural
communication)

 Mindfulness mungkin sangat penting dalam menangani konflik dalam


komunikasi antar budaya (Tings-Toomey, 1996). Mindfulness
memungkinkan orang untuk sadar akan kebiasaan mereka sendiri, naskah
mental, dan harapan budaya mengenai komunikasi. Pperhatian
memungkinkan seseorang untuk sadar dan sadar tentang berbagai
karakteristik yang berhubungan dengan etnorelativisme.
 Tiga komponen perhatian mempengaruhi efektivitas antar budaya: faktor
motivasi, faktor pengetahuan, dan faktor keterampilan (Gudykunst, 1993).
o Faktor-faktor motivasi meliputi kebutuhan spesifik dari para
pelaku, daya tarik antara para pelaku, ikatan sosial, konsepsi, dan
keterbukaan terhadap informasi baru.
o Faktor pengetahuan meliputi harapan, jaringan bersama,
pengetahuan lebih dari satu perspektif, pengetahuan interpretasi
alternatif, dan pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan.
o Faktor keterampilan meliputi kemampuan berempati,
mentoleransi ambiguitas, menyesuaikan komunikasi, membuat
kategori baru, mengakomodasi perilaku, dan mengumpulkan
informasi yang sesuai.
o Ketiga faktor ini mempengaruhi jumlah ketidakpastian dalam suatu
situasi dan tingkat kecemasan atau stres yang benar-benar
dirasakan oleh orang yang berinteraksi. Tingkat kesadaran yang
tinggi mengurangi ketidakpastian dan kecemasan, sehingga
menghasilkan komunikasi yang efektif.

Jika ketidakpastian berkurang, maka mereka yang tidak aktif dapat


fokus pada konten sinyal dan pesan yang dipertukarkan. Komunikasi
antarbudaya adalah menguraikan bahasa kode: Langkah pertama
adalah menguraikan kode (mengurangi ketidakpastian); yang kedua
adalah menafsirkan dan merespons konten, setelah diuraikan.

Bilingualisme dan Budaya

Perbedaan Psikologis sebagai Fungsi dari Bahasa

11
 Orang yang mahir dua bahasa, setiap penggunaannya akan memiliki
makna/psikologis yang berbeda bagi orang tersebut
 Ervin (1964) membandingkan respon dari seorang bilingual Inggris-
Perancis terhadap sebuah gambar yang diambil dari Thematic
Apperception Test (TAT). Subjek memperlihatkan lebih banyak agresi,
otonomi, dan penarikan diri ketika menggunakan Bahasa Prancis daripada
saat menggunakan Bahasa Inggris, dan perempuan menunjukan
kebutuhan yang lebih besar akan prestasi ketika menceritakan gambar
dengan Bahasa Inggris. Ervin mengatribusikan perbedaan-perbedaan ini
dengan nilai kebudayaan Prancis yang lebih kental pada kecakapan verbal
dan perbedaan peran jenis kelamin yang lebih ketara.
 Percobaan imigran yang bilingual Korea-Inggris dan Cina-Inggris. Dan
ditemukan bahwa para imigran memiliki afiliasi budaya yang berbeda,yang
dapat diakses melalui bahasa yang bersangkutan dengan di mana budaya
tersebut dipelajari.
 Benet-Martinez dan para koleganya mengemukakan bahwa orang-orang
yang dwibahasa adalah juga dwibudaya, di mana hal ini mengharuskan
mereka untuk menyesuaikan identitas multikultural mereka dengan
konteks yang mereka temui dalam lingkungan mereka. Sehingga munculah
istilah code frame switching yang berarti proses di mana orang-orang
bilingual beralih dari satu ke lain makna sistem budaya.

Apakah Terdapat Keuntungan Bagi Orang-orang Bilengual dalam Kinerja


Kognitif?

 Sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini masih diperdebatkan oleh para


peneliti.
 Banyak sekali bukti-bukti yang menunjukan bahwa benar bahwa adanya
keuntungan bagi orang bilingual dalam kinerja kognitif, ada yang
mengemukakan bahwa orang-orang dengan dwibahasa lebih pandai
dalam menyelektif stimulus daripada orang-orang monolingual, bahwa
berpikir dalam bahasa kedua (second language) akan mengurangi bias
dalam mengambil keputusan, bahwa pengeksposan dini pada lingkungan
multilingual meningkatkan komunikasi yang efektif.

12
 Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tidak ada bukti yang konsisten
yang mendukung hipotesis bahwa bilingual meningkatkan penghambatan
kontrol mekanisme, memonitor, atau kemampuan mengalihkan (switching
abilities).

Persepsi Terhadap Orang-orang Bilengual

 Terdapat kesalahpahaman mengenai kecerdasan Para Bilingual, yang


dapat muncul ketika berkomunikasi dengan mereka.
 Foreign language processing difficulties -> Kesulitan dikarenakan para
bilengual memerlukan waktu yang lebih lama dalam merespon dan
kemungkinan juga akan mengalami kesulitan ketika memproses informasi.
Penyebabnya karena keterbatasan dalam menggunakan sebuah bahasa
dan karena adanya ketidakyakinan atau keambiguan mengenai makna
pesan yang dimaksud.
 Foreign language effect- > Para bilingual juga mungkin mengalami
kesulitan dalam pemikiran-pemikiran yang bersifat nonlinguistik. Istilah
ini mengacu pada penurunan yang sementara pada kemampuan berpikir
dari orang-orang yang menggunakan bahasa yang kurang mereka kuasai
daripada bahasa asal mereka.
 Takano dan Noda (1993) melakukan penelitian dengan mengumpulkan
para dwibahasa Jepang-Amerika. Mereka diminta untuk menyelesaikan
soal perhitungan matematika, yang satu dalam bahasa asli mereka dan
yang satu dalam bahasa asing yang mereka kuasai.
 Campur tangan dalam keduanya yaitu linguistik (foreign language
processing difficulty) dan nonlinguistik (foreign language effect) dalam
sebuah proses kognitif adalah normal atau umum terjadi pada para
bilingual.

Monolingualisme dan Sukuisme

 Orang-orang di Amerika Serikat telah berada di posisi yang aman (militer


dan ekonomi yang kuat)
-> Fakta ini membuat mayoritas dari warga amerika jadi merasa tidak butuh
untuk berinteraksi dan memahami sudut pandang budaya lain.
Kebanyakan dari mereka menolak bahasa lain selain bahasa Inggris.

13
 Padahal penolakan akan bahasa lain selain inggris ini, dan potensi
sukuisme ini dapat mengarah pada kejatuhan di masa yang akan datang.

SOAL BUDAYA

CHAPTER 9 – CULTURE, LANGUAGE, AND COMMUNICATION

1. Budaya manusia terbentuk dari pemahaman akan _________________


dan pembentukan ini difasilitasi oleh bahasa. Singkatnya, budaya manusia
‘ada’ karena kemampuan manusia untuk berbahasa.
A. shared intentionality
B. shared attentionality
C. shared language
D. shared vocabulary
E. shared comprehension
2. Mobil mewah, bukan mewah mobil. Kalimat tersebut mengacu pada sistem
aturan yang mengatur pembentukan kata dan bagaimana kata-kata itu
dapat dirangkai menjadi bentuk ucapan yang bermakna yang disebut…
A. Pragmatic
B. Syntax
C. Lexicon
D. Phonology
E. Semantic
3. Berikut ini yang membedakan antara phonemes dan morphemes adalah…
A. Morphemes merupakan unit terkecil dan terdasar dari bunyi dalam
sebuah bahasa. Sedangkan, Phonemes merupakan unit terkecil
dan terdasar dari arti dalam sebuah bahasa.
B. Phonemes merupakan unit terkecil dan terdasar dari arti dalam
sebuah bahasa. Sedangkan, Morphemes merupakan unit terkecil
dan terdasar dari bunyi dalam sebuah bahasa.
C. Morphemes merupakan unit terkecil dan terdasar dari arti dalam
sebuah bahasa. Sedangkan, Phonemes merupakan unit terkecil
dan terdasar dari bunyi dalam sebuah bahasa.

14
D. Morphemes merupakan unit terkecil dan terbesar dari bunyi dalam
sebuah bahasa. Sedangkan, Phonemes merupakan unit terkecil
dan terbesar dari arti dalam sebuah bahasa.
E. Phonemes merupakan unit terbesar dan tertinggi dari bunyi dalam
sebuah bahasa. Sedangkan, Morphemes merupakan unit terbesar
dan tertinggi dari arti dalam sebuah bahasa.
4. Berikut ini merupakan negara yang termasuk dalam High Context Culture
adalah...
A. Amerika
B. Jerman
C. Kanada
D. Indonesia
E. Perancis
5. Ada tiga komponen perhatian dalam mempengaruhi efektivitas antar
budaya, diantaranya yaitu: faktor motivasi, faktor pengetahuan, dan faktor
keterampilan. Hal ini dikemukakan oleh…
A. Takano dan Noda
B. Ervin
C. Tings-Toomey
D. Carroll dan Casagrande
E. Gudykunst

15

Anda mungkin juga menyukai