Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2021
Saya mensimbolkan diri saya sebagai Lampu Dian.
Karena nama saya adalah Dian Nita Sari yang mana kata “Dian" menurut orang tua saya
adalah lampu teplok/lampu kecil. Lampu teplok identik dengan masyarakat tradisional
zaman dahulu. Lampu teplok merupakan pelita dikala gelap gulita. Dahulu, sebelum listrik
masuk ke rumah-rumah, orang menggunakan lampu teplok. Lampu teplok, selain namanya
yang unik juga memiliki filosofi yang mendalam. Lampu teplok adalah lampu minyak tanah
yang bagian utamanya terdiri dari tampungan minyak tanah, sumbu, dan semprong yang
terbuat dari kaca. Sumbunya adalah bagian yang memancarkan api, dimana sumbu
berhubungan langsung dengan minyak tanah dan menyerapnya pelan untuk terus menyala.
Supaya nyala lampu stabil, maka digunakan pelindung atau tudung lampu berlubang di
bagian atas yang disebut semprong. Lampu akan terus menyala sampai minyak tanah yang
ada di tampungan terserap habis. Setelah digunakan, semprong lampu teplok selalu kotor
oleh asap. Terdapat bercak dan bahkan area berwarna hitam pada semprong. Akan tetapi,
lampu telpok akan bersih kembali apabila bagian semprongnya dilap. Setelah dibersihkan
lampu teplok bisa digunakan lagi. Hal terpenting bagi saya adalah orang tua saya berharap
saya tumbuh menjadi pribadi seperti lampu teplok. Orang tua saya memberikan nasehat
bahwa saya harus menjadi manusia sederhana yang berguna bagi lingkungan sekitar dan
sesama. Mampu menjadi penerang Bentuk dan lampu teplok cara saat gelap melanda.
Menjadi manusia yang berguna tentunya memerlukan perjuangan yang cukup besar. Dalam
setiap perjuangan selalu ada pengorbanan yang identik dengan luka. Asap hitam yang
lampu teplok bekerja merupakan gambaran dari pengorbanan dan luka tersebut. Apabila
asap hitam yang menempel pada semprong sudah dibersihkan, lampu teplok dapat
digunakan kembali. Semprong berbahan dasar kaca yang tipis harus dibersihkan atau dilap
secara pelan-pelan agar kacanya tidak mudah pecah. Selain itu, sebagai pribadi yang
diharapkan seperti lampu dian atau lampu teplok, saya harus ikhlas menghadapi semua luka
yang mewarnai setiap perjuangan saya. Dengan sikap yang demikian, saya akan selalu
muncul dan bersinar menerangi pada saat kegelapan. Oleh karena itu, lampu dian atau
lampu teplok adalah benda yang menurut saya paling menggambarkan diri saya walaupun