PRESENTER DI STUDIO
Kelompok 5 :
Fretty Yollanda Wibowo 44117010104
Elisa Nur Fadillah 44117010063
Veranica Cahya Ningtyas 44117010125
Alvi Sahara 44117010052
Shafa Sawitri 44117010010
Yoga Prasatia Rajap 44117010033
Arjun Aidil Akbar 44117010061
M. Rizky Nurbaito 44117010059
Rizky Erpiansyah 44117010073
Adi Prabowo 44117010016
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan kemampuan dan kekuatan kepada penulis untuk
dapat menyelesainkan tugas ini.
Dalam menyelesaian tugas penulis berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat
mencapai kesempurnaan, namun sebagai hambah Allah SWT yang menyadari sepenuhnya atas
segala kekurangan, kehilafan dan kesalahan. Olehnya itu, penulis menerima kritikan dan saran
dari semua pihak dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga apa yang terdapat dalam penulisan
tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca utamanya bagi kami sendiri dalam pengembangan
pengetahuan di masa yang akan datang dan segalanya bernilai ibadah disisi Allah SWT, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum menggunakan lampu-lampu listrik dalam tata cahaya yang ada sekarang ini,
maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangannya.
Setelah manusia mengenal api sebagai sumber pemanas dan penerang maka manusia
memanfaatkan api sebagai alat penerang pementasan. Mula-mula manusia memakai api
unggun sebagai alat penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian setelah
ditemukan minyak maka alat penerang berkembang menjadi obor, blencong, cempor dan lain
sebagainya.
Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan
penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang datar.
Oleh karena itu, melalui tata cahaya sebagai salah satu kekuatan artistik teater maka harus
dapat memukau dan mencekam agar penonton betah untuk menyaksikan jalannya
pertunjukan. Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan oleh tata cahaya itu harus dapat
mengungkapkan dan mendukung pemeranan yang hidup dan berkesan dalam pada batin
penonton. Cahaya yang artistik disini juga mengandung pengertian cahaya yang dapat
menyiapkan perhatian, mengukuhkan suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
BAB II
PEMBAHASAN
Satu objek tunggal misalnya harus mendapat pencahayaan dasar ( basic lighting/three
point lighting ) dari 3 arah yaitu dari arah belang yang disebut sebagai back light, dari arah depan
serong lebih kurang 30 derajat kekiri/kekanan yang disebut sebagi key light, serta dari arah
depan serong lebih kurang 30 derajat kekanan / kekiri yang diosebut sebagai fill light.
1. Octagon Softbox
Berfungsi untuk merefleksikan cahaya dari lampu flash sehingga lebih merata dan tidak
ada hotspot cahaya,selain itu Oktagon Softbox juga menghasilkan efek bayangan yang
lembut.
2. Standar Reflektor
Biasanya setiap pembelian lampu flash studio dillengkapi dengan standar reflector yang
menghasilkan cahaya yang keras dan sangat kuat dengan sudut pancaran terbatas.
3. Payung Studio
Untuk menghasilkan efek bayangan yang lebih halus serta pancaran cahaya yang lebih
luas di bandingkan dengan standar reflector.
4. Traiger
Alat ini dipasang di kamera anda agar lampu studio bisa menyala saat tombol rana
kamera ditekan, pemasangan alat ini maksudkan agar fotografer dapat leluasa bergerak
tanpa direpotkan oleh kabel sinkronisasi yang terpasang dikamera.
2.4 TUJUAN TATA CAHAYA
Tujuan tata cahaya ada 6 yaitu:
1. Mengadakan pilihan bagi segala hal yang diperlihatkan maksudnya adalah dengan tata
cahaya mencoba membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
2. Mengungkapkan bentuk sehingga objek yang kena cahaya akan menampakkan bentuknya
yang wajar, maka dari itu penyebaran sinar harus memiliki tinggi-rendah derajat
pencahayaan yang memberikan keaneka ragaman hasil perbedaan tinggi-rendahnya
derajat pencahayaan itu.
3. Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan
gambaran cahaya wajar yang memberi petunjuk-petunjuk terhadap waktu sehari-hari,
waktu setempat dan musim. Disamping itu juga termasuk pembuatan cahaya lampu tiruan
di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan lain-lain.
4. Membuat komposisi, yaitu menggunakan unsur cahaya berdasar atas rancangan, sehingga
melahirkan suatu komposisi yang menunjang kehadiran para pemerannya. Cahaya lampu
harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memusatkan perhatian penonton pada setiap
gerakkan pemeran dan menimbulkan gagasan baru.
5. Menciptakan suasana, yaitu dengan menata cahaya maka diharapkan akan menimbulkan
perasaan atau efek kejiwaan penonton. Cara yang ditempuh yaitu dengan pemakaian
warna dan cahaya keteduhan.
6. Untuk mendapatkan gambar yang menarik dan mendukung suatu produksi visualisasi
dari naskahcerita atau music.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan mengunakan tata cahaya pencahayaan pada kamera mampu melihat obyek
dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang,
waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan jadi tata
cahaya sangat penting dalam setiap pementasan dan lain-lain.
3.2 SARAN
Untuk menghasilkan cahaya yang bagus dan hasil yang maksimal sebaiknya tata cahaya
dikelolah dengan baik dan benar sesuai dengan standard an prosedur yang ada berdasarkan
kualitas dan unsrur-unsur yang ada dalam tata cahaya.