Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AKHIR MODUL 3

MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN DALAM INGATAN MANUSIA

Disusun Oleh
ENDANG SUNARSIH, S.Pd.
19050354010061

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN GELOMBANG III


PROGRAM SERTIFIKASI AKUNTANSI DAN KEUANGAN
UNIVESITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia, artinya setiap hal yang dilakukan
manusia akan melibatkan kerja otak. Otak merupakan tempat menerima, menyimpan
kemudian mengenaliinformasi yang ada, artinya otak adalah pusat ingatan manusia
(Markowitz dan Jensen, 2002). Di dalam otak tersimpan berbagai macam informasi.
Bermacam-macam jenis ingatan juga ada dalam otak manusia. Selama otak dalam
keadaan sehat manusia akan selalu melakukan proses mengingat.
Mengingat adalah salah satu perbuatan menyimpan hal-hal yang sudah pernah
diketahui untuk dikeluarkan dan pada saat lain digunakan kembali. Mengingat sering
diasosiakan dengan aktivitas mental dalam memperoleh pengetahuan dan memecahkan
masalah. Ingatan atau memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak
dalam pengambilan informasi. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun mengenai
pengalaman kita maka tidak ada satu hal pun yang dapat dipelajari. Kemampuan
mengingat peserta didik erat kaitannya dengan kegiatan belajar.
Pada saat belajar peserta didik menggunakan kemampuan mengingat untuk
memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Tanpa ingatan,
sulit bagi kita untuk merefleksikan diri karena pemahaman diri tergantung dari kesadaran
dan hanya dapat terlaksana dengan adanya ingatan. Pengolahan informasi yang terjadi di
dalam sistem koordinasi disimpan dalam memori berupa sebuah pengalaman belajar.
Informasi terus memasuki pikiran melalui panca indera kita, sebagian ada yang di simpan
dalam ingatan kita dalam waktu yang singkat dan kemudian dilupakan. Pentingnya
pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia agar mempermudah kegiatan belajar
dan tetap konsisten dalam sistem penyelesaian masalah tiap individu.
Tanpa adanya pengolahan informasi dari pengalaman yang ada maka sulit bagi setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan belajar sebab tidak semua informasi yang kita
peroleh dapat tersimpan dalam waktu lama di dalam ingatan. Dalam makalah ini penulis
bermaksud menjabarkan tentang pentingnya pengorganisasian informasi atau
pengetahuan dalam ingatan manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem memori manusia ?
3. Bagaimana penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
tentang:
1. teori pengolahan informasi
2. sistem memori manusia
3. penerapan teori pengolahan informasi dalam belaj
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pengolahan Informasi


Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Penggolahan
informasi dapat pula dikatakan sebagai proses bagaimana respon individu terhadap
informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi
kognitif. Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar
yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi
memiliki suatu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal
belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat
penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang
diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Penelitian pengolahan
informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Belajar dan pengolahan
informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, maka
dikembangkanlah model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan
menggambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model
belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan
melalui skema yang dikutip berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural sistem
informasi, yaitu:
a) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
b) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang sadar.
c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau
pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).

B. Sistem Memori Manusia


Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling
berkaitan. Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu
struktur yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori
juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang
rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori
terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan
yang ada di dalamnya. Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an
mengajukan tiga (3) struktur memori yaitu:
a) Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut
akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut
akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas
atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’
atau ‘ingatan inderawi’. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa, seperti yang telah sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan yang
disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan
atau keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan.
b) Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari
informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa
tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka
pendek ini dapat bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.
c) Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang
permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari memori jangka pendek yang selalu
diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat
permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Informasi yang sudah
tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang. Selain pengulangan
atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar
suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
(a) Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang
tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan
jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan
pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI
pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
(b) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa
daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4,
49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut
yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
(c) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu
yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan
memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya
akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi
juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat
menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.

C. Penerapan Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar


Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima
individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan
informasi dapat dikatakan sebagai bentuk respon individu terhadap informasi yang di
berikan oleh lingkungan di sekitarnya. Pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang
diperoleh lebih dulu oleh seseorang, akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan
baru yang lebih rinci.
Gagasannya mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari umum ke khusus, dari
keseluruhan ke rinci yang sering disebut sebagai subsumptive sequence menjadikan
belajar lebih bermakna bagi siswa. Kita dapat mencatat bahwa karakteristik penting dari
proses belajar manusia dan pengorganisasian memori. Pendekatan kognitif untuk belajar
memberikan peran penting untuk proses organisasi dan menekankan peran aktif dari
peserta didik.
Pelajar aktif dipandang sebagai pengolahan informasi yang akan dipelajari, bukan
hanya pasif mendaftarkan informasi. Pendekatan organisasi untuk belajar dan memori
mengasumsikan bahwa kita mencoba untuk mengorganisir informasi ke dalam beberapa
pola yang bermakna, dan merancang strategi, rencana dan merumuskan hipotesis tentang
informasi yang dikodekan dan strored dalam memori. Informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang diasumsikan sangat terorganisir untuk memanfaatkan kapasitas
penyimpanan yang tersedia dan membantu dalam pencarian dan pengambilan informasi.
Akibatnya, informasi yang masuk biasanya hati-hati mengatur kembali sehingga
informasi baru yang terintegrasi dan dibuat kompatibel dengan organisasi yang ada di
memori jangka panjang. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal
yang dijadikan bahan belajar. Ketika individu belajar, berlangsung proses mengingat,
untuk menyimpan informasi ke dalam longterm memory (materi memory atau ingatan) dan
strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas). Pengetahuan yang diproses dan
dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk
skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemrosesan informasi
dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi.
Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor
stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi,
teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video.
Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer
dalam dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang
mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam
pendesainan multimedia instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia
berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen
pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi. Antara belajar dan pengolahan informasi
adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi
proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses belajar yang dijalankan oleh
individu tersebut (peserta didik).
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori
manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan
mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya
untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan suatu penyleksian, pengorganisasian danpengubahan
terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk
memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam
hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang
ditujukan pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan
kembali (retrival). Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari
pembelajaran adalah:
a. Membimbing untuk menerima stimulus
b. Memperlancar pengkodean
c. Memperlancar penyimpanan dan retrival

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric
Memori), Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka
Panjang (Long Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke
stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

Anda mungkin juga menyukai