Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Pembimbing :

Dr. Eko Heny Sutanto, Sp. OG.,(K).,M.Kes

Disusun Oleh :

Cendy Andestria

2015730020 / 2018790028

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2019
I. STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. HS
Usia : 37 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL. Bojong Nangka, RT01/RW03 Cisarandi,
Warung Kondang, Cianjur
Tanggal Masuk RS : 01/11/2019

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis, tgl 01/11/2019, pkl 10.30, Ruang IGD)
Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir sejak 1 ½ jam yang lalu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke IGD Kebidanan RSUD Sayang dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir sejak 1 ½ jam SMRS (Pukul 09.00). OS mengaku darah yang keluar cukup
banyak sehingga harus mengganti pembalut 3 x dalam waktu ± 1 ½ jam. Darah yang
keluar berwarna merah segar encer, menggumpal (-), bercampur lendir (-). Saat ini OS
mengaku sedang hamil 8 bulan lebih. Keluhan disertai dengan pusing, lemas. OS
mengaku gerak janin masih terasa. Keluhan nyeri pada perut disangkal, mulas-mulas
sebelumnya disangkal, keluar air-air ketuban disangkal. Demam (-), nyeri kepala (-),
sesak (-), BAK dan BAB tidak ada gangguannya.
Sebelum terjadinya perdarahan, OS mengaku sedang mengendarai motor, lalu
perut OS terasa tidak nyaman (mengganjal) rasanya seperti ingin BAK, namun ternyata
setelah di cek OS mengalami perdarahan. Selanjutnya OS langsung ke Puskesmas
untuk berobat.
Saat di Puskesmas, OS di USG dan dokter mengatakan bahwa perdarahannya
disebabkan oleh posisi plasenta berada di bagian bawah rahim, selanjutnya OS dirujuk
ke RS.
OK mengaku perdarahan ini terjadi pertama kali dan tidak ada riwayat
perdarahan dikehamilan sebelumnya. OK mengaku tidak bekerja yang berat-berat
selama kehamilan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya tidak ada riwayat hipertensi, diabetes (-), penyakit
kardiovaskuler (-), penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), dan penyakit liver (-). Riwayat
operasi (-). Riwayat keguguran (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal dikeluarga terdapat penyakit hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskuler, penyakit paru, hati dan ginjal sebelumnya.
Riwayat Alergi
Pasien tidak terdapat alergi terhadap obat-obatan, makanan, minuman, cuaca atau
suhu tertentu dan debu.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku selama hamil mengonsumsi asam folat dan penambah darah
yang diberikan oleh bidan dan rutin dikonsumsi.
Riwayat Psikososial
Pola makan pasien tidak teratur, 2-3 x/hari. Sehari-hari pasien mengonsumsi
nasih putih, lauk pauk, dan sayur-sayuran jarang mengonsumsi buah dan tidak suka
makanan pedas. Pasien mengaku tidak mengonsumsi alkohol, merokok (-),kopi (-) serta
jarang berolahraga. Saat awal kehamilan pasien mengaku mengalami mual & muntah
namun tidak menganggu aktivitas.
Riwayat Pernikahan
Saat ini merupakan pernikahan pasien yang pertama dan telah berjalan selama 17
tahun, pasien menikah pada usia 20 tahun.
Riwayat Menstruasi
 Menarche : usia 14 tahun (saat SMP)
 Siklus Haid : teratur
 Lama haid : 5 – 7 hari
 Panjang siklus : 28 – 30 hari
 Hari Pertama Haid Terakhir : 5 Maret 2019
Riwayat Persalinan

Riwayat Kontrasepsi
OS mengaku sebelummnya menggunakan KB suntik & KB Implan (terakhir) selama 2
tahun dan baru dilepas pada bulan Januari 2019.
Riwayat Obstetrik
 Hari Pertama Haid Terakhir : 5 Maret 2019
 Taksiran persalinan : 12 Desember 2019
 Gravida : G4P0A0
 Usia kehamilan : 34 - 35 minggu
 ANC : rutin setiap bulan ke bidan
III. STATUS FISIK GENERALIS
(Pemeriksaan tgl 01/11/2019, pukul 10.45, Ruang IGD)
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Nadi : 92 x/menit
 Pernapasan : 21 x/menit
 Suhu : 36.7 ºC
 Status Gizi
 BB : 66 kg
 TB : 154 cm
 IMT : 27.8 kg/cm²
 LILA : 28 cm
 Kepala : normocephal, trauma (-)
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), pupil bulat &
isokor
 Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis (-/-)
 Leher : pembesaran KGB (-/-)
 Payudara : simetris, hiperpigmentasi pada kedua areola mamae, puting menonjol
(+), ASI (-)
 Thorax
 Paru-paru
 Inspeksi : normochest, dinding dada simetris, tanda luka (-)
 Palpasi : vocal fremitus teraba sama
 Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : vesikular (+/+)
 Jantung : BJ I/BJ II regular
 Abdomen : cembung lunak, teraba masa, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas atas : akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT ≤ 2 detik
bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT ≤ 2 detik

IV. STATUS OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


 Pemeriksaan luar
 Inspeksi :
 Abdomen : cembung (+), linea nigra (+), striae gravidarum (+), bekas
operasi (-)
 Alat kelamin : tampak adanya bercak darah berwarna merah segar cair, tidak
menggumpal dan tidak begitu banyak, tidak ada benjolan pada
labia mayora/minora
 HIS : (-)
 Palpasi : TFU 30 cm {TBJ : (30 – 12) X 155 = 2790 g}
 Leopold I : teraba lunak, bulat agak lebar (bokong)
 Leopold II : teraba punggung di sebelah sisi kanan dan bagian-bagian kecil di
sebelah sisi kiri
 Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala)
 Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
 Auskultasi : DJJ 148 x/menit
 Pemeriksaan Dalam/VT : tidak dilakukan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Tanggal : 01 November 2019, pukul 11.20 , IGD Kebidanan)

Pemeriksaan USG
VI. RESUME
Ny. HS datang ke IGD Kebidanan RSUD Sayang dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir sejak 1 ½ jam SMRS (Pukul 09.00) tanpa disertai nyeri dan baru pertama
kali. Darah yang keluar cukup banyak sehingga harus mengganti pembalut 3 x dalam
waktu ± 1 ½ jam. Darah yang keluar berwarna merah segar encer, menggumpal (-),
bercampur lendir (-). Saat ini OS mengaku sedang hamil 8 bulan lebih. Keluhan disertai
dengan pusing, lemas, gerak janin masih terasa.
Sebelum ke RS, OS ke Puskesmas dan di USG dan dikatakan kehamilannya
dengan plasenta berada dibagian bawah rahim.
OS sedang hamil 34 – 35 mgg, dengan HPHT 5 Maret 2019. TP 12 Desember
2019. TTV dalam batas normal. Pemeriksaan generalis : CA (-/-), akral hangat, CRT ≤
2 detik. Pemeriksaan luar : TFU 30 cm, LI : bokong, LII : puka, LIII : kepala, LIV :
belum masuk PAP. Pemerikaan dalam : Tidak dilakukan. Pemeriksaan Lab : Hb (11
g/dL), Ht (31.0 %), Trombosit (127 103/µl)
VII. DIAGNOSIS MASUK

VIII. FOLLOW UP
IX. ANALISIS KASUS
X. TINJAUAN PUSTAKA
PLASENTA PREVIA
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. (L.prae = di depan, vias = jalan). Implantasi
plasenta normalnya terjadi di dinding depan, dinding belakang rahim atau di fundus
uteri.
Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan ketika endometrium kurang
baik, misalnya akibat atrofi endometrium atau vaskularisasi desidua yang kurang baik.
Keadaan ini dapat ditemukan pada :
1. Multipara, terutama kalau jarak antar kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretase berulang
4. Umur berlanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Perubahan inflamasi atau atrofi
Klasifikasi

Pembagian klasifikasi plaseta previa dibagi menjadi :


1. Plasenta previa totalis – seluruh ostium tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis/parsialis – sebagian ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis – hanya di pinggir ostium terdapat jaringan plasenta
4. Plasenta letak rendah – implantasi plasenta rendah tapi tidak sampai ke ostium
(tepi plasenta berjarak < 5 cm dari pinggir ostium)
5. Vasa previa – pembuluh darah janin terdapat di membrane yang melintasi ostium

Kadang digunakan istilah plasenta previa sentralis, artinya plasenta terletak di


sentral terhadap ostium uteri internum
Penentuan macam plasenta previa bergantung kepada besar pembukaan.
Misalnya, plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta
previa lateralis pada pembukaan 5 cm; begitu pula plasenta previa totalis pada
pembukaan 3cm dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm.

Oleh sebab itu, penentuan macam plasenta previa harus disertai dengan
keterangan mengenai besar pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada
pembukaan 5 cm.

Dengan kemajuan diagnostik, plasenta previa dapat dibedakan dengan jelas dari
plasenta letak rendah. Bila plasenta previa sentralis ditegakkan secara ultrasonografi
pada trimester terakhir kehamilan, kita tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan klinis
di kamar operasi, dan operasi dapat segera dilakukan.

Gejala
1. Perdarahan tanpa nyeri – merupakan gejala terpenting. Pasien mungkin berdarah
sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun, baru setelah ia bangun, ia merasa
bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan akibat plasenta previa baru timbul
setelah bulan ke – 7 hal ini disebabkan oleh :
a. Perdarahan sebelum bulan ke-7 memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan oleh gerakan antara plasenta
dengan dinding rahim
Keterangan :
Setelah bulan ke-4, terjadi renggangan dinding rahim karena isi rahim lebih
cepat tumbuh daripada rahim sendiri. Akibatnya, istmus uteri tertarik dan menjadi
bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, regangan tidak mungkin terjadi tanpa ada pergeseran
antara plasenta dengan dinding rahim. Waktu perdarahan bergantung pada
kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam
kehamilan tidak perlu ada his untuk mrnimbulkan perdarahan tapi sudah jelas
dalam persalinan, his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian
plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada
plasenta terjadi karena plasenta terlepas dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim, regangan dinding rahim dan
tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan, regangan
bertambah lagi, dan menimbulkan perdarahan baru.
Darah terutama berasal dari ibu, yakni ruangan intervilosa. Akan tetapi, darah
dapat juga berasal dari anak bila jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta
yang lebih besar terbuka.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi – disebabkan oleh plasenta terletak di kutub
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Kelainan letak – lebih sering timbul pada plasenta previa karena ukuran panjang
rahim berkurang.
Jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal,
robeknya marginal. Sementara itu, robekan pada plasenta letak rendah terjadi
hanya beberapa cm dari tepi plasenta (< 5cm)
Juga harus dikemukakan bahwa pada plasenta previa mungkin sekali terjadi
perdarahan pascasalin karena :
1. Terkadang plasenta lebih erat melekat ke dinding rahim (plasenta akreta)
2. Daerah perlekatan plasenta luas
3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan
pembuluh darah pada inersi plasenta tidak baik
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat dengan
ostium, dan merupakan port d entrée yang mudah dicapai. Bahaya yang melanda
ibu :
1. Syok hipovolemik
2. Infeksi –sepsis
3. Emboli udara (jarang)
4. Kelainan koagulopati hingga syok
5. Kematian
Bahaya yang melanda anak meliputi :
1. Hipoksia
2. Anemia
3. Kematian
Bahaya-Bahaya Pemeriksaan
Perdarahan pada wanita hamil di trimester ketiga harus selalu dicurigai akibat
plasenta previa atau solusio plasenta. Segera kirim kerumah sakit tanpa terlebih
dahulu memeriksa dalam atau memasang tampon, karena dapat menambah perdarahan
dan kemungkinan infeksi.

Oleh sebab perdarahan pada wanita hamil terkadang disebabkan oleh pecah
varises dan kelainan serviks (polip, erosi, karsinoma), di rumah sakit dilakukan
pemeriksaan inspekulo terlebih dahulu untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Pada
plasenta previa, darah akan terlihat keluar dari ostium uteri eksternum.

Pemeriksaan fornises juga dapat dilakukan dengan hati-hati. Jika tulang kepala
mudah teraba, kemungkinan plasenta previa kecil. Sebaliknya, jika antara jari – jari
kita dan kepala teraba bantalan lunak (yakni jaringan plasenta), kemungkinan plasenta
previa besar sekali. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala
karena pada letak sungsang bagian terendahnya lunak (bokong), sehingga sukar
dibedakan dengan jaringan lunak plasenta.

Diagnosis
1. Anamnesis – perdarahan tanpa keluhan berulang.
2. Pemeriksaan dalam – dari perabaan fornises, teraba bantalan lunak pada
presentasi kepala. Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila
dilakukan di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi segera. Cara
“double set-up” ini hanya dilakukan apabila terapi aktif, yakni terminasi
kehamilan akan dilakukan.
3. Ultrasonografi – diagnosis plasenta previa (dengan sedikit perdarahan) yang
diterapi ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Ketepatan USD transabdominal mencapai 95 – 98%, sementara USG
transvaginal/perineal lebih tinggi lagi. Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta
previa/letak rendah seringkali sudah dapat ditegakkan sejak dini sebelum
kehamilan trimester ketiga. Namun, dalam perkembangannya dapat terjadi
migrasi plasenta.
Penatalaksanaan
1. Terminasi – kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut. Misalnya, ketika kehamilan sudah cukup bulan tetapi perdarahan
banyak, parturient dan anak mati (tidak selalu)
2. Cara vaginal – untuk menekan plasenta previa sehinggan dengan demikian
menutup pembuluh darah yang terbuka (tamponade placenta)
3. Seksio sesarea – untuk mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi
dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea juga mencegah robekan serviks
yang cukup sering terjadi pada persalinan pervaginam.
4. Ekspektatif – dilakukan bila janin masih kecil sehingga kemungkinannya hidup di
luar kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan bila keadaan ibu
baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Syarat terapi ekspektatif ialah bahwa keadaan ibu dan anak masih baik
(hemoglobin normal) dan perdarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif,
pasien dirawat di RS hingga berat anak ± 2500 gr atau kehamilan telah mencapai
37 minggu. Selama terapi ekspektatif, lokasi plasenta coba ditentukan dengan
USG dan keadaan umum ibu diperbaiki. Bila kehamilan 37 minggu telah tercapai,
kehamilan diakhiri menurut salah satu cara yang telah diuraikan.
Penderita plasenta previa juga harus diberi antibiotik, mengingat kemungkinan
infeksi yang besar akibat perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterine. Jenis
persalinan yang dipilih berdasarkan faktor berikut :
 Perdarahan banyak atau sedikit
 Keadaan ibu dan anak
 Besar pembukaan
 Tingkat plasenta previa
 Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara dan tingkat plasenta
previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea, sebaliknya dapat
dilakukan dengan cara pervaginam.
Bila perdarahan sedikit dan anak masih kecil (belum matur),
dipertimbangkan terapi ekspektatif. Perlu diperhatikan bahwa melakukan
tindakan apapun pada penderita plasenta previa, darah harus tersedia cukup.
Cara – cara vaginal terdiri dari :
1. Pemecahan Ketuban
Dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis
dan lateralis yang menutup ostium kurang dari setengah bagian. Pada
plasenta previa lateralis yang plasentanya terdapat di sebelah belakang, lebih
baik dilakukan seksio sesarea karena dengan pemecahan ketuban, kepala
kurang menekan pada plasenta karena tertahan promontorium. Yang dalam
hal ini dilapisi lagi oleh jaringan plasenta.
Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena :
 Setelah pemecahan ketuban, uterus beretraksi sehingga kepala anak
menekan plasenta
 Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan
dinding rahim sehingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan
dinding rahim.
 Bila his tidak ada atau kurang kuat, infus oksitosin dapat diberikan
setelah pemecahan ketuban. Bila perdarahan tetap ada, dilakukan seksio
sesarea.
2. Versi Braxton Hicks
Tujuannya ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong untuk
menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu. Versi ini dapat
dilakukan pada anak yang sudah mati/masih hidup. Meningat bahayanya,
yakni robekan serviks dan segmen bawah rahim, perasat ini tidak memunya
tempat lagi di RS besar. Syarat melakukan versi ini ialah pembukaan harus
dapat dilalui oleh 2 jari supaya dapat menurunkan kaki.
3. Cunam Willett – Gauss
Tujuannya untuk mengadakan tamponade plasenta dengan kepala. Kulit
kepala anak dijepit dengan cunam Willett –Gauss dan diberi pemberat 500
gr. Cara ini sudah tidak pernah digunakan lagi.
5. Seksio sesarea
Bertujuan untuk mempersingkat lama perdarahan dan mencegah robekan
serviks dan segmen bawah rahim. Robekan serviks dan segmen bawah rahim
mudah terjadi bila anak dilahirkan per vaginam, karena daerah tersebut pada
plasenta previa banyak mengandung pembuluh darah.
Seksio sesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya bila perdarahan sedemikian hebat.
Seksio sesarea pada plasenta previa, selain dapat mengurangi kematian bayi,
terutama juga dilakukan untuk kepentingan ibu. Oleh karena itu seksio sesarea,
juga dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.
Pada vasa previa, persalinan harus dilakukan dengan seksio sesarea. Pecah
ketuban pada vasa previa akan berakibat fatal karena aka disertai dengan
pembuluh darah.

Komplikasi
1. Perdarahan, anemia, syok bahkan morbiditas
2. Plasenta akreta, inkreta atau bahkan plasenta perkreta
3. Malpresentasi janin
4. Prematuritas, gawat janin bahkan lahir mati.
5. Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham et al. 2018. Obstetri William. Edisi 25th. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Djamhoer, dkk. 2013. Obstetri Patologi. Jakarta : EGC
3. 2018. Panduan Praktik Klinik Obstetri & Ginekologi 2018 Edisi II. Bandung : GME
Obgyn Unpad, RSHS

Anda mungkin juga menyukai