Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Filtrasi (Revisi)


PEMBIMBING : Keryanti S.T, M.T

Praktikum : 08 November 2019


Penyerahan Laporan : 15 November 2019

Oleh :

Kelompok : VII (Tujuh)


Nama : 1. Sahrul Mulyadi NIM 171411025
2. Sherly Dea Y.L NIM 171411026
3. Teguh Fatwa P NIM 171411027
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi makhluk hidup.
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi
syarat kesehatan; yang dapat ditinjau dari aspek fisika, kimia, dan biologi.
Adanya perkembangan industri dan pemukiman dapat mengancam kualitas air
bersih, sehingga diperlukan upaya perbaikan baik secara sederhana maupun
modern. Pengolahan air merupakan salah satu upaya untuk memperoleh air
bersih untuk kebutuhan rumah tangga, instansi pendidikan maupun untuk
kebutuhan industri.
Dalam memenuhi kebutuhan produksi suatu industri yang semakin
bertambah dan berkembang pesat diperlukan suatu sistem yang dapat
menunjang kebutuhan produksi tersebut. Salah satu proses yang biasanya
dilakukan dalam suatu industri yaitu proses pemurnian atau pemisahan dalam
pengolahan untuk menghasilkan suatu produk. Pengolahan air dengan
pemurnian atau pemisahan tersebut dapat dilakukan secara fisika, kimia dan
biologi, ketiga proses tersebut saling berkesinambungan untuk memperoleh
kualitas air yang memenuhi standar. Pada praktikum ini dilakukan proses
pengolahan air bersih secara fisika, yaitu proses filtrasi.
Pengolahan air secara fisika merupakan salah satu tahap dari
pengolahan air dengan tujuan dapat mengurangi zat padat yang terkandung
dalam air. Maksud dari zat padat tersebut ialah zat padat terlarut, tersuspensi
atau koloid, sehingga dapat dicapai kualitas air yang memenuhi syarat kualitas
air secara fisika. Secara umum, proses filtrasi adalah proses yang digunakan
pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat)
yang terdapat dalam air dengan menggunakan filter.

2
1.2 Tujuan
1. Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan pada proses filtrasi
kontinyu limbah air terigu

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Filtrasi


Filtrasi adalah operasi pemisahan campuran yang heterogen
antara fluida dan partikel-partikel padatan oleh media filter yang
meloloskan fluida tetapi menahan partikel-partikel padatan,
dengan cara melewatkan fluida melalui suatu media penyaring
atau septum yang dapat menahan zat padat (Pinalia,2011). Filter
yang digunakan dalam proses filtrasi biasanya dianggap sebagai saringan
yang menangkap/ menahan zat padat tersuspensi diantara media filter.
Proses filtrasi terutama tergantung pada gabungan dari mekanisme fisika
dan kimia yang kompleks dan yang terpenting yaitu adsorpsi. Jenis
filtrasi dan disinfeksi yang dipakai bervariasi misalnya pada filtrasi
digunakan filter karbon aktif, pasir silica, dan zeolite (Munawaroh,2016).

2.2 Tipe filter


Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filter pasir cepat dan filter pasir
lambat.
2.2.1 Filter Pasir Cepat
Filter pasir cepat atau rapid sand filter adalah filter yang
mempunyai kecepatan filtrasi cepat, berkisar 4 hingga 21
m/jam. Filter ini selalu didahului dengan proses koagulasi –
flokulasi dan pengendapan untuk memisahkan padatan
tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir cepat
berkisar 5 – 10 NTU maka efisiensi penurunan kekeruhannya
dapat mencapai 90 – 98%. Bagian-bagian dari filter pasir
cepat meliputi :
a. Bak filter, merupakan tempat proses filtrasi berlangsung.
Jumlah dan ukuran bak tergantung debit pengolahan
(minimum dua bak).
b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang
membentuk pori-pori di antara butiran media. Pada pori-
pori inilah air mengalir dan terjadi proses penyaringan.
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem
pengaliran air yang telah melewati proses filtrasi yang
terletak di bawah media filter. Underdrain terdiri atas:
 Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral
sebagai jalan
masuknya air dari media filter ke dalam pipa.
 Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di
sepanjang pipa manifold.
 Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air
dari lateral dan mengalirkannya ke bangunan
penampung air.
Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut:
Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan
tersaring di media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati
media pasir dan penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral,
terkumpul di pipa manifold, dan akhirnya air keluar menuju bak
penampung.
1. Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan
menyumbat pori-pori media sehingga terjadi clogging
(penyumbatan). Clogging ini akan meningkatkan headloss
aliran air di media. Peningkatan headloss dapat dilihat dari
meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya
debit filtrasi. Untuk menghilangkan clogging, dilakukan
pencucian media.
2. Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik
pada media (backwash) dengan tujuan untuk mengurai media
dan mengangkat kotoran yang menyumbat pori- pori media
filter. Aliran air dari manifold, ke lateral, keluar orifice, naik
ke media hingga media terangkat, dan air dibuang melewati
gutter yang terletak di atas media.
3. Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali.
2.2.2 Filter Pasir Lambat
Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang
mempunyai kecepatan filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4
m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media
pasir lebih kecil (effective size = 0,15 – 0,35 mm). Filter pasir
lambat merupakan sistem filtrasi yang pertama kali digunakan
untuk pengolahan air, dimana sistem ini dikembangkan sejak tahun
1800 SM. Prasedimantasi dilakukan pada air baku mendahului
proses filtrasi.
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk
menghilangkan kandungan bahan organik dan organisme patogen
pada air baku yang mempunyai kekeruhan relatif rendah. Filter
pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan
kekeruhan air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat
tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas
permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi.
Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan
lapisan biofilm di beberapa milimeter bagian atas lapisan pasir
halus yang disebut lapisan hypogeal atau schmutzdecke. Lapisan ini
mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan larva serangga
air. Schmutzdecke adalah lapisan yang melakukan pemurnian
efektif dalam pengolahan air minum. Selama air melewati
schmutzdecke, partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan
teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri, fungi, dan protozoa.
Proses yang terjadi dalam schmutzdecke sangat kompleks dan
bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical straining terhadap
kebanyakan bahan tersuspensi dalam lapisan tipis yang berpori-pori
sangat kecil, kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan ini
meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang
menyebabkan aliran mengecil. Ketika kecepatan filtrasi turun
sampai tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan mengambil
lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25 mm.
Keuntungan filter lambat antara lain:

 Biaya konstruksi rendah

 Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana

 Tidak diperlukan tambahan bahan kimia

 Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu

 Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian


tidak menggunakan backwash, hanya dilakukan di bagian
atas media

Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan,


yaitu sebagai akibat dari lambatnya kecepatan filtrasi
(kuliah.ftsl.itb.ac.id)

2.3 Media Filter


Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan
penyaringan adalah media filter. Media Filter dapat tersusun dari pasir
silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini umumnya memiliki
variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Pemilihan media filter
yang akan digunakan dilakukan dengan analisa ayakan (sieve analysis).
Hasil ayakan suatu media filter digambarkan dalam kurva akumulasi
distribusi (Gambar 7.5) untuk mencari ukuran efektif (effective size) dan
keseragaman media yang diinginkan (dinyatakan sebagai uniformity
coefficient).
Berdasarkan jenis dan jumlah media yang digunakan dalam
penyaringan, media filter dikategorikan menjadi:
 Single media: Satu jenis media seperti pasir silika, atau dolomit
saja. Filter cepat tradisional biasanya menggunakan pasir
kwarsa. Pada sistem ini penyaringan SS terjadi pada lapisan
paling atas sehingga dianggap kurang efektif karena sering
dilakukan pencucian.
 Dual media: misalnya digunakan pasir silica, dan anthrasit.
Filter dual media sering digunakan filter dengan media pasir
kwarsa di lapisan bawah dan antharasit pada lapisan atas.
Keuntungan dual media:
a. Kecepatan filtrasi lebih tinggi (10 – 15 m/jam)
b. Periode pencucian lebih lama
c. Merupakan peningkatan filter single media (murah)
 Multi media: misalnya digunakan pasir silica, anthrasit dan
garnet atau dolomit. Fungsi multi media adalah untuk
memfungsikan seluruh lapisan filter agar berperan sebagai
penyaring.
Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi:
• Seragam (uniform), ukuran butiran media filter relatif sama dalam
satu bak
• Gradasi (stratified), ukuran butiran media tidak sama dan tersusun
bertingkat
• Tercampur (mixed), ukuran butiran media tidak sama dan bercampur

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Filtrasi


Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga
banyak faktor–faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula
kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan sebagainya. Faktor–faktor
tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material,
konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan
temperatur.
a. Debit Filtrasi
Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya
filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan
sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati
rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan
berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring
dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat
melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang
terlalu halus yang tersaring akan lolos.
b. Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari
filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi
clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa
besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang
boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan
proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.
c. Temperatur
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan
difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan
viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga
akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus
penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar
partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya
adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap
efisiensi daya saring filter.
d. Kedalaman media, Ukuran, dan Materia
Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan
daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring
yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan
menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori
sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan
menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori
yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan
menyebabkan lolosnya partikel–partikel halus yang akan disaring.
Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan
kemampuan menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging
(penyumbatan lubang pori oleh partikel–partikel halus yang tertahan)
yang terlalu cepat.
e. Tinggi Muka Air Di Atas Media dan Kehilangan Tekanan
Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap
besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air
yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air
untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan
meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air
diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging)
terjadi pada saat filter dalam keadaan kotor.
Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki
tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media
dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi
berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan
tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah
besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama
beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan
bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya
lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging (Tim
Penyusun,1989).
BAB III
METODE PERCOBAAN

Percobaan ini dilakukan dalam skala laboratorium dan dilaksanakan di


Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pada percobaan ini memerlukan alat turbidymeter, TDS meter, pH
meter.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu tepung,
pasir silica, batu, dan ijuk.
3.2 Skema Alat

Keterangan:
T1 = Tangki Umpan V3 = Valve 3
T2 = Bak filtrasi V4 = Valve 4
P1 = Pompa 1 V5 = Valve 5
V1 = Valve 1 V6 = Valve 6
V2 = Valve 2
3.3 Prosedur Kerja

Mulai.

Air Tepung Isi bak umpan


hingga 25 L.

Pastikan semua
kran aliran utama
dalam keadaan
terbuka.

Alirkan umpan
kedalam kolom
bagian atas
dengan debit
tertentu.

Catat waktu yang


diperlukan
umpan saat
melalui media
filter hingga
keluar dari
kolom.

Ukur volume
filtrat dan
konsentrasinya
setiap 4 menit.

Selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


 Berat tepung = 12,5125 gram
 Debit air = 66,6 Liter/jam
 Volume media filtrasi = 28,5 Liter
 Kekeruhan awal = 39,10 NTU
 TDS awal = 219,4 µS
Kurva

45
40
35
Kekeruhan (NTU)

30
25
kurva
20
1 Waktu Terhadap Kekeruhan

15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Kurva kekeruhan terhadap waktu

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sahrul Mulyadi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida
dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum,
dimana zat padat itu tertahan. Medium penyaringan yang digunakan
adalah penyusun filtran yang terdiri dari, pasir, kerikil dan karbon
aktif. Pasir berfungsi untuk menyaring bahan yang bersifat makro
seperti sampah dan bahan lain yang ukuran partikelnya lebih besar
dari pasir. Kerikil berfungsi untuk menjernihkan air seperti halnya di
sungai yang membuat air sungai menjadi jernih. Sedangkan ijuk
berfungsi untuk menghilangkan bau pada air dan dapat memurnikan
air.
Filtrasi yang telah dilakukan adalah filtrasi jenis pasir lambat.
Sistem saringan pasir lambat adalah teknologi pengolahan air yang
sangat sederhana dengan hasil air bersih yang lumayan baik. Sistem
saringan pasir ini mempunyai keunggulan antara lain tidak
memerlukan bahan kimia (koagulan). Jika air baku dialirkan ke
saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang berada di
dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya zat
kotoran yang tertahan baik itu organik ataupun anorganik pada
media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan
terbentuknya lapisan ini maka disamping proses penyaringan secara
fisika dapat juga menghilangkan kotoran secara bio-kimia. Biasanya
ammonia dengan konsentrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-
zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini.
Praktikum filtrasi yang telah dilakukan digunakan air tepung
dengan konsentrasi 0,5 g/L lalu diukur TDS, pH dan kekeruhannya
dan didapatkan hasil TDS 219,4 µS, pH 6 dan kekeruha 39,10 NTU.
Air tersebut dialirkan menuju bak filtrasi dengan debit 66,6
Liter/jam, lalu setiap 4 menit selama 28 menit efluen diukur TDS,
pH dan kekeruhannya.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada menit ke 4
efluen memiliki kekeruhan 13,19 NTU dan TDS 226,5 µS. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa filtrasi berhasil dengan efisiensi
66,3%. Nilai kekeruhan dari efluen tersebut lebih besar dari baku
mutu untuk air minum dari Permenkes tahun 2010 yaitu 5 NTU
sehingga jika ingin diminum perlu pengolahan lanjutan yaitu
pengolahan dengan cara reverse osmosis. Dari hasil nilai TDS tidak
berkurang bahkan bertambah hal ini disebabkan karena TDS
menunjukkan padatan terlarut sedangkan filtrasi tidak mengurangi
padatan terlarut. Dari gambar 4.1 kurva waktu filtrasi terhadap
kekeruhan dari menit 4 sampai menit 12 terjadi fluktuasi nilai
kekeruhan, dimana seharusnya pada filtrasi kontinyu nilai kekeruhan
sama pada setiap menit, hal ini bisa disebabkan filter yang sudah
jenuh sehingga harus diregenerasi dengan cara mengalirkan air dari
bawah filter.
Pada praktikum yang lain dengan laju alir yang berbeda yaitu
131 L/jam didapatkan efisiensi pengurangan kekeruhan 56%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laju alir akan mempengaruhi
efisiensi proses filtrasi. Laju alir akan mempengaruhi waktu tinggal
atau waktu proses filtrasi, waktu tinggal yang sesuai dengan
rancangan alat tidak lebih dan tidak kurang akan membuat efisiensi
pengolahannnya lebih tinggi.
4.2.2 Sherly Dea Yolandita
Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air
menggunakan metode filtrasi menggunakan kolom filtrasi berisikan
media filter yang bertujuan untuk menentukan efisiensi penurunan
kekeruhannya. Metode ini merupakan metode pengolahan air dimana
campuran yang heterogen akan dipisahkan antara fluida dengan
partikel-partikel padatan yang terdapat didalamnya dengan cara
melewatkan fluida melalui suatu media filter. Media filter yang
digunakan yaitu batu, ijuk dan pasir silika. Batu berfungsi sebagai
penahan lapisan pasir agar tidak turun kebawah dan menutup saluran
bawah. Ijuk digunakan untuk menahan benda-benda padat yang
terbawa dalam air. Pasir silika berfungsi untuk menyerap dan
mengikat kotoran yang ada pada air yang mengandung asam kuat
seperti H2SO4, MgCl2, sehingga menjaga keseimbangan pH pada air
(Parwaningtyas, 2005). Selain itu, pasir silika juga berfungsi untuk
menahan endapan-endapan lumpur.
Umpan yang digunakan berupa air tepung dengan konsentrasi
500 ppm sebanyak 25 Liter, sehingga pada proses pembuatan umpan
dilarutkan 12,5 gram tepung ke dalam air yang mempunyai volume
25 Liter. Umpan yang digunakan, diukur terlebih dahulu nilai pH,
konsentrasi TDS (Total Dissolved Solid) serta kekeruhannya. Dari
hasil pengukuran diperoleh pH awal yaitu 6, konsentrasi TDS
sebesar 219,4 ppm dan kekeruhan sebesar 39,10 NTU. Terdapat dua
tahap dalam proses ini yaitu kalibrasi dan filtrasi.
Proses pertama yang dilakukan yaitu proses kalibrasi. Pada
proses ini diukur laju alir dari effluent dan influent menggunakan
gelas ukur dan stopwatch. Dari hasil kalibrasi diperoleh laju alir
effluent sebesar 66,6 L/jam. Pada proses ini, laju alir influent harus
diatur agar sama dengan laju alir effluent yang sudah diukur
sehingga diperoleh laju alir influent sebesar 66,6 L/jam. Hal ini
ditujukan agar pada saat proses filtrasi, umpan dapat mengisi kolom
filtrasi dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Jika laju alir influent lebih besar daripada laju alir effluent,
maka umpan yang sudah masuk kedalam kolom filtrasi akan meluap
keluar dari kolom. Sedangkan jika laju alir effluent lebih kecil
daripada laju alir effluent, maka umpan yang masuk kedalam kolom
akan sedikit serta memperlama waktu proses untuk filtrasi.
Proses kedua yang dilakukan yaitu proses filtrasi. Proses
filtrasi ini dilakukan pada tekanan atmosferik selama 28 menit dan
dilakukan pengambilan sampel setiap empat menit untuk di analisis
karakteristiknya terhadap beberapa sifat penting seperti kekeruhan
dan konsentrasi TDS nya. Selain itu dilakukan juga pengukuran
terhadap volume filtrate yang diperoleh. Waktu 0 menit adalah
waktu dimana filtrat baru keluar dari kolom filtrasi.
Untuk menguji kekeruhan dari sampel digunakan alat
bernama turbidymeter yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Dari hasil
pengukuran diperoleh data yang tertera pada gambar 4.1 kurva
kekeruhan terhadap waktu. Nilai efisiensi penurunan kekeruhan
terbesar yaitu 66,266 % pada saat t = 4 menit. Sedangkan nilai
efisiensi penurunan kekeruhan rata-rata yaitu 54,8316 %..
Berdasarakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, parameter fisik dalam
standar baku mutu untuk air minum yaitu sebagai berikut:
Kadar maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan diperbolehkan

1 Bau Tidak berbau

2 Warna TCU 15

Total zat padat


3 terlarut (total mg/L 500

dissolved solid)

4 Kekeruhan NTU 5

5 rasa Tidak berasa

6 suhu ᵒC Suhu udara ± 3

Dari hasil praktikum, diperoleh kekeruhan akhir sebesar


17,26 NTU dan TDS akhir sebesar 218,6 mg/L sehingga air hasil
pengolahan dari praktikum ini masih belum memenuhi syarat
kualitas air yang cocok untuk diminum walaupun nilai TDSnya
kurang dari kadar maksimum yang diperbolehkan.
4.2.3 Teguh Fatwa Panuntun
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan:


1. Rata-rata kekeruhan efluen yaitu 17,661 NTU
2. Rata efisiensi pengurangan kekeruhan yaitu 54,83%
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun. 1989. Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik I. Depok:
Laboratorium Proses dan Operasi Teknik TGP FTUI.
Pinalia,A.2011.”Kajian Metode Filtrasi Gravitasi dan Filtrasi Sistem Vakum
Untuk Proses Penyempurnaan Rekristalisasi Amonium Perklorat”.
LAPAN:Peneliti Bidang Propelan, Pusat Teknologi Roket.
Munawaroh, dkk.2016.”Filtrasi Air Kapur dengan Memanfaatkan Karbon Kulit
Buah Kapuk Randu dan Zeolit”. Jakarta:Universitas Negeri Jakarta.
kuliah.ftsl.itb.ac.id.2016.”Unit Filtrasi”. [diakses pada 11 November 2019].
Lampiran
1. Data Pengamatan

Laju
Waktu Kekeruhan TDS Volume Filtrasi pH Efesiensi
(menit) (NTU) (µS) (mL) (cm/menit) (%)
0 39,1 219,4 0 0 6 0
4 13,19 226,5 2186 0,346 - 66,266
8 14,44 221,2 3500 0,553 - 63,0691
12 17,945 219,6 3220 0,509 - 54,1049
16 20,35 216,7 3240 0,512 - 47,954
20 20,506 219,7 2160 0,342 - 47,555
24 19,935 219,4 1500 0,237 - 49,0153
28 17,26 218,6 820 0,130 6 55,8568
Rata-rata 17,661 220,24 2375,14 0,376 - 54,83

2. Pengolahan Data
 Penentuan Luas Media Filtrasi
𝐿 =𝑝×𝑙
𝐿 = 62 𝑐𝑚 × 25,5 𝑐𝑚
𝐿 = 1581 𝑐𝑚2
 Penentuan Laju Alir Filtrat
𝑉
𝐿
𝑣= 𝑡

Contoh Perhitungan
2186 𝑐𝑚3
1581 𝑐𝑚2
𝑣= 4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑣 = 0,346 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
 Penentuan Efisiensi Penurunan Kekeruhan
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
= × 100%
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑤𝑎𝑙
39,1−13,19
= × 100%
39,1

= 66,27%

Anda mungkin juga menyukai