Oleh :
2
1.2 Tujuan
1. Menentukan efisiensi penurunan kekeruhan pada proses filtrasi
kontinyu limbah air terigu
3
BAB II
DASAR TEORI
Keterangan:
T1 = Tangki Umpan V3 = Valve 3
T2 = Bak filtrasi V4 = Valve 4
P1 = Pompa 1 V5 = Valve 5
V1 = Valve 1 V6 = Valve 6
V2 = Valve 2
3.3 Prosedur Kerja
Mulai.
Pastikan semua
kran aliran utama
dalam keadaan
terbuka.
Alirkan umpan
kedalam kolom
bagian atas
dengan debit
tertentu.
Ukur volume
filtrat dan
konsentrasinya
setiap 4 menit.
Selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
45
40
35
Kekeruhan (NTU)
30
25
kurva
20
1 Waktu Terhadap Kekeruhan
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sahrul Mulyadi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida
dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum,
dimana zat padat itu tertahan. Medium penyaringan yang digunakan
adalah penyusun filtran yang terdiri dari, pasir, kerikil dan karbon
aktif. Pasir berfungsi untuk menyaring bahan yang bersifat makro
seperti sampah dan bahan lain yang ukuran partikelnya lebih besar
dari pasir. Kerikil berfungsi untuk menjernihkan air seperti halnya di
sungai yang membuat air sungai menjadi jernih. Sedangkan ijuk
berfungsi untuk menghilangkan bau pada air dan dapat memurnikan
air.
Filtrasi yang telah dilakukan adalah filtrasi jenis pasir lambat.
Sistem saringan pasir lambat adalah teknologi pengolahan air yang
sangat sederhana dengan hasil air bersih yang lumayan baik. Sistem
saringan pasir ini mempunyai keunggulan antara lain tidak
memerlukan bahan kimia (koagulan). Jika air baku dialirkan ke
saringan pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang berada di
dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh karena adanya zat
kotoran yang tertahan baik itu organik ataupun anorganik pada
media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan
terbentuknya lapisan ini maka disamping proses penyaringan secara
fisika dapat juga menghilangkan kotoran secara bio-kimia. Biasanya
ammonia dengan konsentrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-
zat yang menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini.
Praktikum filtrasi yang telah dilakukan digunakan air tepung
dengan konsentrasi 0,5 g/L lalu diukur TDS, pH dan kekeruhannya
dan didapatkan hasil TDS 219,4 µS, pH 6 dan kekeruha 39,10 NTU.
Air tersebut dialirkan menuju bak filtrasi dengan debit 66,6
Liter/jam, lalu setiap 4 menit selama 28 menit efluen diukur TDS,
pH dan kekeruhannya.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pada menit ke 4
efluen memiliki kekeruhan 13,19 NTU dan TDS 226,5 µS. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa filtrasi berhasil dengan efisiensi
66,3%. Nilai kekeruhan dari efluen tersebut lebih besar dari baku
mutu untuk air minum dari Permenkes tahun 2010 yaitu 5 NTU
sehingga jika ingin diminum perlu pengolahan lanjutan yaitu
pengolahan dengan cara reverse osmosis. Dari hasil nilai TDS tidak
berkurang bahkan bertambah hal ini disebabkan karena TDS
menunjukkan padatan terlarut sedangkan filtrasi tidak mengurangi
padatan terlarut. Dari gambar 4.1 kurva waktu filtrasi terhadap
kekeruhan dari menit 4 sampai menit 12 terjadi fluktuasi nilai
kekeruhan, dimana seharusnya pada filtrasi kontinyu nilai kekeruhan
sama pada setiap menit, hal ini bisa disebabkan filter yang sudah
jenuh sehingga harus diregenerasi dengan cara mengalirkan air dari
bawah filter.
Pada praktikum yang lain dengan laju alir yang berbeda yaitu
131 L/jam didapatkan efisiensi pengurangan kekeruhan 56%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laju alir akan mempengaruhi
efisiensi proses filtrasi. Laju alir akan mempengaruhi waktu tinggal
atau waktu proses filtrasi, waktu tinggal yang sesuai dengan
rancangan alat tidak lebih dan tidak kurang akan membuat efisiensi
pengolahannnya lebih tinggi.
4.2.2 Sherly Dea Yolandita
Pada praktikum ini dilakukan proses pengolahan air
menggunakan metode filtrasi menggunakan kolom filtrasi berisikan
media filter yang bertujuan untuk menentukan efisiensi penurunan
kekeruhannya. Metode ini merupakan metode pengolahan air dimana
campuran yang heterogen akan dipisahkan antara fluida dengan
partikel-partikel padatan yang terdapat didalamnya dengan cara
melewatkan fluida melalui suatu media filter. Media filter yang
digunakan yaitu batu, ijuk dan pasir silika. Batu berfungsi sebagai
penahan lapisan pasir agar tidak turun kebawah dan menutup saluran
bawah. Ijuk digunakan untuk menahan benda-benda padat yang
terbawa dalam air. Pasir silika berfungsi untuk menyerap dan
mengikat kotoran yang ada pada air yang mengandung asam kuat
seperti H2SO4, MgCl2, sehingga menjaga keseimbangan pH pada air
(Parwaningtyas, 2005). Selain itu, pasir silika juga berfungsi untuk
menahan endapan-endapan lumpur.
Umpan yang digunakan berupa air tepung dengan konsentrasi
500 ppm sebanyak 25 Liter, sehingga pada proses pembuatan umpan
dilarutkan 12,5 gram tepung ke dalam air yang mempunyai volume
25 Liter. Umpan yang digunakan, diukur terlebih dahulu nilai pH,
konsentrasi TDS (Total Dissolved Solid) serta kekeruhannya. Dari
hasil pengukuran diperoleh pH awal yaitu 6, konsentrasi TDS
sebesar 219,4 ppm dan kekeruhan sebesar 39,10 NTU. Terdapat dua
tahap dalam proses ini yaitu kalibrasi dan filtrasi.
Proses pertama yang dilakukan yaitu proses kalibrasi. Pada
proses ini diukur laju alir dari effluent dan influent menggunakan
gelas ukur dan stopwatch. Dari hasil kalibrasi diperoleh laju alir
effluent sebesar 66,6 L/jam. Pada proses ini, laju alir influent harus
diatur agar sama dengan laju alir effluent yang sudah diukur
sehingga diperoleh laju alir influent sebesar 66,6 L/jam. Hal ini
ditujukan agar pada saat proses filtrasi, umpan dapat mengisi kolom
filtrasi dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Jika laju alir influent lebih besar daripada laju alir effluent,
maka umpan yang sudah masuk kedalam kolom filtrasi akan meluap
keluar dari kolom. Sedangkan jika laju alir effluent lebih kecil
daripada laju alir effluent, maka umpan yang masuk kedalam kolom
akan sedikit serta memperlama waktu proses untuk filtrasi.
Proses kedua yang dilakukan yaitu proses filtrasi. Proses
filtrasi ini dilakukan pada tekanan atmosferik selama 28 menit dan
dilakukan pengambilan sampel setiap empat menit untuk di analisis
karakteristiknya terhadap beberapa sifat penting seperti kekeruhan
dan konsentrasi TDS nya. Selain itu dilakukan juga pengukuran
terhadap volume filtrate yang diperoleh. Waktu 0 menit adalah
waktu dimana filtrat baru keluar dari kolom filtrasi.
Untuk menguji kekeruhan dari sampel digunakan alat
bernama turbidymeter yang sudah dikalibrasi sebelumnya. Dari hasil
pengukuran diperoleh data yang tertera pada gambar 4.1 kurva
kekeruhan terhadap waktu. Nilai efisiensi penurunan kekeruhan
terbesar yaitu 66,266 % pada saat t = 4 menit. Sedangkan nilai
efisiensi penurunan kekeruhan rata-rata yaitu 54,8316 %..
Berdasarakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, parameter fisik dalam
standar baku mutu untuk air minum yaitu sebagai berikut:
Kadar maksimum yang
No Jenis Parameter Satuan diperbolehkan
2 Warna TCU 15
dissolved solid)
4 Kekeruhan NTU 5
Laju
Waktu Kekeruhan TDS Volume Filtrasi pH Efesiensi
(menit) (NTU) (µS) (mL) (cm/menit) (%)
0 39,1 219,4 0 0 6 0
4 13,19 226,5 2186 0,346 - 66,266
8 14,44 221,2 3500 0,553 - 63,0691
12 17,945 219,6 3220 0,509 - 54,1049
16 20,35 216,7 3240 0,512 - 47,954
20 20,506 219,7 2160 0,342 - 47,555
24 19,935 219,4 1500 0,237 - 49,0153
28 17,26 218,6 820 0,130 6 55,8568
Rata-rata 17,661 220,24 2375,14 0,376 - 54,83
2. Pengolahan Data
Penentuan Luas Media Filtrasi
𝐿 =𝑝×𝑙
𝐿 = 62 𝑐𝑚 × 25,5 𝑐𝑚
𝐿 = 1581 𝑐𝑚2
Penentuan Laju Alir Filtrat
𝑉
𝐿
𝑣= 𝑡
Contoh Perhitungan
2186 𝑐𝑚3
1581 𝑐𝑚2
𝑣= 4 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑣 = 0,346 𝑐𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Penentuan Efisiensi Penurunan Kekeruhan
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
= × 100%
𝑇𝑢𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 𝐴𝑤𝑎𝑙
39,1−13,19
= × 100%
39,1
= 66,27%