Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Distilasi Batch dan Kontinyu


PEMBIMBING : Dian Ratna Suminar, S.T., M.T

Praktikum : 25 September 2019


Penyerahan Laporan : 03 Oktober 2019

Oleh :

Kelompok : IX (Sembilan) dan X (Sepuluh)


Nama : 1. Riza Yuliawati N NIM 171411023
2. Saeful Hidayat NIM 171411024
3. Sahrul Mulyadi NIM 171411025
4. Sherly Dea Y.L NIM 171411026
Kelas : 3A – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ribuan tahun distilasi telah diterapkan secara luas di industri.
Diantaranya adalah penyulingan minyak bumi, pembuatan minuman,
oemurnian bahan kimia, petrokimia, dan pengolahan gas alam. Metode yang
pertama kali dipakai adalah metode distilasi secara batch, kemudian
dikembangkan metode distilasi secara kontinyu. Distilasi etanol adalah salah
satu industri besar pertama yang pernah dikembangkan. Seperti yang telah
dilakukan oleh F.B Wright dan dipublikasikan pertama kali pada tahun
1906. Sedangkan distilasi untuk pengolahan gas alam mulai diterapkan
pada awal 1900-an. Sebuah dokumen sejarah yang menarik berjudul “
Kondensasi Gas Alam Menjadi Bensin” merupakan dokumen awal dalam
industri gas alam dengan proses distilasi. Krisis energi pada tahun 1970
telah memaksa para ahli untuk kembali memusatkan perhatian pada
pengguna energi yang efisien dalam industri. Distilasi adalah salah satu
proses dalam pengolahan energi, oleh karena itu selama krisis energi banyak
upaya dilakukan untuk membuat penyulingan lebih efisien. Sebuah contoh
yang baik dari pekerjaan ini adalah seperti yang telah diringkas dalam
Pedoman Operasi Distilasi dari Komisi Industri Texas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami prinsip distilasi dan alat distilasi yang dilakukan secara
kontinyu.
1.2.2 Membaca diagram alir perpipaan dan instrumentasi (P & I
Diagram) dan memahami cara kerja alat dan instrumentasinya.
1.2.3 Menjalankan alat distilasi kontinyu sesuai prosedur.
1.2.4 Mengamati dan mencatat beberapa variabel operasi pada saat
distilasi kontinyu berjalan (misal mencatat suhu masuk dan keluar
steam dan cairan umpan pada reboiler, mencatat besarnya aliran
steam dan umpan pada reboiler dsb.)
1.2.5 Melakukan pengambilan dan pengetesan “sample” umpan, produk
bawah dan produk atas dengan benar.
BAB II
LANDASAN TEORI

Distilasi adalah suatu metoda pemisahan campuran cair-cair didasarkan


atas perbedaan titik didih dari masing-masing komponen cairan yang bercampur,
jadi pemisahannya terjadi secara fisika. Selain itu juga bergantung pada
konsentrasi komponen yang ada. Campuran liquid akan memiliki karakteristik
titik didih yang berbeda. Oleh karena itu, proses destilasi bergantung pada tekanan
uap campuran liquid. Tekanan uap suatu liquid pada temperatur tertentu adalah
tekanan keseimbangan yang dikeluarkan oleh molekul-molekul yang keluar dan
masuk pada permukaan liquid. Tekanan uap cairan tersebut tergantung pada suhu.
Semakin besar suhu cairan, artinya semakin besar energi yang diberikan, semakin
cepat dan banyak molekul yang meninggalkan permukaan cairan, maka semakin
besar tekanan uapnya. Selama tekanan uap cairan lebih kecil dari tekanan udara
lingkungan, hanya molekul-molekul dipermukaan saja yang berubah menjadi uap.
Keadaan ini dinamakan menguap. Tetapi apabila suhu cairan kemudian dinaikkan
atau tekanan udara lingkungan diturunkan, dimana tekanan uap cairan akan sama
besar dengan tekanan udara lingkungan, maka penguapan akan terjadi di seluruh
bagian cairan. Di dalam cairan akan terbentuk gelembung-gelembung uap, cairan
akan bergolak dan terjadi penguapan cairan per satuan waktu yang cukup banyak.
Keadaan ini dinamakan mendidih. Dan apabila suatu cairan murni dipanaskan dan
telah mencapai suhu didih, maka cairan tersebut akan berubah menjadi uap tanpa
adanya kenaikan suhu lebih lanjut. Selama penguapan tersebut (untuk melawan
gaya tarik antar molekul) diperlukan energi panas. Energi panas ini dinamakan
kalor penguapan.

Tekanan uap suatu campuran biner (2 komponen) yang mendidih,


besarnya sama dengan jumlah tekanan uap dari masing-masing komponen.
Berdasarkan keadaan suhu didihnya, campuran cairan biner ini dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis campuran sebagai berikut:

a. Campuran cairan yang satu sama lain tidak saling larut


Tekanan uap suatu campuran yang tidak saling larut besarnya sama
dengan jumlah tekanan uap dari kedua komponen tersebut, dan tidak
tergantung pada komposisisinya. Suhu didih campuran ini akan
terletak dibawah suhu didih komponen yang memiliki suhu didih
terendah.
b. Campuran cairan yang satu sama lain saling larut
Pada campuran yang saling larut ini, atau disebut juga campuran ideal,
gaya tarik menarik antara molekul sejenis dengan molekul tidak sejenis
sama kuatnya. Suhu didih campuran ini tergantung pada komposisi
(dalam % mol) dan tekanan uap komponen-komponennya.
c. Campuran azeotrop
Suatu campuran azeotrop memiliki titik didih yang khas. Nilainya
dapat lebih tinggi (Azeotrop Positif) ataupun lebih rendah (Azeotrop
Negatif) dari titik didih komponen-komponennya. Campuran ini
merupakan suatu campuran dimana pada kondisi tertentu apabila
dididihkan maka komposisi pada fasa uap sama dengan komposisi
pada fasa cairnya.

Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Roult dan Hukum Dalton.
Menurut Raoult, tekanan parsial, pA komponen A dalam campuran fasa uap sama
dengan konsentrasi komponen A dalam campuran fasa cair dikalikan dengan
tekanan uap murni komponen A pada suhu campuran tersebut.

PA = xAPA0

Apabila campuran tersebut terdiri atas dua komponen, yaitu komponen A


yang lebih volatile dan komponen B yang kurang volatile, maka tekanan uap
parsial komponen B:

PB = (1-xA)PB0

Sedangkan menurut Dalton, tekanan total suatu campuran sama dengan


jumlah dari tekanan parsial masing-masing komponennya.

P = PA + PB + PC + ............ + Pn = ∑𝑖=𝑛
𝑖−1 𝑃𝑖
Persamaan gas ideal:

𝑅𝑥𝑇 𝑅𝑥𝑇
𝑝𝑖 = 𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝑃=1
𝑉 𝑉

Kemudian hubungan antara pi (tekanan uap parsial komponen i) dan p


(tekanan uap total campuran) dapat dituliskan menjadi:

𝑝𝑖
𝑦𝑖 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑖 = 𝑦𝑖 𝑥 𝑝
𝑝

Gabungan hukum Raoult dan hukum Dalton :

P = PA + PB = xAPA0 + (1-XA)PB0

Untuk sistem campuran ideal, volatilitas secara numerik sama dengan


tekanan uap murni dari komponennya, dengan demikian volatilitas relatif, 𝛼
suatu komponen A terhadap komponen B, dapat dilukiskan sebagai berikut:
Apabila rasio tekanan uap parsial terhadap fraksi mol didefinisikan sebagai
volatilitas suatu komponen, maka:

PA
Volatilitas kompenen A = XA

PB
Volatilitas komponen B = XB

Rasio volatilitas komponen A terhadap komponen B, dinamakan sebagai


volatilitas relatif, dan dapat dilukiskan dengan rumus sebagai berikut:

𝑃𝐴°
𝛼=
𝑃𝐵°

Apabila 𝛼 = 1 , campuran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan cara


distilasi. Untuk campuran ideal (pada tekanan total konstan) harga 𝛼 untuk semua
konsentrasi selalu tetap. Hubungan antara komposisi uap yA dan cairan xA dalam
keadaan setimbang dapat pula dilukiskan dengan cara lain, hal ini kelak berguna
dalam perhitungan proses distilasi.
Menurut Raoult:

PA
PA = xA PA0 atau PA° = XA

PB
PB = xB PB0 atau PB° = XB

maka volatilitas relatif dapat dituliskan menjadi:

PA⁄ PAxB
𝛼= xA 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝛼=
PB⁄ PBxA
xB

Substitusikan P ya pada PA dan P yB pada PB :

Persamaan ini memberikan suatu hubungan yang berharga antara rasio


komponen A dan komponen B di dalam fasa uap dan fasa cair. Apabila sistem
berupa campuran biner, dimana yB = 1 - yA dan xB = 1 - xA, maka persamaan
dapat dituliskan menjadi:

𝛼xA
yA =
1 + (𝛼 − 1)xA

Proses distilasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: distilasi batch dan
distilasi kontinyu. Distilasi batch ini banyak digunakan di bidang seperti, farmasi,
minyak esensial dan beberapa produk minyak bumi. Pada kolom distilasi batch,
umpan mula-mula dituangkan kedalam ketel dan tak ada lagi bahan yang
ditambahkan sampai berakhirnya proses. Perbedaan pokok dari kedua proses
distilasi ini adalah bahan untuk distilasi kontinu, umpan di alirkan masuk ke
dalam kolom secara terus-menerus dan sehingga membuat proses dalam kondisi
steady state. Untuk proses batch, komponen dengan titik didih lebih tinggi makin
lama makin meningkat.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan dalam skala pilot dan dilaksanakan di
Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Bandung.
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Pada percobaan ini memerlukan serangkaian alat distilasi-
fraksionasi skala pilot plant, refraktometer, beaker glass dari bahan
plastik, botol sampel umpan, distilat, dan produk bawah, pipet
tetes, corong plastik dan ember plastik.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air
distilasi/aquades dan alkohol teknis
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Persiapan Panel Pengendali

Buka katup udara tekan pada jalur pipa udara tekan ke panel
pengendali.

Putar saklar utama [merah] ke angka 1 (on) dan putar saklar udara
tekan [hitam] ke angka 1 (on). Pada Panel Pengendali.

3.2.2 Persiapan Panel Pengendali


Pengisian Feed Tank Pada tahap ini dilakukan pengisian tangki
umpan (feed tank) dengan bahan berupa larutan etanol encer.
Tahap yang harus ditempuh :

Masukkan air bersih(air aquades) sampai kira-kira ½ dari tinggi


tangki umpan melalui keran V8 atau V10.

Masukkan etanol teknis sesuai petunjuk pembimbing sampai


komposisi alkohol dalam umpan sekitar 20%. Untuk
pengumpanan ethanol agar digunakan pompa terpisah yang sudah
disediakan dan dimasukkan melalui keran (valve) V8 atau V10.
3.2.3 Homogenisasi Umpan dan Pengambilan sampel
Umpan dihomogenkan dengan cara mensirkulasikan cairan
tersebut menggunakan pompa umpan (feed pump- P2).

Periksa bukaan keran (valve) di jalur sirkulasi, yaitu dengan cara


membuka keran V3, V4, V5 dan V6 (keran lainnya harus ditutup)
agar air dan alkohol dapat mengalir di dalam pipa secara sirkulasi
dari dan ke tanki T1.

Nyalakan pompa P2 dengan menekan tombol warna hijau pada


tanda P2 panel kontrol.

Biarkan proses sirkulasi berjalan 5 sampai 10 menit.

Matikan pompa P2 dengan cara menekan tanda warna merah pada


tanda P2.

Gambar 1. Diagram alir perpipaan dan instrumentasi pada bagian


tangki umpan T1
3.2.4 Pengiriman umpan ke sump tank melalui preheater

Pastikan aliran pendingin ke condenser dan cooler telah menyala


dengan membuka valve manual air pendingin sesuai petunjuk
pembimbing

Sebelum mengalirkan umpan ke “sump tank”, lakukan inspeksi


terhadap valve di jalur perpipaan yang menuju tanki “sump tank”
(hal ini disebut “aligning”), yaitu dengan cara membuka keran V3,
V4, V5 dan V7. Keran lainnya harus ditutup.
Nyalakan pompa P2 dengan menekan tombol warna hijau pada
tanda P2 panel kontrol.

Setelah cairan umpan memenuhi ruangan “preheater” dan cairan


umpan telah mengalir ke sump tank, buka aliran steam ke
preheater dengan membuka valve manual secara perlahan sesuai
petunjuk pembimbing.

Lakukan pengisian sump tank sampai puncak pelampung berada di


batas atas penanda permukaan cairan yang terletak di tengah.

3.2.5 Pemanasan Cairan Umpan melalui Reboiler

Lakukan inspeksi terhadap valve di jalur perpipaan yang akan


mengalirkan umpan dari sump tank ke reboiler untuk memastikan
cairan umpan mengalir secara sirkulasi dari bagian bawah sump
tank ke bagian atas reboiler dan kembali ke sump tank.

Nyalakan pompa P3 dengan menekan tombol warna hijau pada


tanda P3 panel kontrol.

Setelah terjadi sirkulasi cairan umpan dari sump tank ke reboiler,


nyalakan valve manual pada jalur pipa steam yang menuju
reboiler secara perlahan sesuai petunjuk pembimbing.

3.2.6 Pengaturan valve control steam pada Reboiler


Atur besarnya bukaan valve control pada pipa steam dengan
langkah sebagai berikut (lihat gambar Pengendali elektronis
SIPART Δ PIC - 12:

Pada pengendali [PIC-12] tekan tombol 8 sampai lampu hijau di


dekatnya [SP-W] menyala. Disusul tekan tombol 13 sampai lapu
hijau di dekatnya menyala.

Tekan /atur tombol 12.1 dan 12.2 untuk mendapatkan angka


[perbedaan tekanan dalam kolom yang diinginkan] ± 0,5 Bar pada
tampilan 4.
Tekan tombol 8 sampai lampu merah dide katnya [PV-X]
menyala, pada tampilan 4 menunjukan perbedaan tekanan yang
sebenarnya.

Matikan lampu dekat tombol 13 dengan menekan tombol 13


[supaya perbedaan tekanan yang diset tersebut tidak berubah].

Matikan/tekan tombol 10 warna kuning [manual] bila dalam


keadaan menyala, sekarang beroperasi secara otomatis.

Gambar 2. Pengendali elektronis SIPART PIC-12


3.2.7 Pengaturan valve control Air Pendingin pada Condenser
Atur besarnya bukaan valve control pada pipa air pendingin dengan
langkah sebagai berikut (lihat gambar Pengendali elektronis
SIPART TRC - 3:

Pada pengendali TRC-3, tekan tombol 8 sehingga lampu warna


hijau di dekatnya [SP-W] menyala, disusul tekan tombol 13
hingga lampu warna hijau didekatnya menyala.

Tekan/atur tombol 12.1 dan 12.2 untuk mendapatkan angka


[temperature air pendingin diinginkan] ± 15 (± 5 o C dibawah
temperature air biasa) pada tampilan 4.
Tekan tombol 8 sampai lampu merah di dekatnya [PV-X]
menyala, pada tampilan 4 menunjukan temperature sebenarnya
dari air pendingin.

Matikan lampu dekat tombol 13 dengan menekan tombol 13


[supaya temperature yang diset tersebut tidak berubah].

Matikan/tekan tombol warna kuning [manual] bila menyala

Gambar 3. Pengendali elektronis SIPART TRC-3


3.1.1 Operasi distilasi kontinyu dengan refluks 1:1
Operasi distilasi dengan refluks dapat dilakukan jika distilat yang
tertampung dalam tangki umpan telah terkumpul sampai batas
garis hijau di tangki penerima distilat (distillate receiving tank).
Jika sulit tercapai, setengah dari jumlah ini cukup. Selanjutnya
tempuh langkah berikut:

Tutup dulu semua valve di sekitar pompa distilat P1.

Jalankan pompa P1

Buka penuh valve di posisi suction P1


Atur bukaan valve ke jalur refluks, dan pastikan cairan refluks
telah mengalir ke kolom distilasi melalui puncaknya.Laju alir yang
disarankan adalah skala 20.

Atur bukaan valve ke jalur penampung distilat, dengan laju alir


yang disarankan adalah juga skala 20.

Tunggu 15 menit kemudian lakukan samping dengan interval 5


menit sebanyak 5 kali sampling
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
a. Kontinu
Laju kondensat = 0,03 L/s
Tabel 1. Data Suhu Pada Proses Distilasi Kontinu
Waktu TR1 TRC3 TR13 TR21 TR23 TR26 TI21 TI22 Suhu
kondensat

Menit 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C

0 20 0 90 30 107 25 23 31 26

3 20 0 90 31 108 27 24 33 26

6 20 0 90 34 108 30 24 36 25

9 20 1 90 36 108 34 24 39 25

12 20 13 91 38 112 35 25 40 25

15 20 8 62 41 108 36 25 43 25

b. Batch
Laju kondensat = 0,0148 L/s
Tabel 2. Data Suhu Pada Proses Distilasi Batch
Waktu TR1 TRC3 TR13 TR21 TR23 TR26 TI21 TI22 Suhu
kondensat

Menit 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C 0C

0 20 4 42 58 119 60 25 59 50

3 20 4 42 62 119 60 25 63 55

6 20 4 41 67 110 66 25 69 60

9 20 4 41 73 110 73 25 76 65

12 20 4 42 79 110 80 25 80 70
15 20 4 44 85 110 85 25 81 73

18 20 3 42 85 106 84 25 88 65

21 20 3 40 85 106 83 25 87 95

24 20 3 39 84 106 82 25 87 95

Keterangan:
TR1 = suhu masuk air kondensat
TRC3 = suhu air keluaran kondensat
TR13 = suhu keluar preheater
TR21 = suhu keluaran sumbtank
TR23 = suhu steam masuk
TR26 = suhu uap sumb tank
TI21 = suhu kondensor
TI22 = suhu steam keluar

90
80
Persen Volume Etanol

70
60
50
40
30
20
10
0
1,330 1,335 1,340 1,345 1,350 1,355 1,360 1,365
indeks Bias

Gambar 4. Kurva kalibrasi indeks bias larutan etanol-air


c. Pengambilan Sampel Umpan, Produk Atas dan Produk Bawah
Tabel 3. Pengambilan sampel umpan, produk atas dan produk bawah
pada proses distilasi kontinu
Waktu Sampel Umpan Sampel Produk Sampel Produk
(menit) (F) atas bawah (B)
(D)
Indeks Komposisi Indeks Komposisi Indeks Komposisi
Bias XF Bias XD Bias XB

10 1,3356 0,075 1,3439 0,2 1,3342 0,06

15 1,3341 0,06 1,3421 0,15 1,3339 0,05

Tabel 4. Pengambilan sampel umpan dan produk atas pada proses


distilasi batch
Waktu Sampel Umpan (F) Sampel Produk atas
(menit) (D)

Indeks Bias Komposisi Indeks Bias Komposisi


XF XD

10 1,3351 0,07 1,3441 0,2

20 1,3340 0,055 1,3436 0,19

4.2 Pembahasan
4.2.1 Riza Yuliawati N (171411023)
Pada praktikum distilasi ini dilakukan dengan menggunakan
umpan berupa campuran etanol-air. Kolom distilasi ini
menggunakan bubble-cap tray sehingga terjadi kontak antara liquid
dan uap yang mengakibatkan uap yang mengandung air akan
terbawa oleh aliran liquid sehingga hanya akan dihasilkan uap
etanol saja. Pada saat proses berjalan laju alir umpan harus dijaga
tidak lebih dari 100 L/jam hal ini agar waktu kontak antara liquid
dan uap tidak terlalu cepat. Praktikum distilasi ini dilakukan secara
kontinyu dan batch. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
perbedaan distilasi secara kontinyu dan distilasi secara batch yaitu
distilasi secara kontinyu umpan yang digunakan berasal dari tangki
feed sedangkan distilasi secara batch umpan yang digunakan
berasal dari sumb tank.
Proses secara batch merupakan lanjutan proses secara
kontinyu dimana tidak ada umpan masuk karena semua umpan
sudah ada di dalam sump tank. Pada pengukuran indeks bias awal
larutan secara batch dilakukan duplo untuk meminimalisir error
pada saat pengukuran, hasil pengukuran indeks untuk produk atas
dengan sampling dilakukan setiap 10 menit sekali sebanyak dua
kali yaitu sebesar 1,3441 dan 1,3436 setelah diinterpolasikan pada
grafik indeks bias terhadap komposisi etanol didapatkan hasil
sebesar 20%; dan 19%. Apabila dibandingkan dengan hasil indeks
bias produk atas berdasarkan metode distilasi secara kontinyu
dengan pengambilan sampel pada 10 menit dan 15 menit yaitu
1,3439; dan 1,3421 setelah diinterpolasikan pada grafik indeks bias
terhadap komposisi etanol didapatkan hasil sebesar 20%; dan 15%.
Berdasarkan literatur metode distilasi secara kontinyu akan
menghasilkan komposisi etanol lebih murni dibandingkan dengan
distilasi secara batch karena distilasi secara kontinyu uap yang
dihasilkan akan di kondensasi dan dikembalikan sebagai cairan
kedalam alat distilasi sedangkan pada distilasi secara batch semua
uap yang terbentuk diambil dalam bentuk kondensat sebagai
hasil/produk, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses distilasi ini
sesuai dengan literatur namun perbedaan konsentasi yang
dihasilkan antara distilasi secara kontinyu dan distilasi secara batch
tidak terlalu signifikan hal ini diduga karena adanya gangguan pada
laju steam yang kurang baik/fluktuatif sehingga mengakibatkan
penguapan yang terjadi kurang sempurna karena penguapan pada
proses distilasi ini terjadi berdasarkan titik didih dari masing-
masing komponen. Komposisi produk akan berkurang secara
diferensial sejalan dengan waktu, berdasarkan sampling komposisi
yang didapat dengan sampel yang diambil setiap 10 menit
dilakukan sebanyak dua kali yaitu 0,2 dan 0,19, terjadi penurunan
konsentrasi sebanyak 0,01 hal ini karena terjadi akumulasi air yang
terbawa sehingga membuat konsentrasi produk (etanol) berkurang.
4.2.2 Saeful Hidayat (171411024)
Praktikum distilasi merupakan metode pemisahan campuran
cair-cair dimana pada praktikum kali ini sampel yang digunakan
merupakan campuran etanol-air dimana titik didih etanol sebesar
dan titik didih air sebesar, dimana pemisahan dilakukan secara
batch dan kontinyu, dimana pemisahan dimana pada pemisahan
secara batch sudah berada didalam sump tank (tidak melalui pre
heater).
Pada distilasi secara batch umpan terletak didalam Sump
tank kemudian dipanaskan oleh steam dengan suhu dibawah suhu
didih air dan diatas suhu didih etanol sehingga etanol akan
menguap menuju kondensor yang dipasang secara vertikal dengan
kolom fraksionisasi dimana kolom fraksionisasi ini digunakan
untuk memperlama kontak antara uap dengan air pendingin
sehuingga air yang ikut menguap akan kembali menjadi cairan dan
kembali ke sump tank sementara uap etanol akan menuju
kondensor yang dipasang secara horizontal untuk didinginkan
kembali untuk kemudian dialirkan menuju kolom destilat (produk
atas).
Pada waktu 10 meiti didapat nilai XF = 0,07 dan XD = 0,2
dan pada menit ke 20 nilai XF turun menjadi 0,055 dan nilai XD =
0,19 dimana fraksi XD lebih besar dari nilai XF artinya terjadi
pemisahan antara air dengan etanol namun belum terlalu sempurna
karena nilai indeks bias etanol muri adalah sebesar 1,36 hal
tersebut diduga terjadi karena distribusi steam yang kurang baik.
Selain itu distribusi steam yang kurang baik juga menyebabkan
praktikum reflux tidak dapat dilakukan.
4.2.3 Sahrul Mulyadi (171411025)
Pada praktikum kali ini dilaksanakan praktikum distilasi.
Distilasi adalah suatu metoda pemisahan campuran cair-cair
didasarkan atas perbedaan titik didih dari masing-masing
komponen cairan yang bercampur, jadi pemisahannya terjadi secara
fisika.
Pertama umpan yang berupa catangki mpuran etanol-air
dimasukkan ke dalam feed, lalu umpan tersebut diaduk dengan cara
di sirkulasi. Pengadukan ini bertujuan supaya umpan menjadi
homogen. Lalu umpan dialirkan ke sump tank melewati pre-heater
yang berfungsi untuk pemanasan awal supaya saat operasi distilasi
di sump tank pendidihan yang dilakukan tidak terlalu lama, pada
pre-heater ini umpan tidak boleh mendidih karena fungsi dari pre-
heater ini bertujuan untuk memanaskan umpan bukan mendidihkan.
Pada saat di sump tank umpan dipompa ke reboiler yang bertujuan
untuk mendidihkan air supaya operasi ditilasi bisa berjalan. Pada
distilais kontinyu ini umpan dialirka secara terus menerus dan
kolom yang digunakan yaitu kolom bubble cap. Ketika umpan
sudah mendidih, umpan tersebut akan menjadi uap dan akan ke atas
melewati kolom fraksionasi, dipaling atas kolom terdapat
kondensor yang berfungsi untuk mengubah uap kedalam bentuk
cairan lagi. Sebagian cairan akan jatuh kembali lewat kolom bubble
cap, dimana saat melewati bubble cap akan kontak dengan uap
yang menuju keatas kolom, fungsi bubble cap sendiri untuk
memperluas kontak antara fasa uap dan fasa cair sehingga terjadi
kesetimbangan dan uap yang dihasilkan lebih murni sehingga
distilat yang dihasilkan lebih murni.
Pada menit ke 10 dan 20 diuji indeks bias, dimana indeks
bias menunjukkan konsentrasi etanol dalam cairan. Yang diuji
yaitu feed (umpan), produk atas (distilat), produk bawah (residu).
Setelah diuji diketahui konsentrasi etanol pada umpan pada menit
ke 10 yaitu 0,075 dan pada menit ke 20 yaitu 0,06 seharusnya
konsentrasi etanol pada umpan sama, tetapi perbedaan bisa terjadi
karena homogenisasi yang tidak sempurna. Pada menit ke 10
distilat memiliki konsentrasi 0,2 dan pada menit ke 0,19, nilai
tersebut bisa dibilang hampir sama, secara teori pada distilasi
kontinyu distilat harus mempunyai konsentrasi yang sama pada
setiap waktu begitu juga pada residu konsentrasi pada menit ke 10
yaitu 0,06 dan pada menit ke 20 yaitu 0,05 juga memiliki nilai yang
hampir sama.
Pada percobaan ini tidak dilakukan reflux karena distilat
yang dihasilkan tidak cukup untuk melakukan reflux, hal ini
dikarenakan steam yang kurang cukup sehingga pemanasan
berjalan lambat.
4.2.4 Sherly Dea Yolandita Lukman (171411026)
Pada praktikum ini dilakukan proses distilasi secara batch
dan kontinyu menggunakan campuran air-etanol yang merupakan
campuran azeotrop. Kolom distilasi yang digunakan yaitu jenis
bubble cap. Dimana bubble cap tray ini mempunyai tingkat-tingkat
atau cerobong yang terpasang diatas hole (lubang) dan sebuah cap
yg menutupi tingkat-tingkat. Cap ini berfungsi sebagai penghalang
atau pengkontak antara liquid dan uap yang dipasang di setiap tray,
bentuknya seperti topi yang di pinggirnya terdapat slot untuk
mengatur besar kecilnya gas yang keluar keatas.
Proses distilasi secara kontinyu dilakukan ketika umpan
berada dalam tangki umpan sedangkan proses distilasi secara batch
dilakukan ketika umpan seluruhnya berada didalam sump tank.
Aliran umpan dijaga laju alirnya agar kurang dari 100 L/h. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh kontak yang tidak terlalu cepat antara
liquid dan uap.
Proses distilasi kontinu dilakukan selama 15 menit dengan
pengamatan terhadap suhu air masuk kondenser, suhu air keluaran
kondenser, suhu keluaran preheater, suhu keluaran sump tank, suhu
steam masuk, suhu uap sump tank, suhu kondensor, suhu steam
keluar dan suhu kondensat setiap 3 menit sekali. Data dapat dilihat
pada tabel 1. Suhu-suhu tersebut harus diamati guna mengetahui
berjalan atau tidaknya alat seperti steam, preheater dan kondenser.
Selain itu dilakukan pengambilan sampel umpan, produk
atas dan produk bawah pada menit ke 10 dan menit ke 15. Sampel
tersebut diukur indeks biasnya menggunakan refraktometer. Dari
hasil pengukuran, dapat dilihat bahwa komposisi etanol dalam
umpan pada saat 10 menit lebih besar dibandingkan komposisi
etanol dalam umpan pada satat 15 menit. Hal ini terjadi karena
sebagian etanol sudah teruapkan dan terpisah dari air menjadi
destilat. Berdasarkan literatur, komposisi etanol pada destilat
semakin lama akan semakin besar atau dapat dikatakan bahwa
semakin lama akan semakin murni etanol yang dihasilkan. Namun
pada saat praktikum diperoleh konsentrasi etanol dalam destilat
pada saat 10 menit lebih besar dibandingkan pada saat 15 menit.
Hal ini dapat disebabkan oleh tidak konstannya laju steam yang
digunakan pada saat praktikum yang menyebabkan suhu pada
proses destilasi menjadi lebih tinggi. Semakin tinggi suhu distilasi
maka air yang terkandung dalam bahan akan semakin banyak yang
ikut menguap dan tertampung dalam distilat sehingga akan
mengurangi konsentrasi alkohol pada destilat.
BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat diketahui :

1. Komposisi pada operasi distilasi kontinyu seperti pada tabel dibawah ini:
Waktu Sampel Umpan Sampel Produk Sampel Produk
(menit) (F) atas bawah (B)
(D)
Indeks Komposisi Indeks Komposisi Indeks Komposisi
Bias XF Bias XD Bias XB

10 1,3356 0,075 1,3439 0,2 1,3342 0,06

15 1,3341 0,06 1,3421 0,15 1,3339 0,05

2. Komposisi pada operasi distilasi batch seperti pada tabel dibawah ini:
Waktu Sampel Umpan (F) Sampel Produk atas
(menit) (D)

Indeks Bias Komposisi Indeks Bias Komposisi


XF XD

10 1,3351 0,07 1,3441 0,2

20 1,3340 0,055 1,3436 0,19


DAFTAR PUSTAKA

Komariah, Leily Nurul dkk.2009.”Tinjauan Teoritis Peramcangan Kolom Distilasi


untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri”.Universitas Sriwijaya:Jurusan
Teknik Kimia.

Permatasari, Ratih dkk.2015.”Pemodelan dan Simulasi Distilasi Batch Broth


Fermentasi Pada Tray Column Dengan Serabut Wool”.Institut Teknologi
Sepuluh November:Jurusan Teknik Kimia.

Putra,DTA.2014.”Pemodelan dan Simulasi Distilasi Batch”.-.

Rifandi,Ahmad.2017.”Petunjuk Praktikum Distilasi Batch dan Kontinyu


Laboratorium Pilot Plant”.Bandung:Politeknik Negeri Bandung

Wahyuni,Ika.2012.”Studi Pemisahan Campuran Azeotrop Etanol-Air dan


Isopropil Alkohol-Air Melalui Proses Pervaporasi dengan Membran Thin
Film Composite Komersial”.Depok:Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai