PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Membuat larutan biner (alcohol dan air) dengan berbagai konsentrasi.
b. Mengukur kadar alkohol melalui pengukuran berat jenis.
c. Merangkai peralatan distilasi batch yang dilengkapi dengan isian
(packing).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
n
tekanan parsiel komponen-komponen penyusunnya. p=∑ p i .
1
Distilasi batch adalah proses distilasi yang unsteady state, karena komposisi
dan jumlah masadalam cairan maupun distilat selalu berubah seiring dengan
perubahan waktu. Semakin panjang waktu, fraksi komponen A (komponen
yang lebih volatile) dalam cairan semakin menurun, sedangkan fraksi
komponen B semakin besar. Demikian pula massa cairan yang diuapkan
semakin lama semakin berkurang. Hal yang sama terjadi pada distilat,
semakin panjang waktu, fraksi komponen A dalam distilat semakin besar.
L
hasil disebut relux ratio (R), di mana: R =
D
1.4. Kolom Distilasi Menggunakan Isian (packing)
Dalam distilasi kontinyu, proses terjadinya kesetimbangan uap-cair
merupakan faktor yang sangat penting. Ambil sistem campuran yang
Sederhana yaitu larutan biner yang mengandung komponen A dan B, almana
Komponen A lebih volatile dibanding B. Disini terjadi perbedaan antara
konsentrasi Komponen A dalam lase cair (xA) dengan konsentrasi komponen
A dalam fase uap (yA) Karena ada konsentrasi komponen A sebesar ΔxA yang
menguap terikut fase uap. Untuk mendapatkan konsentrasi A yang besar
dalam lase uap atau kemurnian A yang tinggi, perlu dilakukan kontak berkali-
kali (multi stage). Pada proses kontak cairan dan uap terjadi perpindahan
massa secara difusi antar fase dari komponen yang ada Laju perpindanan
massa berbanding langsung dengan: 1) driving force (beda konsentrasi fase
cair atau uap dengan konsentrasi dalam kondisi kesetimbangannya), dan 2)
konstanta pembanding yang disebut koefisien Perpindahan Massa (Kya).
Harga koefisien perpindahan massa terganung pada packimg yenis, demensı,
luas permukaan), temperatur, dan hidrodinamika fluidanya. Jenis-jenis
packing seperti yang ditunjukkan pada Gambar A (dalam lampiran).
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
3.1 Bahan-bahan
- Aquadest : 250 ml
- Alkohol : 350 ml
Alat-alat
- Seperangkat peralatan destilasi batch
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Beaker glass
- Alat penimbang
- Thermometer
Data:
- Temperatur didih mula-mula : 780C
- Cairan mula-mula : 600 ml
Etanol = 350 ml
Densitas = 0,7824 gr/ml
Kadar = 98%
Campuran (etanol+aquadest) = 600 ml
Densitas = 0,9164 gr/ml
Kadar = 45,22 %
- Cairan akhir : 400 ml
Destilat
Densitas = 0,7956 gr/ml
Kadar = 95%
Rafinat
Densitas = 0,9208 gr/ml
Kadar = 41,4%
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan selama proses distilasi
berlangsung diambil sampling destilat pada setiap waktu 20 menit. Hasil
destilat pada sampling jumlahnya berbeda-beda karena temperaturnya tidak
terjaga. Temperature didih mula-mula adalah 780C. Campuran umpan,
destilat dan rafinat diukur densitasnya dan dicari kadarnya dari tabel Perry
2-111. Untuk umpan yang digunakan adalah etanol murni dengan kadar
98% yang kemudian dicampur dengan aquadest sehingga memiliki densitas
0,9164 gr/ml dan kadar etanol menjadi 45,22%. Setelah proses distilasi
berlangsung diperoleh hasil destilat dengan densitas 0,7956 gr/ml dan
diperoleh kadar 95%. Sedangkan pada rafinat memiliki densitas 0,9208
gr/ml dan diperoleh kadar 41,4%.
Kadar etanol akhir lebih sedikit dari pada kadar etanol murni pada
umpan. Hal ini disebabkan karena temperatur cairan dalam labu melebihi
titik didih etanol sehingga ada aquadest yang ikut teruapkan dan menjadi
destilat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kadar etanol akhir lebih sedikit dari pada kadar etanol murni pada
umpan. Hal ini disebabkan karena temperatur cairan dalam labu melebihi
titik didih etanol sehingga ada aquadest yang ikut teruapkan dan menjadi
destilat. Umpan yang digunakan memiliki kadar 98% setelah proses distilasi
berlangsung kadar etanol pada distilat menjadi 95% dan kadar etanol pada
rafinat sebesar 41.4%.
5.2. Saran
1. Pada saat merangkai alat harus dicek jangan sampai ada yang bocor.
2. Pada saat proses distilasi temperature cairan dalam labu harus dijaga
sesuai dengan titik didih etanol agar hasil yang diperoleh murni etanol.
DAFTAR PUSTAKA
Brown G.G “Unit Operation” Modern Asia Edition, 1978. John Willey and Sons
Inc. New York.
Fuoust A.S,Weneal L.A, Means L and Anderson L.B “Principles of unit
Operation” 1980, John Willey and Sons Inc. New York.
Mc. Cabe W.L ang Smith I.C, “Unit Operation Of Chemical Engineering” 5 th
edition 1993, Mc. Graw Hill Kogakusha,Tokyo.
Perry R.H, Green D.W and Maloney L.D, Perry’s Chemical Engineering Hand
Book”, 6th edition 1994. Mc. Graw Hill Book Company New York.
Staf Laboratorium OTK, “Buku Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia”,
2005, Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik UNTAG
Semarang.
LAMPIRAN
= 88
d. Dalam residu
41,4
46
XR =
41,4 ( 100−41,4 )
+
46 18
= 21,6