Anda di halaman 1dari 15

Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

Kegiatan Belajar

JUDUL :Toksikologi Logam Berat


 120 Menit

PENDAHULUAN
Hidup Manusia tidak dapat dipungkiri berada pada lingkungan
kimia, kemudian, menghirupnya, termakan atau terabsorbsi dan
masuk kedalam tubuh melalui kulit oleh berbagai bahan kimia yang
berada disekeliling kita. Toksikologi adalah ilmu yang
memperhatikan bagaimana efek dari bahan kimia tersebut sebagai
agent penyebab toksik hingga dapat dikurangai atau bahkan
dihilangkan pengaruh buruknya kedalam seluruh tubuh. Para ahli
toksikologi berupaya terutama kosern terhadap penanganan efek
samping akibat terpapar dengan bahan bahan kimia tersebut serta
bagaimana lingkungan terbebas dari bahaya dan resiko terpapar
dari bahan toksikan.
Modul ini akan membahas toksikologi terutama berasal dari
lingkungan hidup seperti dalam tanah, air dan udara. Toksikologi yang
berasal dari industri seperti logam berat, asap yang menyebabkan
polusi udara, air dan lingkungan pemukiman.

1
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu menjelaskan bahan kimia logam penyebab toksik


yang berada disekitar lingkungan dan dampak buruk yang diakibatkan
toksikan kimia logam terutama logam berat (Pb, Hg, Cd). Mampu
menjelaskan peran Dimerkaprol, (CaNa 2EDTA), Sukimer, Penisilamin,
Trientine dan Deferoksamin sebagai chelator-logam.

URAIAN MATERI

Logam berat
Logam berat adalah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5
gram atau lebih untuk setiap cm 3, sedangkan logam yang beratnya
kurang dari 5g adalah logam ringan. Dapat juga dikarenakan sifat
toksiknya Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam

2
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

mineral “trace” atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit. Beberapa


mineral trace adalah esensiil karena digunakan untuk aktivitas kerja
system enzim misalnya seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe ) dan
beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn) dan
beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan bersifat
toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium (Cd)
dan timbal (Pb).

Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai nomor atom


dari 22 sampai 92 (Waldichuk, 1974) yaitu sejumlah unsur seperti
merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn),
seng (Zn), timah hitam (Pb), kobalt (Co), khromium (Cr), nikel (Ni) dan
vanadium (Va) dan terletak dalam periode tiga sampai tujuh dalam
susunan berkala.Berikut ini adalah beberapa Toksisitas Logam berat
yang di bahas.

1. Toksisitas Kadmium (Cd)


Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn, proses
pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping kadmium.yang
terbuang kealam lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk
mengukur asupan kadmium kedalam tubuh manusia perlu dilakukan
pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan
Cd dalam feses.

3
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian


besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui
feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan
melalui urin.
Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal dan hati
terutama terikat sebgai metalothionein. Metalotionein mengandung
asam amino sistein, dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH)
dalam enzim karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari
protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd
disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga
menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim.
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan
daripada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium
kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama
kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap,
korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah,
kepala pusing dan sakit pinggang.
Kematian disebabkan karena terjadinya edema paru-paru.
Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi emfisema atau gangguan
paru-paru yang jelas terlihat. Keracunan kronis terjadi bila memakan
atau inhalasi dosis kecil Cd dalam waktu yang lama..
Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan
kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu
gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria diserta dengan

4
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

penurunan laju filtrasi glumerolus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis


juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal
tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap
kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus
keracunan Cd kronik. Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea
karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium
dan fosfat dalam ginjal.

Treatmen Keracunan Cd.

 Jika terhirup, hentikan dan pindahkan dari paparan. Kodein


sulftat untuk sakit di dada dan batuk. Pemberian Ca2EDTA
sesuaikan dosis . Pemberian Penisilin dilakukan untuk
menghindari efek infeksi sekunder bacteria pneumonia.

o Jika termakan dan tidak terjadi muntah yang berarti maka


dapat dilakukan bilas lambung seperlunya. Lakukan
pemberian susu dan albumin untuk bilas lambung dengan
larutan Natrium atau Magnesium Sulfat dalam air ( 15-30
gm).Hindari Pemberian DIMERCAPROL (BAL). Setelah bilas
lambung selesai dapat diberi infuse Ca2EDTA

o Pemberian putih telur, susu dan tannin dapat dilakukan


sebagai demulcent. Kalsium Klorida iv dapat diberikan
untuk mengurangi kolik saluran cerna.Dehidrasi dapat
dicegah dengan pemberian larutan isotonis.

5
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

 Lakukan pemberian disodium EDTA( CaNa2EDTA) iv drip. Pada


Kondisi Parah dapat diberikan BAL pada dosis terbagai sampai 24
mg/kgBB setiap 24 jam.

2. Toksisitas Timbal (Pb)

Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif, sehingga


mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang
dipengaruhinya yaitu sebagai berikut:
1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan
hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan
ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer.
3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia,
glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi
5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas
pembuluh darah
6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu
melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia
pada pria.
7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan
fungsi adrenal

6
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul
protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja system
enzim. Timbal mengganggu system sintesis Hb dengan jalan
menghambat konversi delta amonolevulinik asid (delta-ALA) menjadi
forfobilinogen dan juga menghambat korporasi dari Fe ke dalam
protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan jalan menghambat enzim
delta-aminolevulinik asid dehidratase (dekta-ALAD) dan ferokelatase.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam urin
dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb.

Pengaruh toksisitas akut Pb agak jarang ditemui, tetapi pengaruh


toksisitas kronik paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis
sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam,
pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan,
pelapisan logam dan pengecatan system semprot.

7
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

Senyawa Pb organik terutama bersifat neurotoksik. Bila kadar Pb


darah di atas 80 mg/dl (800 ppm) dapat terjadi ensefalopati,
keadaan ini disertai oleh munculnya ataksia, koma dan kejang-
kejang. Pada tingkat lebih rendah (40-50 mg/dl atau 400-500
ppm) berakibat IQ yang menurun. Kondisi ini mungkin
disebabkan rusaknya fungsi neutransmitter dan ion kalsium.
Senyawa tetraetil Pb dan tetrametil Pb yang merupakan senyawa
Pb organik dapat menyebabkan ensefalopati melalui penyerapan
kulit ataupun penghirupan.

Dosis keracunan Pb
Anak sapi : 400-600 mg/kg; Sapi dewasa : 600 – 800 mg/kg; Domba :
Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50 kg. Bayi dan anak-anak
biasanya lebih peka terhadap toksisitas Pb daripada orang dewasa.
Menurut penelitian hal ini disebabkan :

1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap


unit berat badannya

2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran pencernaan,

3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif muda dan
masih terus berkembang.

Treatmen Keracunan Pb.

8
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

Jika termakan dan tidak terjadi muntah yang berarti maka dapat
dilakukan bilas lambung dengan 1% Natrium atau Magnesium
Sulfat.Pemberian putih telur, susu dan tannin dapat dilakukan sebagai
demulcent. Kalsium Klorida iv dapat diberikan untuk mengurangi kolik
saluran cerna.Dehidrasi dapat dicegah dengan pemberian larutan
isotonis.

Lakukan pemberian disodium EDTA( CaNa2EDTA) iv drip. Pada


Kondisi Parah dapat diberikan BAL pada dosis terbagai sampai 24
mg/kgBB setiap 24 jam.

3. Toksisitas Merkuri (Hg)


Kasus pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh toksisitas
merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan rantai alkil yang pendek
yaitu ethyl-merkuri dan methyl-merkuri. Senyawa tersebut sangat stabil
dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang
sukar ditembus oleh senyawa lain, misalnya otak dan plasenta.
Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
baik pada orang dewasa maupun anak.
Senyawa merkuri organic yang paling popular adalah methyl-merkuri,
yang pertama disintesis pada tahun 1865. Senyawa tersebut kemudian
diketahui senyawa yang berpotensi penyebab toksisitas terhadap
system saraf pusat. Tujuan sintesis metyl merkuri tersebut adalah
digunakan sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian yang baru dipanen.
Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai keracunan merkuri pada

9
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

petani dan keluarganya, sehingga akhirnya penggunaan metil merkuri


untuk mencegah pertumbuhan jamur dihentikan.
Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia
yaitu dalam bentuk inorganik merkuri dan organik merkuri. Dalam air,
air raksa (Hg) terutama terikat dengan Cl dan senyawanya berbentuk
(HgCl)+, (HgCl4)-2, HgCl2 dan (HgCl3)- ( Baca Vogel.) Bentuk kimia
dari merkuri ada dua yaitu : organik (fenil-Hg, metoksi-Hg dan alkil-Hg)
serta inorganik (Hg+(HgCl) dan Hg2+). Merkuri organik mempunyai
daya racun yang lebih tinggi dari merkuri inorganik dan menurut hasil
penelitian diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri
inorganik.

Kasus Teluk Minamata di Jepang, Pembuangan limbah Chisso


Corporation : pabrik kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan
parfum .Merkuri digunakan sbg katalisator pada tahun 1950
produksi naik, akan tetapi limbah melimpah. Metil merkuri
dihasilkan dari proses metilasi merkuri anorganik oleh bakteri
metanogenik (di sedimen). Pada tahun 1953-1960 terdapat 98
orang Jepang yangg dirawat . Sistem saraf pusat adalah target
organ dari toksisitas metil merkuri, sehingga gejala yang terlihat
erat hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang
timbul adalah:

• Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan


menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki,

10
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta


rasa nyeri pada lengan dan paha.

• Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah


jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara.

• Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala

• Tremor pada otot merupakan gejala awal dari


toksisitas Hg tersebut, tetapi derajat

Hg0 20 %

Paru-paru/ 80%, darah


Insang Sel

Hg0 oksidasi katalase

Hg2+
Ikatan kovalen
dengan gugus
CH3Hg+ sistein & GSH

Pencernaan Hg2+
CH3Hg+
~ 95% demetilasi

berat atau ringannya toksisitas bergantung pada diet per


harinya, lama mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan
demikian semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang
terkontaminsi metil-merkuri per hari, maka semakin berat
gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil-Hg tersebut..
Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90 hari,

11
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur,


sedangkan akumulasinya dengan mudah menimbulkan gejala
toksisitas. Konsentrasi Hg dalam darah sekitar 10-20 ug%
biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada
konsentrsi sekitar 50 sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan
gejala. Gambar.. absorbsi Hg Elemen (Hg0) dan MeHg Pada Sel

Treatmen Keracunan Merkuri.

Jika termakan dan tidak terjadi muntah yang berarti maka dapat
diberikan putih telur, susu dan arang aktif mempercepat pengendapan
Hg dalam lambung. Bilas lambung dengan larutan natrium formaldehid
atau 2-5% larutan Natrium Bikarbonat.

Berikan Natium sulafat atau Mg Sulfat dalam air minum (1/2-1 oz)
untuk membuat mual dan muntah. Berikan BAL IM 10% meski setelah
3 jam termakan dapat diberi mencegah kerusakan ginjal . Dehidrasi
dapat dicegah dengan pemberian larutan isotonis.

Lakukan pemberian disodium EDTA (CaNa2EDTA) iv drip. Pada


Kondisi Parah dapat diberikan BAL pada dosis terbagai sampai 24
mg/kgBB setiap 24 jam.

Beri nutrisi yang cukup. Beri demulcent ( seperti susu,atau magnesium,


amilum , dan bismuth subcarbonat.

LATIHAN

12
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

 Sebutkan Jenis Logam berat yang sering digunakan hingga


mencemari lingkungan.
 Tuliskan Reaksi Logam Berat dengan Peraksi asam atau
basa.
 Bagaimana menetralisir Logam Berat dalam tubuh?

RANGKUMAN

Manusia sebagai penyebab utama polusi loam berat karena kebutuhan


industry dan petrokimia. Pada bagian utama modul ini membahas
toksikologi logam berat Pb, Cd dan Hg. Logam berat menunjukkan efek
toksik kedalam tubuh ketika bereaksi dengan satu atau lebih gugus
ligan reaktif dalam tubuh yang esensil untuk fungsional tubuh.
Logam berat antagonists (chelating agents) didesain terutama secara
specific untuk bergabung dengan Logam berat sehingga mencegah
efek toksik yang lebih luas serta memudahkan logam berat untuk di
ekskresi. Logam berat terutama unsur logam transisi pada system
periodik mampu bereaksi dalam tubuh melalui ligan yang mengandung
oksigen Seperti (—OH, —COO–, —OPO3H–, >C O), sulfur (—SH,—S—
S—), dan nitrogen (—NH2 and >NH). Hasilnya membentuk kompleks
(atau senyaaw koordinasi) yang terbentuk melalui ikatan koordinat

13
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

dimana pasangan electron sunyi turt terlibat). Ideal chelator dapat


membentuk komplkes yang stabil dengan logamnya melalui peran
ikatan ligan. Memlki solubilitas yang tinggi terhadap air, resistance
terhadap biotransformation, mampu bereaksi dengan logam ditempat
penyimpanan dalam organ tubuh, mampu membentuk kompleks dari
toksik menjadi nontoksik dengan logam berat paada pH caira tubuh ,
dan siap dibuang melalui urin . Hal yang paling penting adalah sifat
terapeutik chelating agent affinitasnya harus lebih besar terhadap
logam dibandingkan dengan endogenous ligands. Beberapa chelator–
metal antara lain Dimerkaprol, (CaNa2EDTA), Sukimer, Penisilamin,
Trientine dan Deferoksamin.

TES FORMATIF

 . Jelaskan Mekanisme kerja logam berat ketika masuk


dalam tubuh sesuai gambar teks.
 Berikan masing-masing cara pengobatan ketika terjadi
keracuna Hg, Pb dan Cd.
 Tuliskan Rumus Kimia Dimerkaprol.

A.
B.
C.

14
Bahan Ajar Mata Kuliah: Metodologi Riset

GLOSARIUM

Toksikan : Bahan yang memberikan keracunan


BAL : Singkatan untuk Nama lain Dimercaprol ( 2,3
dimercapto-1-propanol)
Gm : grain ( Tidak sama dengan Gram)
OZ : Onze ( Satuan Berat ( Inggris) )

DAFTAR PUSTAKA

1. Robert E., Gosselin, Harold C Hodge., Roger P.Smith.,


and Marion N. Gleason, 1975, Clinical Toxicology Of
Commercial Product, The William & Wilkins Co,
Baltimore.

15

Anda mungkin juga menyukai