Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK IX

KELOMPOK 1

Tutor : dr. Noor Zaki AF


Shabrina Ananda Heparrians 702015024

Raga Tetra Putra 702018017

Tasya Salsabila 702018055

Selvi Triani 702018096

Muhammad Ridho Amrillah 702018080

Dinda Karunia Putri 702018060

Suci Dwi Cahya 702018056

Adila Nurhaliza 702018039

Yolanda Fitriani 702018012

Shafa Almira 702018097

Indah Rahmayani 702018088

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dpat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario B
Blok IX. Shalawat beriring salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW berserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan
dengan sejuknya keimanan. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan
materi maupun spiritual. Kepada dr. Noor Zaki AF selaku tutor kelompok 1, dan
semua pihak yang membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun guna perbaikkan
dimasa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Palembang, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) ini adalah Tutorial. Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode
Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada blok IX yaitu sistem pertahanan tubuh dan infeksi dilaksanakan
tutorial studi kasus skenario yang berjudul “Dukun maut”, guna melatih
kemapuan mahasiswa.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
2. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Noor Zaki AF
Moderator : Muhammad Ridho Amrillah
Sekretaris Meja : Tasya Salsabila
Sekretaris Papan : Dinda Karunia Putri
Waktu : Selasa, 29 oktober 2019
Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Kamis, 31 oktober 2019
Pukul 13.00 – 15.00 WIB

Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat
4. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung
5. Tepat waktu

2.2 Skenario
“Dukun maut”

Juju, anak berusia 6 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan utama


nyeri, bengkak dan tidak bisa menggerakkan tungkai kiri bawah sejak 2
minggu yang lalu disertai dengan adanya luka di daerah tersebut sebanyak 2
buah yang mengeluarkan nanah.
Dua bulan yang lalu, Juju terjatuh dari sepeda dan tungkainya membentur
trotoar sehingga mengalami bengkak dan nyeri di tungkai kiri bawah. Oleh
orangtuanya, Juju dibawa ke dukun urut dan diurut, keluhan tidak berkurang,
bengkak dan nyeri bertambah.
Satu bulan yang lalu, Juju dibawa kembali ke dukun urut yang lain, selain
diurut, Juju juga diberi ramuan yang ditutup dengan daun dan diikat di tungkai
kiri bawahnya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Kesadaran compos mentis; frekuensi pernafasan 26x/menit; denyut nadi
102x/menit; isi dan tegangan cukup; tekanan darah 100/70 mmHg; temperatur
38,00 C. VAS 7
Keadaan spesifik :
TB : 120 cm, BB : 22 kg
Kepala : konjungtiva pucat, sklera tidak kuning
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas bawah : regio cruris sinistra
Look :
- Asimetris, bengkak, deformitas (+)
- Fistula 2 buah mengeluarkan pus (+)
- Luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), teraba tegang pada kulit cruris sinistra
Move : nyeri saat ekstremitas inferior sinistra digerakkan
ROM : pergerakkan sendi sulit dinilai karena sakit
Pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
Ekstremitas bawah dextra : dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah : Hb : 10%, leukosit 16.000/mm3
2.3 Klarifikasi Istilah
No Istilah Artinya
1. Trotoar Tepi jalan raya untuk perjalanan kaki
2. Bengkak Bengkak atau edema merupakan pengumpulan
cairan secara abnormal di ruang intraseluler tubuh.
3. fistula Saluran abnormal antara dua organ dalam
berjalandari organ dalam menuju permukaan tubuh.
4. Konjungtiva Membran harus yang melapisi kelopak mata dan
pucat menutupi bola mata yang berwarna pucat.
5. Nyeri Perasaan tidak nyaman, menderita atau nyeri
disebabkan oleh rangasangan pada ujung-ujung saraf
tertentu.
6. Nanah Cairan kaya protein hasil proses peradangan yang
mengandung leukosit debris seluler dan cairan encer
atau qiuoris.
7. Deformitas Perubahan bentuk tubuh atau bagian tubuh secara
umum.
8. Krepitas Suara berderak seperti bila kita menggesekkan
ujung-ujung tulang yang patah.
9. VAS (Visual analog scale) merupakan pemeriksaan yang
bertujuan untuk menilai skala nyeri.
10. Dorsalis Punggung kaki.
pedis
11. Asimetris Tidak sama kedua sisi.
12. Dukun urut Orang yang pekerjaan mengobati, memberi jampi-
jampi (mantra, guna-guna dengan cara mengurut)
13. Pulsasi Denyut atau detakan yang berirama seperti terdengar
suara jantung.
2.4 Identifikasi Masalah
1. Juju, anak berusia 6 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan utama nyeri,
bengkak dan tidak bisa menggerakkan tungkai kiri bawah sejak 2 minggu
yang lalu disertai dengan adanya luka di daerah tersebut sebanyak 2 buah
yang mengeluarkan nanah.
2. Dua bulan yang lalu, Juju terjatuh dari sepeda dan tungkainya membentur
trotoar sehingga mengalami bengkak dan nyeri di tungkai kiri bawah. Oleh
orangtuanya, Juju dibawa ke dukun urut dan diurut, keluhan tidak
berkurang, bengkak dan nyeri bertambah.
Satu bulan yang lalu, Juju dibawa kembali ke dukun urut yang lain, selain
diurut, Juju juga diberi ramuan yang ditutup dengan daun dan diikat di
tungkai kiri bawahnya.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Kesadaran compos mentis; frekuensi pernafasan 26x/menit; denyut nadi
102x/menit; isi dan tegangan cukup; tekanan darah 100/70 mmHg;
temperatur 38,00 C. VAS 7
Keadaan spesifik :
TB : 120 cm, BB : 22 kg
Kepala : konjungtiva pucat, sklera tidak kuning
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas bawah : regio cruris sinistra
Look :
- Asimetris, bengkak, deformitas (+)
- Fistula 2 buah mengeluarkan pus (+)
- Luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), teraba tegang pada kulit cruris sinistra
Move : nyeri saat ekstremitas inferior sinistra digerakkan
ROM : pergerakkan sendi sulit dinilai karena sakit
Pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
Ekstremitas bawah dextra : dalam batas normal
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah : Hb : 10%, leukosit 16.000/mm3
5. Pemeriksaan Radiologi

2.5 Prioritas Masalah


Identifikasi no 1 “ Juju, anak berusia 6 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keluhan utama nyeri, bengkak dan tidak bisa menggerakkan tungkai kiri
bawah sejak 2 minggu yang lalu disertai dengan adanya luka di daerah
tersebut sebanyak 2 buah yang mengeluarkan nanah. “
Alasannya: Karena akan mengganggu aktivitas dan menimbulkan
komplikasi berlanjut apabila tidak ditatalaksanai dengan baik.

2.6 Analisis Masalah


1. Juju, anak berusia 6 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan utama nyeri,
bengkak dan tidak bisa menggerakkan tungkai kiri bawah sejak 2 minggu
yang lalu disertai dengan adanya luka di daerah tersebut sebanyak 2 buah
yang mengeluarkan nanah.
a. Apa makna Juju dibawa ke UGD RS dengan keluhan utama nyeri,
bengkak dan tidak bisa menggerakkan tungkai kiri bawah sejak 2 minggu
yang lalu disertai dengan adanya luka di daerah tersebut sebanyak 2 buah
yang mengeluarkan nanah ?
Jawab :
Maknanya nyeri karena ada kerusakan nosiseptor, bengkak karena
ada akumulasi cairan yang menandakan adanya reaksi inflamasi akibat
degenerasi kartilago hyaline dan infeksi cairan synovial dan tanda-tanda
dari peradangan yaitu Color, Dolor, Rubor, Tumor, dan Fungsio Laesa
yang mengenai region Cruris. Pada region cruris terdapat tulang panjang
yang ada pembuluh darah dan macam-macam jaringan sekitar jika terjadi
infeksi atau radang akan menimbulkan nyeri, bengkak, dan tidak dapat
digerakkan.

b. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus ?


Jawab : Adapun anatomi dan fisiologi dari tungkai bawah adalah sebagai
berikut.
Anatomi pada regio cruris
Tulang dan sendi pada regio cruris

Tulang: Sendi
Os Tibia Articulatio femorotibialis
Os Fibula Articulatio tibiofibularis
Articulatio talocruralis
Otot pada regio cruris
Anterior Posterior

Lateral
M. tibialis anterior M. soleus
M. extensor digitorum M. popliteus
longus M. flexor digitorum longus
M. extensor hallucis longus M. tibialis posterior
M. fibularis longus M. flexor hallucis longus
M. fibularis brevis M. extensor hallucis brevis
M. gastrocnemius M. plantaris

Fascia pada regio cruris: Fascia cruris


Vaskularisasi pada regio cruris

Arteri Vena
A. inferior medialis genus V. saphena magna
A. inferior lateralis genus V. saphena parva
A. recurrens tibialis anterior V. poplitea
A. tibialis anterior
A. fibularis
A. malleolaris anterior lateralis
A. malleolaris anterior medialis
A. suralis
A. tibialis posterior
A. poplitea

Innervasi pada regio cruris


N. fibularis communis N. cutaneus dorsalis medialis
N. fibularis profundus N. cutaneus surae medialis
N. fibularis superficialis N. cutaneus surae lateralis
N. saphenus N. suralis
N. cutaneus dorsalis intermedius N. Tibialis

Secara fisiologis tungkai bawah terdiri atas kaki dan pergelangan kaki yang
berfungsi sebagai suatu unit yang terpadu, dan bersama-sama memberikan
dukungan stabil, propriosepsi, keseimbangan dan mobilitas. Tulang tibia bersama-
sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya berfungsi menyangga seluruh tubuh
dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada
saat berdiri (Snell, 2006).
Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila
mendapatkan tekanan, bersifat keras oleh matriks ekstraselulernya mengalami
kalsifikasi. Komponen utama nonseluler tulang : mineral-mineral dan matriks
organik (kolagen dan proteoglikan) yang sangat diperkuat dengan timbunan garam-
garam kalsium. Rata-rata tulang padat terbentuk dari 30% matriks dan 70% garam.
Tulang terdiri atas 2 bentuk:
- Substantia compacta  tampak massa padat, tipis di epifisis, tebal di diafisis,
memiliki lamella konsentris bersama dengan pembuluh darah membentuk
osteon
- Substantia spongiosa terbentuk trabekula banyak di epifisis dan metafisis,
ruang diantara trabecula diisi sumsum tulang yang membentuk darah (orang
muda) atau lemak (orang tua), susunan trabekula tahan tehadap tekanan dan
tarikan yang mengenai tulang.
Tulang tersusun atas 3 jenis sel : osteoblas, osteosit dan osteoklas.
- Osteoblas : kolagen tipe , proteoglikan disebut osifikasi  peran
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Kadar fosfatase
alkali di dalam darah menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang
setelah mengalami fraktur atau kasus metastasis kanker tulang.
- Osteosit: sel dewasa untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yng padat.
- Osteoklas : sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi, mengikis tulang, enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam melarutkan mineral tulang sehingga
kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah (Eroschenko, 2010; Noor.Z,
2017).

c. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ?


Jawab :
Hampir separuh dari kasus ini bahwa pria memiliki resiko lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita kira - kira 2:1, dan untuk rentang usia
dari kasus ini biasanya terjadi pada anak-anak pada usia dibawah 5 tahun.
Insidensi osteomieilitis pada anak adalah 13/100,000 per-tahun.
Insidensi osteomielitis lebih tinggi pada anak di bawah usia 3 tahun
dibandingkan dengan anak usia tua. Osteomielitis non-vertebral
(10/100.00) juga memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan
osteomielitis vertebral (3/100.000) pada anak-anak. Osteomielitis
vertebral lebih sering terjadi pada anak perempuan (Michno, 2018).
Insidens osteomielitis pada orang dewasa adalah 21.8 / 100,000 per-
tahun lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita dan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Insidensi ini juga dilaporkan
meningkat, contohnya pada tahun 1969 – 1979 insidensi osteomielitis
hanya 11.4 / 100,000 per-tahun, dan pada tahun 2000 – 2009 insidensi
osteomielitis meningkat menjadi 24.4 / 100,000 per- tahun (Kremers,
2015).

d. Apa saja etiologi dari nyeri dan bengkak ?


Jawab :
Etiologi bengkak:
1. Peningkatan HPC (hidrostatik pressour capiler)
2. Penurunan OPC (osmotic plasma dari kapiler)
3. Peningkatan permeabilitas kapiler karena pembuluh darah akan
melebar kalau ada inflamasi
4. Obstruktif limfatik, penumpukan cairan di interstitial
5. Referensi Na dan air. (Helmi, 2014)
Inflamasi atau radang merupakan respon biologis yang bertugas
melindungi tubuh dari infeksi dan perbaikan jaringan yang rusak akibat
trauma. Tanda-tanda yang dimiliki pada umumnya adalah bengkak,
nyeri, kemerahan, panas dan hilangnya fungsi (fungsio laesa). Jadi
etiologi dari nyeri dan bengkak merupakan respon dari inflamasi.

e. Bagaimana patofisiologi dari nyeri, bengkak, dan tidak bisa


menggerakan tungkai kiri bawah dan mengeluarkan nanah ?
Jawab :
Trauma benda tumpul  kerusakan jaringan  inflamasi  nyeri
dan bengkak  tekanan dari luar ; tatalaksana trauma yang tepat (urut)
dan tidak steril (diberi ramuan)  invasi mikroorganisme  fagosit oleh
makrofag  pus  luka yang bernanah (Sherwood, 2011).
Trauma benda tumpul  kerusakan jaringan  inflamasi 
pelepasan mediator inflamasi (histamin, bradiqinin)  vasodilatasi 
peningkatan permeabilitas vaskular  pembentukan edema 
peningkatan tekanan jaringan  nosiseptor  nyeri (Sherwood, 2011).
Trauma benda tumpul  kerusakan jaringan inflamasi 
pelepasan mediator inflamasi  peningkatan vasodilatasi, permeabilitas
vaskular  pembentukan edema  bengkak (Sherwood, 2011).
Trauma benda tumpul  kerusakan jaringan  inflamasi  nyeri
dan bengkak  tungkai tidak bisa digerakkan (Sherwood, 2011).
f. Apa saja klasifikasi luka ?
Jawab :
1. Berdasarkan Penyebab
a. Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada
permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda
berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada
kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun
benturan benda tajam ataupun tumpul.
b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan
tepi luka berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum
biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau
dapur, sayatan benda tajam (seng, kaca), dimana bentuk luka
teratur.
c. Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang
tidak beraturan atau compang camping biasanya karena tarikan
atau goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada
kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan
dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga
lapisan otot.
d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda
runcing yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya.
Misalnya tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku
dan benda-benda tajam lainnya. Kesemuanya menimbulkan efek
tusukan yang dalam dengan permukaan luka tidak begitu lebar.
e. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan
hewan memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi
hewan yang menggigit.
f. Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan
panas maupun sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki
bentuk luka yang tidak beraturan dengan permukaan luka yang
lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya juga disertai bula
karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.
2. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi).
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalamkondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksiluka adalah 3% - 11%.c.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasinonpurulen.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
3. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka.
a. Stadium I: Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema”) yaitu
luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II: Luka “Partial Thickness” yaitu hilangnya lapisa kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan
luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c. Stadium III: Luka “Full Thickness” yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputikerusakan atau nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisanepidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV: Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dantulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas (Giam, 2008).

g. Bagaimana mekanisme trauma ?


Jawab :
Internal hemorrage → terjadi inflamasi → edem akibat dari inflamasi →
respon mast cells trauma mensinyalkan untuk mengeluarkan histamin
dan bradikin → kedua mediator ini menyebabkan terjadinya vasodilatasi
dan meningkatkan aliran darah→ bradikinin → stimulasi ujung saraf →
rasa sakit edema akibat peradangan akut dikarenakan kontraksi edothelial
dan kerusakan endhotelial (Dumovich, 2019).

h. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri, bengkak dan


ekstremitas tidak bisa digerakkan ?
Jawab :
1. Osteomyelitis
2. Artritis supuratif akut
3. Ewing’s sarkoma.

2. Dua bulan yang lalu, Juju terjatuh dari sepeda dan tungkainya membentur
trotoar sehingga mengalami bengkak dan nyeri di tungkai kiri bawah. Oleh
orangtuanya, Juju dibawa ke dukun urut dan diurut, keluhan tidak
berkurang, bengkak dan nyeri bertambah. Satu bulan yang lalu, Juju dibawa
kembali ke dukun urut yang lain, selain diurut, Juju juga diberi ramuan yang
ditutup dengan daun dan diikat di tungkai kiri bawahnya.
a. Apa makna dua bulan yang lalu, Juju terjatuh dari sepeda dan tungkainya
membentur trotoar sehingga mengalami bengkak dan nyeri di tungkai
kiri bawah ?
Jawab :
Maknanya kemungkinan Juju mengalami trauma benda tumpul dan
gejala yang dirasakan Juju sudah cukup lama yaitu dua bulan yang lalu,
sehingga dapat dikatakan bahwa gejala ini sudah kronik.

b. Apa makna Juju di bawa oleh orangtuanya ke dukun urut dan diurut,
keluhan tidak berkurang, bengkak dan nyeri bertambah ?
Jawab :
Maknanya Juju tidak ditatalaksana dengan baik dan benar sehingga
sehingga menyebabkan trauma tersebut bertambah parah bukan
membaik. Trauma tersebut menyebabkan inflamasi atau peradangan,
dimana merupakan suatu reaksi lokal jaringan dengan manifestasi klinis
berupa rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas), dolor
(nyeri) dan function lease (gangguan fungsi) (Noor, 2017).

c. Apa makna Juju satu bulan yang lalu, dibawa kembali ke dukun urut yang
lain, selain diurut, Juju juga diberi ramuan yang ditutup dengan daun dan
diikat di tungkai kiri bawahnya ?
Jawab :
Maknanya Juju tidak ditatalaksana dengan baik dan benar dimana
kemungkinan ramuan yang ditutup dengan daun dan diikat pada tungkai
kirinya mengandung bakteri atau mikroorganisme (Stafilococus Aureus).
Dimana penyebarannya dapat terjadi jika terdapat trauma, luka dikulit
yang terinfeksi. Kemudian, bakteri atau mikroorganisme tersebut turut
dalam peredaran darah (secara hematogen) dan berkoloni di metafisis
tulang, dikarenakan melambatnya aliran darah di metafisis akibat looping
arteri mendekati dan menjauhi epiphy seal plate, ditambah juga dengan
terjadinya trauma yang dapat mengakibatkan edema lokal atau bengkak,
sehingga keluhan yang dialami Juju tidak berkurang.
d. Apakah terdapat hubungan antara 2 bulan yang lalu Juju terjatuh dari
sepeda dan membentur trotoar dengan keluhan yang dirasakan sekarang ?
Jawab :
Iya, karena keluhannya juju timbul nyeri dan bengkak di tungkai kiri
bawah yang mana disebabkan karena mengalami trauma tumpul pada
region cruris sinistra sehingga mengalami kontusio atau cedera jaringan
lunak,dimana terdapat infeksi yang berlangsung lama seperti pada kasus
sudah 2 bulan, dan merupakan infeksi kronik yang merusak jaringan
(osteomyelitis).
Osteomyelitis merupakan kondisi yang terjadi terus-menerus atau
berulang, dimana terlepas dari penyebab awal dan mekanisme terjadinya
kondisi osteomyelitis (Noor, 2017).

e. Apakah terdapat hubungan antara Juju diberi ramuan yang ditutup


dengan daun yang diikat di tungkai kaki bawah dengan adanya luka
didaerah tersebut dua buah dan mengeluarkan nanah ?
Jawab :
Iya, terdapat hubungan antara Juju diberi ramuan yang ditutup
dengan daun yang diikat di tungkai kaki bawah dengan adanya luka di
daerah tersebut dua buah dan mengeluarkan nanah. Penatalaksaaan yang
tidak steril akan menyebabkan mudahnya mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh. Dan hal ini akan meningkatkan faktor resiko mengalami
osteomyelitis sekunder.

f. Bagaimana penatalaksaan yang tepat pada kasus trauma ?


Jawab :
Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan
adalah mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway,
Breathing, Circulation, Disability Limitation, Exposure)
1. A: Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai
adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian
wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus memproteksi
tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan.
Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya
memerlukan pemasangan airway definitive.
2. B: Breathing, setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita
harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi
fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma.
Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur ektrimitas
bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 l/m
lewat non-rebreathing mask dengan reservoir bag.
3. C: Circulation, ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus
diperhatikan di sini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac
output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada kasus
patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur
dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah
dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik
adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi
atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh.
Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara
nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan pengaruh
tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka,
penggunaan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan
pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan hal penting
disamping usaha menghentikan pendarahan.
4. D: Disability, menjelang akhir survey primer maka dilakukan
evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
5. E: Exposure, pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring
dengan cara menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien.
setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien
tidak hipotermia.

g. Bagaimana faktor resiko terkait pada kasus ?


Jawab:
Menurut Noor (2017), faktor resiko dari osteomyelitis sebagai berikut:
1. Tidak adekuatnya nutrisi dan higienis.
2. Faktor imunitas dan virulensi kuman.
3. Adanya port de entree dari luka terbuka.

h. Bagaimana mekanisme nyeri semakin bertambah ?


Jawab :
Nyeri bertambah berat dalam kasus dapat diakibatkan oleh otot yang
berkontraksi dengan menggunakan metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat sehingga dapat menimbulkan nyeri yang
bertambah berat. Metabolisme anaerob yang dilakukan oleh otot dapat
terjadi pada kasus fraktur atau cidera jaringan lunak pada sistem
muskuloskeletal yang dapat menghambat pembuluh darah untuk
mengangkut oksigen melalui darah ke otot untuk kepentingan kontraksi
(Sherwood, 2011).
Trauma benda tumpul → proses inflamasi → pelepasan mediator
inflamasi (histamin, bradikinin) → vasodilatasi, permeabilitas vaskular
↑→ pembentukan edema → tekanan jaringan meningkat → nosiseptor
→ nyeri → tekanan dari luar; tatalaksana trauma yang tidak tepat (urut)
→ pembentukan jaringan tulang yang baru terganggu → proses inflamasi
↑→ nyeri bertambah.
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Kesadaran compos mentis; frekuensi pernafasan 26x/menit; denyut nadi
102x/menit; isi dan tegangan cukup; tekanan darah 100/70 mmHg;
temperatur 38,00 C. VAS 7
Keadaan spesifik :
TB : 120 cm, BB : 22 kg
Kepala : konjungtiva pucat, sklera tidak kuning
Thoraks : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas bawah : regio cruris sinistra
Look :
- Asimetris, bengkak, deformitas (+)
- Fistula 2 buah mengeluarkan pus (+)
- Luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (-), teraba tegang pada kulit cruris sinistra
Move : nyeri saat ekstremitas inferior sinistra digerakkan
ROM : pergerakkan sendi sulit dinilai karena sakit
Pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
Ekstremitas bawah dextra : dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus ?
- Pemeriksaan fisik
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
fisik
1. Kesadaran Composmentis Composmentis Normal

2. RR 16-24x/m 26x/m Takipneu

3. Denyut nadi 60-100x/m 102x/m Takikardi

4. Isi dan tegangan cukup Normal


5. Tekanan 100-120/60-80 100/70 mmHg
Normal
darah mmHg
6. Temperatur 36,5-37,5C 38C Febris

7. VAS 7 Abnormal

Interpretasi: Demam dan nyeri disertai takipneu dan takikardi

- Pemeriksaan spesifik
No. Pemeriksaan Normal Pada Kasus Interpretasi
spesifik
1. Kepala:
Konjungtiva Tidak pucat Pucat Anemia
Sklera Tidak kuning Tidak kuning Normal

2. Thoraks Jantung dan paru dalam batas Normal


normal
3. Abdomen Datar, hepar dan lien tidak Normal
teraba
6. Look: Look:
simetris, tidak asimetris,
bengkak, bengkak,
deformitas (-) deformitas
Ekstremitas Feel: nyeri (+), fistula 2
bawah: tekan (-) buah
Abnormal
Regio cruris Move: tidak mengeluarka
sinistra nyeri saat n pus
digerakkan Feel: nyeri
ROM: mudah tekan (+),
dihitung teraba tegang
pada kulit
Move: nyeri
saat
digerakkan
ROM: sulit
dinilai
7. Pulsasi arteri
+ + Normal
dorsalis pedis
8. Ekstremitas Normal
Dalam batas normal
bawah dextra
Interpretasi: Anemia disertai bengkak dan nyeri serta fistula 2 buah yang
mengeluarkan pus

b. Bagaimana mekanisme abnormal pada kasus ?


Jawab :
Demam, takipneu, takikardi
Adanya infeksi → terjadi inflamasi akibat masuk virus/bakteri →
menstimulus system imun (makrofag dalam tubuh) → makrofag
menstimulus pirogen endogen → mengaktivasi IL1, IL6, TNF alfa, INF→
menstimulasi as. Arakidonat → menstimulasi hipotalamus → thermostat
meningkat → set point meningkat → demam → metabolisme meningkat
→ asupan oksigen pun meningkat → ketersediaan O2 menurun →
kompensasi tubuh untuk meningkatkan pernafasan takipneu dan denyut
nadi takikardi (Sherwood, 2011).

Hb rendah dan konjungtiva pucat


Fraktur menyebabkan perdarahan meskipun pada kasus tidak telihat
karena frakturnya merupakan fraktur tertutup, perdarahan menyebabkan
banyaknya darah yang keluar dari pembuluh darah ke jaringan atau ruang
interstisial oleh karena itu menjadi anemia yang berakibat pada
rendahnya hemoglobin → pembentukan Hb rendah, Hb rendah + jumlah
eritrosit rendah → pengangkutan O2 ke jaringan oleh eritrosit rendah →
oksigen diprioritaskan ke organ vital → pengangkutan ke jaringan mata
longgar berkurang → konjungtiva pucat (Sherwood, 2011).

c. Bagaimana perhitungan pemeriksaan VAS ?


Jawab :
Menurut Price (2012) nyeri dibagi menjadi empat klasifikasi
antara lain,
 Nyeri somatik superficial (kulit) : Nyeri yang berasal dari
struktur superficial kulit dan jaringan subkutis
 Nyeri somatik dalam : Nyeri berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang, sendi, dan pembuluh darah
 Nyeri viseral : Nyeri berasal dari organ-organ tubuh
 Nyeri neuropati : Nyeri yang memiliki kualitas seperti rasa
terbakar, dan perih
Dalam kasus nyeri yang dirasakan termasuk dalam nyeri somatik
dalam. Skala tingkatan VAS ( Visual Analog Scale) :
 Skala 1: tidak ada nyeri.
 Skala 2-4: nyeri ringan, dimana client belum mengeluh nyeri
atau masih dapat ditoleransi karena masih dibawah ambang
rangsang.
 Skala 5-6: nyeri sedang, dimana client mulai merintih dan
mengeluh, ada yg sambil menekan pada bagian yg nyeri.
 Skala 7-9: nyeri berat, client mungkin mengeluh sakit yg sangat
terasa.
 Skala 10: lebih dari nyeri berat, pada skala ini nyeri tidak dapat
ditoleransi lagi (Jaury, 2014).
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah : Hb : 10%, leukosit 16.000/mm3
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan penunjang pada kasus ?
Jawab :
No Kasus Kadar normal Interpretasi
1 Hemoglobin Laki-laki : 13-18 Anemia
10 % Perempuan : 12-16
2 Leukosit 5.000 – 10.000 Leukositosis
16.000/mm3
Interpretasi: Anemia dengan leukositosis

b. Bagaimana mekanisme abnormal pada kasus ?


Jawab :
 Hemoglobin
Patogen Masuk melalui kulit → Respon Inflamasi (Hyperemic dan
Edema Metafisis) → Terbentuk Pus → Tekanan Intra tulang
meningkat → Vasokontriksi → Penekanan Hematopoiesis di tulang
→ Hemoglobin turun (anemia).
 Leukosit
Patogen Masuk melalui kulit → Respon Inflamasi (Hyperemic dan
Edema Metafisis) → Terbentuk Pus → Tekanan Intra tulang
meningkat → Trombosis meningkat → Aktivasi Makrofag →
Nekrosis Jaringan → Leukositosis
5. Pemeriksaan Radiologi

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan radiologi pada kasus ?


Jawab : Dari hasil interpretasi yang kami dapat, yaitu sebagai berikut:
A (Alignment) : Tampak miring, tidak lurus
B (Bone) : Tidak ada fraktur, involukrum (+), sequester (+)
C (Celah sendi) : Normal
D (Density) :↓
S (Soft tissue swelling): (+)

b. Bagaimana foto diagnostik yang benar ?


Jawab : Menurut Sandstorm (2010), foto diagnostik yang benar adalah
sebagai berikut.
1. Terdapat nama pasien
2. Terdapat tanggal pemeriksaan
3. Terdapat nama rumah sakit tempat dilakukannya pemeriksaan
4. Terdapat keterangan letak bagian tubuh yang dilakukan pemeriksaan,
kanan (R) atau kiri (L)
6. Bagaimana cara diagnosis ?
Jawab :
Adapun cara mendiagnosis sebagai berikut.
a. Anamnesis: Pada anamnesis akan didapatkan data sebagai berikut.
- Nyeri, bengkak, tidak dapat menggerakkan tungkai kiri bawah sejak 2
minggu yang lalu disertai luka di daerah tersebut sebanyak 2 buah
yang mengeluarkan nanah.
- Diketahui pasien memiliki riwayat terjatuh dari sepeda dan
tungkainya membentur trotoar 2 bulan yang lalu. Orangtua pasien
membawanya ke dukun urut namun nyeri dan bengkak bertambah.
Kemudian pasien dibawa ke dukun urut lain untuk diurut dan
diberikan ramuan yang ditutup dengan daun dan diikat di tungkai kiri
bawahnya 1 bulan yang lalu.
b. Pemeriksaan fisik dan spesifik: Didapatkan takipneu, takikardi,
temperatur febris, konjungtiva pucat dengan pemeriksaan pada
ekstremitas regio cruris sinistra didapatkan:
Look:
- Asimetris, bengkak, deformitas (+)
- Fistula 2 buah mengeluarkan pus (+)
- Luka terbuka (-), perdarahan aktif (-)
Feel: Nyeri tekan (+), krepitasi (-), teraba tegang pada kulit cruris sinistra
Move: Nyeri saat ekstremitas inferior sinistra digerakkan
ROM: Pergerakan sendi sulit dinilai karena sakit
c. Pemeriksaan penunjang:
- Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan anemia dan
leukositosis.
- Pada pemeriksaan radiologi akan ditemukannya involucrum,
sekuester dan soft tissue swelling
7. Apa diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :
Adapun diagnosis banding pada kasus ini:
- Osteomyelitis sekunder
- Ewing’s sarkoma
- Artritis supuratif akut
No Osteomyelitis Ewing’s Artritis
sarkoma supuratif akut
Sekunder

1. Sumsum tulang Diafisis dan


Lokasi Ruang sendi
panjang metafisis

2. Morfologi

a. Nyeri √ √ √

b. Bengkak √ √ √

c. Pus √ √ -

d. Asimetris √ √ √

e. Deformitas √ √ √

f. Demam √ √ √

g. Malaise √ √ √

3. Usia muda Usia muda


Epidemiologi Semua usia
Pria>wanita Pria>wanita

4. Luka/trauma/ Luka/trauma/
Abnormalitas
Etiologi infeksi infeksi
kromosom
mikroorganisme mikroorganisme
8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?
Jawab :
1. Laboratorium
- Peningkatan laju endap eritrosit.
- Lukosit dan LED meningkat (Overdoff, 2002).
2. Rontgen Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua
minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang,
yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan
involukrom (Overdoff, 2002).
3. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

9. Apa working diagnosis pada kasus?


Jawab :
Osteomyelitis sekunder

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?


Jawab : Adapun tatalaksana pada kasus adalah sebagai berikut.
a. Membersihkan luka
b. Analgesik dan antipiretik untuk menghilangkan nyeri dan demam
diberikan Paracetamol sediaan sirup
Dosis Paracetamol untuk anak-anak: 150-300 mg/kali
c. Pemberian antibiotik IV spectrum luas yaitu sefalosporin generasi I
yang efektif mengobati infeksi akibat bakteri gram positif seperti
Staphyloccocus dan Streptoccocus
Dosis Sefalotin untuk anak-anak: 80-160 mg/kg dibagi beberapa dosis
Berat badan Juju: 22 Kg
Dosis Sefalotin yang diberikan: 22 Kg x 80 mg = 1,7 g dibagi beberapa
dosis
d. Selanjutnya dirujuk kepada dokter spesialis bedah orthopaedi
11. Apa komplikasi pada kasus ?
Jawab :
Adapun komplikasi yang dapat terjadi menurut Noor (2017), yaitu :
1. Abses tulang
2. Abses paravertebral
3. Sepis
4. Fraktur
5. Selulitis

12. Apa prognosis pada kasus ?


Jawab :
Dubia at bonam

13. Apa SKDU pada kasus ?


Jawab :
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinikdan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecelakaan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menetukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampus menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.

14. Bagaimana pandangan islam terkait kasus ?


Jawab :
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah bersabda :
“tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang
tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa pedih, dan kekhawatiran
yang menerpa melainkan dosa-dosanya diampuni” (HR. Muslim no. 2573)
2.7 Kesimpulan
Juju, anak laki-laki 6 tahun mengeluh nyeri, bengkak dan tidak bisa
menggerakan regio cruris sinistra serta luka bernanah karena mengalami
osteomyelitis sekunder.

2.8 Kerangka Konsep

Osteomyelitis sekunder Penatalaksanaan


yang kurang higiens

Luka Nyeri Bengkak


Benanah
Terinfeksi
mikroorganisme
Tidak bisa
menggerakan
tungkai

Terinfeksi pada
tulang
Patofisiologi osteomyelitis

Trauma benda tumpul

Mediator Tekanan
Proses inflamasi
inflamasi jaringan

Tatalaksana yang vasodilatasi Nosiseptor


tidak tepat dan tidak
steril
Edema Nyeri

Bengkak Tidak bisa


menggerakka
n tungkai

Sitokin Invasi mikroorganisme Fagositosis makrofag

Prostaglandin Pus
hematogen

Sistem Semakin terjadi


Matriks tulang
saraf pusat

Pembuluh darah
Infeksi pada tulang
Set point terjepit

Osteomyelitis Takikardi
Demam Oksigen dan
Takipneu nutrisi
Pembentukan
jaringan tulang
Neukrosis
disekitar pus

Involucrum

Anda mungkin juga menyukai