Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Lumpur Aktif


PEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati,M.T.

Tanggal Praktikum : 10 September 2019


Tanggal Laporan : 24 September 2019

Oleh :
Kelompok 10

Sahrul Mulyadi (171411025)


Sherly Dea Yolandita L (171411026)
Teguh Fatwa Panuntun (171411027)

Kelas 3A D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Solid (MLVSS) yang mewakili
kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
3. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan
bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam
lumpur aktif terhadap kandungan bahan organik mula-mula.

II. LANDASAN TEORI


Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan
metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah
metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan
material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri selain
menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikan material yang
terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya. Metode pengolahan lumpur aktif
(activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan
proses mikroorganisme tersebut.Metode lumpur aktif banyak dikembangkan da lam
pengolahan limbah cair dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Telah diteliti
bahwa penggunaan metode lumpur aktif dalam pengolahan limbah dapat menurunkan
BOD dan COD.
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru.
Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki
penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan
pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan
air limbah. Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri,
sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang
terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi
(membutuhkan oksigen). Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang
terdispersi sehingga terjadi proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang
dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Oksigen yang dibutuhkan untuk
reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam
tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair
dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah tangki aerasi,
campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki
sedimentasi, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari proses. Tangki
sedimentasi ini digunakan untuk sedimentasi flok mikroba (lumpur) yang dihasilkan
selama fase oksidasi dalam tangki aerasi. Seperti disebutkan diawal bahwa sebagian
dari lumpur dalam tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk LAB kedalam
tangki aerasi dan sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan
mikroorganisme (F/M Ratio).

Proses lumpur aktif konvensional dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini

Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis
bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab
terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan
polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi.
Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium,
Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas,
Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme
berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan
sludge bulking. Dikarenakan tingkat oksigen dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif
aerobik menurun karena ukuran flok meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang
relatif besar membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen.
Kehadiran metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong
anaerobik didalam flok atau dengan metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et al.,
1987). Oleh karena itu lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi
pengoperasian awal reaktor anaerobik.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan

3.1.1. Alat yang digunakan

1. Peralatan Lumpur Aktif Konvensional


2. Labu Erlenmeyer 250 ml 2 buah
3. Corong Gelas 2 buah
4. Cawan Porselin 2 buah
5. Desikator 1 buah
6. Neraca Analitis 1 buah
7. Oven 1 buah
8. Furnace 1 buah
9. Hach COD Digester 1 buah
10. Tabung Hach 3 buah
11. Buret Lengkap dengan Klep dan Statip 1 buah
12. Kertas Saring 1 buah

3.1.2. Bahan yang digunakan

1. Glukosa
2. KNO3
3. KH2PO4
4. Pereaksi H2SO4 (3,5 mL)
5. K2Cr2O7 (1,5 Ml)
6. FAS
7. Indikator ferroin

3.2 Cara Kerja


3.2.1. Penentuan Kandungan Organik (Chemical Oxygen Demand/COD) dari
sampel

 Standarisasi FAS

Pemipetan 25 mL
K2Cr2O7 ke dalam
erlenmeyer

Penambahan 10 mL
H2SO4 ke dalam
erlenmeyer

Penambahan
indikator ferroin 3
tetes

Penitrasian dengan
larutan FAS dari
hijau menjadi
coklat
 Penentuan COD

Pengenceran sampel 20x


(pencampuran 2,5 mL
sampel dengan 47,5 mL
aquadest)

pengambilan sampel
2,5 mL ke dalam tabung
hach dan penambahan
1,5 mL K2Cr2O7 ,
pereaksi H2SO4 3,5 mL
Pemindahan
tabung Hach pada
Hach COD
digester serta
pemanasan 150oC
selama 2 jam

Pengeluaran tabung
hach dari digester
hingga suhu larutan
sama dengan suhu
ruang

penambahan indikator
ferroin 3 tetes dan
penitrasian dengan
larutan FAS dari hijau
menjadi coklat
3.2.2. Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile SuspendedSolid (MLVSS)

Pemanasan cawan pijar selama


1 jam dalam furnace 600oC dan
kertas saring pada oven 105oC

Penimbangan kertas saring dan


cawan pijar hingga konstan

Penyaringan 40 mL air limbah


dengan kertas saring yang
diketahui beratnya

Pemindahan kertas saring


kedalam cawan pijar dan
pemanasan pada oven 105oC 1
jam

Penimbangan cawan pijar yang


berisi kertas saring dan endapan
hingga konstan

Pemindahan cawan pijar yang


berisi kertas saring dan endapan
kedalam furnace dengan
pemanasan 600oC 2 jam

Penimbangan cawan pijar yang


berisi kertas saring dan endapan
hingga konstan
IV. Data Praktikum
 Data percobaan COD awal

Volume
Volume Rata-rata
Sampel Penitran
Penitran (ml) (ml)
(ml)
Sampel awal 2,1 2,2 2,15
Sampel setelah satu minggu 2,25 2,3 2,25
Blanko awal 2,6 2,5 2,55
Blanko setelah satu minggu 2,5 2,5 2,5

 Data percobaan penentuan MLVSS

Berat cawan pijar + kertas (a) 36,7215 gram


Berat cawan pijar + kertas+sampel sebelum di furnace (c) 38,1490 gram
Berat cawan pijar + kertas+sampel sesudah di furnace (d) 36,7554 gram

 Oksigen terlarut, suhu dan pH

Oksigen terlarut awal 13,6 mg/L


Oksigen terlarut setelah satu minggu 8,4 mg/L
Suhu awal 26ºC
Suhu setelah satu minggu 26,5ºC
pH awal 8
pH setelah satu minggu 7

 Pengolahan Data
1. Standarisasi FAS
10 ml 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7
a. Normalitas FAS awal = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

10 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
= 9,47 𝑚𝑙

= 0,0947 N

10 ml 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7


b. Normalitas FAS akhir = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
10 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
= 10,17 𝑚𝑙

= 0,1017 N
2. Perhitungan COD
a. Awal
(𝑎−𝑏)𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
Sampel = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(2,55−2,15)𝑥 0,0947 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20


= 2,5
= 2424,32 mg/L

b. Setelah satu minggu


(𝑎−𝑏)𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
Sampel 1 = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(2,5−2,275)𝑥 0,1017 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20


= 2,5
= 1464,48 mg/L

3. Perhitungan MLVSS
(𝑐−𝑎)
TSS = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 106
(38,1490−36,7215)
= x 106
40
= 35687,5 mg/L
(𝑐−𝑑)
VSS = x 106
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(38,1490−36,7554)
= x 106
40
= 34840 mg/L
FSS = TSS – VSS
= (35687,5 – 34840 ) mg/l
= 847,5 mg/L

4. Efisiensi pengolahan
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Efisiensi Pengolahan = 𝑥 100%
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙
2424,32−1464,48
= 𝑥 100%
2424,32

= 39,6 %
5. Perhitungan nutrisi

Jumlah air Limbah = 10 liter


Nilai BOD lumpur = 300 mg/L
Perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1
BM Glukosa = 180 gram/mol
BM KNO3 = 101 gram/mol
BM KH2PO4 = 136 gram/mol

Reaksi yang terjadi :


Perbandingan mol : C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
1 mmol glukosa ≈ 6 mmol O2
180 mg glukosa ≈ 192 mg O2
O2 ≈ 0,9375

 Kebutuhan Karbon (C)


Massa kebutuhan C6H12O6 = 10 L x BOD x 0,9375
= 10 L x 500 mg/L x 0,9375
= 4687,5 mg
= 4,6875 gram

 Kebutuhan Nitrogen (N)


Massa kebutuhan KNO3 = 5/100 x 4,6875 x 101/14
= 1,695 gram

 Kebutuhan Posfor (P)


Massa kebutuhan KH2PO4 = 1/100 x 4,6875 x 136/31
= 0,206 gram

V. PEMBAHASAN
Sahrul Mulyadi (171411025)
Lumpur aktif merupakan proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang
pengolahannya secara aerobik dan mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan
H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Selain itu, proses ini juga menggunakan proses aerasi
atau udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused).
Praktikum kali ini bertujuan untuk membuktikan dan menghitung efisiensi
pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif. Pada prinsipnya metode ini
menggunakan mikroba yang bersifat aerobik untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung dalam limbah. Pertama-tama tangki yang berisi limbah dan mikroba
diberikan nutrisi, dimana nutrisi tersebut sebagai makanan mikroba sehingga mikroba
tersebut bisa tumbuh dan mendegradasi bahan oragnik dalam limbah. Nutrisi yang
sesuai memiliki perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Nilai kandungan BOD 500 mg/L,
dari nilai tersebut dapat ditentukan berat unsur karbon, nitrogen dan posfat. Unsur
Karbon sendiri bisa didapatkan dari glukosa dengan berat 4,6875 gram, unsur Nitrogen
bisa didapatkan dari KNO3 dengan berat 1,695 gram, dan unsur Posfat bisa didapatkan
dari KH2PO4 dengan berat 0,206 gram.
Parameter yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara anerobik yaitu pengukuran COD dimana COD merupakan kebutuhan oksigen
untuk mengoksidasi senyawa terlarut dan organik dalam air. Nilai kandungan organik
(Chemical Oxygen Demand) awal yaitu 2424,32 mg/L. Setelah ditambahkan nutrisi di
sampling kembali untuk menentukan nilai COD setelah satu minggu. Nilai COD setelah
satu minggu yaitu 1464,48 mg/L. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan nilai COD nya
turun sehingga mikroba tersebut bekerja mendegradasi bahan organik yang terkandung
dalam limbah dengan efisiensi 39,6 %. Menurut literatur jikan penurunan kurang dari
50% maka pengolahan tidak berjala dengan baik. Nilai COD yang dihasilkan setelah
satu minggu masih terlalu besar dibandingkan kriteria rancangan yaitu 500 mg/L
sehingga waktu pengolahan perlu diperlama dan nutrisinya harus ditambahkan supaya
mikroorganisme bisa bekerja lebih baik.
Selanjutnya untuk pengukuran MLVSS dilakukan pada sampel limbah Nilai
VSS adalah bahan organik yang mudah teruapkan, dimana jumlahnya mewakili jumlah
mikroorganisme yang ada didalamnya. Metode yang digunakan yaitu gravimetri. Dari
hasil percobaan nilai VSS yaitu 34480 mg/L. Nilai MLVSS ini terlalu besar
dibandingkan dengan kriteria rancangan yaitu 1500 mg/L, hal ini disebabkan tidak ada
resirkulasi sehingga mikroba yang mati akan diam dibak dan akan terhitung beratnya
saat dilaksanakan sampling.
Parameter lain yang dianalisis yaitu Oksigen terlarut, suhu dan pH. Oksigen
terlarut awal yaitu 13,6 mg/L dan setelah satu minggu nilai Oksigen terlarutnya yaitu
8,4 mg/L. Dari hasil tersebut kandungan Oksigen terlarut berkurang, dimana oksigen
terlarut berkurang karena mikroba mamakai Oksigen tersebut untuk mendegradasi
limbah. Tetapi jika dibandingkan dari kriteria rancangan nilai tersebut masih terlalu
tinggi, dari rancangan DO yang baik yaitu 1-2 mg/L, hal tersebut bisa diatasi dengan
mengurangi aerasinya. Untuk pH awal dan akhir tidak berubah yaitu 7, nilai tersebut
sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu sekitar 6,5-8,3. Suhu awal dalam tangki
yaitu 26ºC dan akhir 26,5ºC. Suhu tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan mikroba.
Dari praktikum yang dilakukan nilai food to microorganism disingkat F/M,
memiliki nilai 0 karena F/M merupakan fungsi dari debit air limbah masuk, sedangkan
debit air limbah masuk 0 sehingga nilai F/M nya juga 0, sedangkan nilai F/M yang baik
memiliki nilai 0,2-0,5 kg BOD/hari/kg MLVSS. Jika nilai F/M lebih kecil dari kriteria
maka akan terbentuk busa yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba pembentuk
busa, jika lebih besar dari kriteria maka akan terdapat dominasi pertumbuhan filament
yang menyebabkan lumpur aktif sulit mengendap.

Sherly Dea Yolandita Lukman (171411026)


Pada praktikum ini, dilakukan proses pengolahan limbah secara biologis dengan
metode lumpur aktif. Metode ini merupakan metode pengolahan aerobik
mikroorganisme mengoksidasi dan mendekomposisi bahan-bahan organik dalam air
limbah dengan menggunakan oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim
dalam mikroorganisme. Udara disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik dan sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di
tangki penjernihan.
Nutrisi yang diberikan sebesar 500 mg BOD/L dengan perbandingan BOD : N
:P = 100 : 5 : 1 kedalam 10 L air limbah. Dari hasil perhitungan, diperoleh komposisi
kebutuhan unsur carbon sebesar 4,7 gr, kebutuhan unsur nitrogen sebesar 1,695 gr, dan
kebutuhan unsur pospor sebesar 0,206 gr. Karakterisasi limbah dilakukan terhadap
beberapa sifat penting yaitu COD (Chemical Oxygen Demand), MLVSS (Mixed
Liquor Volatile Suspended Solid), DO (Dissolved Oxygen), pH (tingkat keasamaan)
dan suhu.
Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai COD sampel awal yaitu 2424,32
mg/L dan nilai COD sampel setelah 1 minggu yaitu 1464,48 mg/L. Berdasarkan data
tersebut, diperoleh bahwa sampel yang diukur mengalami penurunan nilai COD yang
mengindikasikan penurunan kandungan organik dalam limbah. Penurunan ini
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi senyawa-senyawa
organik untuk keperluan hidupnya. Selain COD, karakterisasi yang lain yaitu MLVSS.
Nilai MLVSS menunjukan jumlah kandungan bahan organik yang mudah teruapkan,
dimana jumlahnya mewakili jumlah mikroorganisme yang ada di dalamnya. Hal ini
dikarenakan bahan organik yang mudah menguap seperti protein, karbohidrat, glukosa,
dll terdapat dalam mikroba sehingga jumlahnya mewakilo jumlah mikroba yang
terdapat didalam sampel. Dari hasil pengolahan data, diperoleh nilai MLVSS sebesar
34840 mg/L.
Selain itu, dilakukan pengukuran nilai DO (Dissolved Oxygen) dari air limbah
menggunakan DO meter yang sudah dikalibrasi. Nilai DO merupakan nilai kandungan
oksigen yang terlarut didalam air limbah tersebut. Oksigen yang terlarut dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Dari hasil
pengukuran didapat nilai DO awal yaitu 13,6 mg/L dan nilai DO setelah 1 minggu yaitu
8,4 mg/L. Penurunan kadar oksigen terlarut ini mengindikasikan semakin berkurangnya
kadar oksigen karna digunakan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan-
bahan organik yang terdapat didalam limbah.
Lalu dilakukan juga pengukuran terhadap tingkat keasamanan (pH) dan suhu
dari air limbah tersebut. Tingkat keasaman (pH) diukur menggunakan indikator
universal sedangkan suhu diukur mengginakan termometer. Dari hasil pengukuran
diperoleh pH awal dari sampel yaitu 8. Nilai pH 8 masih termasuk dalam rentang nilai
pH yang direkomendasikan untuk metode pengolahan lumpur aktif karena tingkat
keasaman yang baik untuk metode ini yaitu berkisar 6,5 - 8,3. Sedangkan nilai pH
setelah satu minggu yaitu 7 (netral). pH 7 merupakan pH yang baik untuk kondisi biak
mikroorganisme yang digunakan. Dari hasil pengukuran juga diperoleh suhu sampel
awal yaitu 26 C dan suhu sampel akhir yaitu 26,5 C tidak jauh berbeda dengan suhu
awal. Dari data yg diperoleh dapat dihitung juga efisiensi dari hasil praktikum yg
dilakukan yaitu sebesar 39,6 %. Menurut literatur jika efisiensi penurunan kurang dari
50% maka artinya pengolahan masih belum berjalan dengan baik.

Teguh Fatwa Panuntun (171411027)


Lumpur aktif merupakan proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang
pengolahannya secara aerobik dan mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan
H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Selain itu, proses ini juga menggunakan proses aerasi
atau udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffuser).
Pada prinsipnya, dalam pengolahan ini praktikan memanfaatkan mikrobiologi
untuk mendegradasi bahan organik yang terkandung di dalam cairan limbah yang
dihasilkan oleh industri tahu. Praktikan tidak melakukan standarisasi FAS karena
sudah tersedia dengan konsentrasi larutan ialah sebesar 0,0947 N.
Larutan FAS ini digunakan sebagai titran dalam proses titrasi sampel dan
blanko guna dimasukkan ke dalam perhitungan dalam menghitung COD dari limbah
tersebut. Hasil titrasi awal sampel limbah tahu dengan pengenceran 20 kali pada titrasi
yang pertama di dapat sebesar 2,1 mL dan titrasi kedua didapatkan nilai yang tidak beda
jauh yakni sebesar 2,2 mL sehingga rata-rata titrasi didapatkan sebesar 2,15 mL dengan
hasil titrasi blanko awal yang sudah dirata - rata sebesar 2,15 mL. Didapat nilai COD
dengan memasukkan data tersebut ke dalam perhitungan menggunakan rumus.

(𝒂−𝒃)𝒄 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝒅 𝒙 𝒑
COD (mg O2/L) = 𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

Sehingga didapatkan nilai COD awal sebesar 2424,32 mg O2 / L. Dengan cara yang
sama, setelah 7 hari didapatkan nilai COD akhir sebesar 1464,48 mg O2 / L.
Selanjutnya praktikan menghitung nilai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended
Solid) secara gravimetri sehingga diperoleh nilai sebesar 34840 mg/L. Terakhir,
praktikan melakukan perhitungan efisiensi, didapatkan nilai efisiensi sebesar 39,6%.
Ini berarti penurunan COD menggunakan lumpur aktif ini belum baik. Hal ini bisa jadi
karena kurangnya aerasi sehingga pertumbuhan mikroba terganggu. Hal lain yang
mungkin terjadi yaitu; karena terdapat lumpur yang mengendap di bawah bak
yangmenyebabkan terbentuknya kondisi anaerob yang mana juga mempengaruhi daya
hidup mikroba.

KESIMPULAN
1. COD Awal = 2424,32 mg/L; COD akhir = 1464,48 mg/L.
2. TSS = 35687,5 mg/L ; VSS = 34840 mg/L ; FSS = 847,5 mg/L
3. Kompisis nutrisi C = 4,6875 gram ; N = 1,695 gram ; P = 0,206 gram
4. Efisiensi = 39,6 %

DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Arie.-.”Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur
Aktif”.Jakarta Pusat:Kelair. Kelair.bppt.go.id [diakses pada tanggal 9 September
2019]

Anda mungkin juga menyukai