Oleh :
Kelompok 10
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Solid (MLVSS) yang mewakili
kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
3. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan
bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam
lumpur aktif terhadap kandungan bahan organik mula-mula.
Proses lumpur aktif konvensional dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini
Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis
bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab
terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan
polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi.
Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium,
Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas,
Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme
berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan
sludge bulking. Dikarenakan tingkat oksigen dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif
aerobik menurun karena ukuran flok meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang
relatif besar membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen.
Kehadiran metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong
anaerobik didalam flok atau dengan metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et al.,
1987). Oleh karena itu lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi
pengoperasian awal reaktor anaerobik.
1. Glukosa
2. KNO3
3. KH2PO4
4. Pereaksi H2SO4 (3,5 mL)
5. K2Cr2O7 (1,5 Ml)
6. FAS
7. Indikator ferroin
Standarisasi FAS
Pemipetan 25 mL
K2Cr2O7 ke dalam
erlenmeyer
Penambahan 10 mL
H2SO4 ke dalam
erlenmeyer
Penambahan
indikator ferroin 3
tetes
Penitrasian dengan
larutan FAS dari
hijau menjadi
coklat
Penentuan COD
pengambilan sampel
2,5 mL ke dalam tabung
hach dan penambahan
1,5 mL K2Cr2O7 ,
pereaksi H2SO4 3,5 mL
Pemindahan
tabung Hach pada
Hach COD
digester serta
pemanasan 150oC
selama 2 jam
Pengeluaran tabung
hach dari digester
hingga suhu larutan
sama dengan suhu
ruang
penambahan indikator
ferroin 3 tetes dan
penitrasian dengan
larutan FAS dari hijau
menjadi coklat
3.2.2. Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile SuspendedSolid (MLVSS)
Volume
Volume Rata-rata
Sampel Penitran
Penitran (ml) (ml)
(ml)
Sampel awal 2,1 2,2 2,15
Sampel setelah satu minggu 2,25 2,3 2,25
Blanko awal 2,6 2,5 2,55
Blanko setelah satu minggu 2,5 2,5 2,5
Pengolahan Data
1. Standarisasi FAS
10 ml 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7
a. Normalitas FAS awal = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
10 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁
= 9,47 𝑚𝑙
= 0,0947 N
= 0,1017 N
2. Perhitungan COD
a. Awal
(𝑎−𝑏)𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
Sampel = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3. Perhitungan MLVSS
(𝑐−𝑎)
TSS = 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 106
(38,1490−36,7215)
= x 106
40
= 35687,5 mg/L
(𝑐−𝑑)
VSS = x 106
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(38,1490−36,7554)
= x 106
40
= 34840 mg/L
FSS = TSS – VSS
= (35687,5 – 34840 ) mg/l
= 847,5 mg/L
4. Efisiensi pengolahan
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Efisiensi Pengolahan = 𝑥 100%
𝐶𝑂𝐷 𝑎𝑤𝑎𝑙
2424,32−1464,48
= 𝑥 100%
2424,32
= 39,6 %
5. Perhitungan nutrisi
V. PEMBAHASAN
Sahrul Mulyadi (171411025)
Lumpur aktif merupakan proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang
pengolahannya secara aerobik dan mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan
H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Selain itu, proses ini juga menggunakan proses aerasi
atau udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused).
Praktikum kali ini bertujuan untuk membuktikan dan menghitung efisiensi
pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif. Pada prinsipnya metode ini
menggunakan mikroba yang bersifat aerobik untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung dalam limbah. Pertama-tama tangki yang berisi limbah dan mikroba
diberikan nutrisi, dimana nutrisi tersebut sebagai makanan mikroba sehingga mikroba
tersebut bisa tumbuh dan mendegradasi bahan oragnik dalam limbah. Nutrisi yang
sesuai memiliki perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Nilai kandungan BOD 500 mg/L,
dari nilai tersebut dapat ditentukan berat unsur karbon, nitrogen dan posfat. Unsur
Karbon sendiri bisa didapatkan dari glukosa dengan berat 4,6875 gram, unsur Nitrogen
bisa didapatkan dari KNO3 dengan berat 1,695 gram, dan unsur Posfat bisa didapatkan
dari KH2PO4 dengan berat 0,206 gram.
Parameter yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara anerobik yaitu pengukuran COD dimana COD merupakan kebutuhan oksigen
untuk mengoksidasi senyawa terlarut dan organik dalam air. Nilai kandungan organik
(Chemical Oxygen Demand) awal yaitu 2424,32 mg/L. Setelah ditambahkan nutrisi di
sampling kembali untuk menentukan nilai COD setelah satu minggu. Nilai COD setelah
satu minggu yaitu 1464,48 mg/L. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan nilai COD nya
turun sehingga mikroba tersebut bekerja mendegradasi bahan organik yang terkandung
dalam limbah dengan efisiensi 39,6 %. Menurut literatur jikan penurunan kurang dari
50% maka pengolahan tidak berjala dengan baik. Nilai COD yang dihasilkan setelah
satu minggu masih terlalu besar dibandingkan kriteria rancangan yaitu 500 mg/L
sehingga waktu pengolahan perlu diperlama dan nutrisinya harus ditambahkan supaya
mikroorganisme bisa bekerja lebih baik.
Selanjutnya untuk pengukuran MLVSS dilakukan pada sampel limbah Nilai
VSS adalah bahan organik yang mudah teruapkan, dimana jumlahnya mewakili jumlah
mikroorganisme yang ada didalamnya. Metode yang digunakan yaitu gravimetri. Dari
hasil percobaan nilai VSS yaitu 34480 mg/L. Nilai MLVSS ini terlalu besar
dibandingkan dengan kriteria rancangan yaitu 1500 mg/L, hal ini disebabkan tidak ada
resirkulasi sehingga mikroba yang mati akan diam dibak dan akan terhitung beratnya
saat dilaksanakan sampling.
Parameter lain yang dianalisis yaitu Oksigen terlarut, suhu dan pH. Oksigen
terlarut awal yaitu 13,6 mg/L dan setelah satu minggu nilai Oksigen terlarutnya yaitu
8,4 mg/L. Dari hasil tersebut kandungan Oksigen terlarut berkurang, dimana oksigen
terlarut berkurang karena mikroba mamakai Oksigen tersebut untuk mendegradasi
limbah. Tetapi jika dibandingkan dari kriteria rancangan nilai tersebut masih terlalu
tinggi, dari rancangan DO yang baik yaitu 1-2 mg/L, hal tersebut bisa diatasi dengan
mengurangi aerasinya. Untuk pH awal dan akhir tidak berubah yaitu 7, nilai tersebut
sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yaitu sekitar 6,5-8,3. Suhu awal dalam tangki
yaitu 26ºC dan akhir 26,5ºC. Suhu tersebut sangat cocok untuk pertumbuhan mikroba.
Dari praktikum yang dilakukan nilai food to microorganism disingkat F/M,
memiliki nilai 0 karena F/M merupakan fungsi dari debit air limbah masuk, sedangkan
debit air limbah masuk 0 sehingga nilai F/M nya juga 0, sedangkan nilai F/M yang baik
memiliki nilai 0,2-0,5 kg BOD/hari/kg MLVSS. Jika nilai F/M lebih kecil dari kriteria
maka akan terbentuk busa yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba pembentuk
busa, jika lebih besar dari kriteria maka akan terdapat dominasi pertumbuhan filament
yang menyebabkan lumpur aktif sulit mengendap.
(𝒂−𝒃)𝒄 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝒅 𝒙 𝒑
COD (mg O2/L) = 𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
Sehingga didapatkan nilai COD awal sebesar 2424,32 mg O2 / L. Dengan cara yang
sama, setelah 7 hari didapatkan nilai COD akhir sebesar 1464,48 mg O2 / L.
Selanjutnya praktikan menghitung nilai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended
Solid) secara gravimetri sehingga diperoleh nilai sebesar 34840 mg/L. Terakhir,
praktikan melakukan perhitungan efisiensi, didapatkan nilai efisiensi sebesar 39,6%.
Ini berarti penurunan COD menggunakan lumpur aktif ini belum baik. Hal ini bisa jadi
karena kurangnya aerasi sehingga pertumbuhan mikroba terganggu. Hal lain yang
mungkin terjadi yaitu; karena terdapat lumpur yang mengendap di bawah bak
yangmenyebabkan terbentuknya kondisi anaerob yang mana juga mempengaruhi daya
hidup mikroba.
KESIMPULAN
1. COD Awal = 2424,32 mg/L; COD akhir = 1464,48 mg/L.
2. TSS = 35687,5 mg/L ; VSS = 34840 mg/L ; FSS = 847,5 mg/L
3. Kompisis nutrisi C = 4,6875 gram ; N = 1,695 gram ; P = 0,206 gram
4. Efisiensi = 39,6 %
DAFTAR PUSTAKA
Herlambang, Arie.-.”Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur
Aktif”.Jakarta Pusat:Kelair. Kelair.bppt.go.id [diakses pada tanggal 9 September
2019]