Anda di halaman 1dari 17

Pencegahan dan Tindak lanjut dari Kejadian Kecelakaan Kerja Pada

Perusahaan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1151
Abstrak

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk
penyait yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui. Klasifikasi kecelakaan kerja terdiri atas 3 yaitu Acciden, Inciden dan
Near miss. Setiap kecelakaan akan menimbulkan kerugian yaitu kerugian yang bersifat ekonomi
baik langsung maupun tidak langsung. BPJS merupakan sebuah lembaga hukkum nirlaba untuk
perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak sekaligus dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan
menemukan sebab sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin dikurangi
atau dihilangkan.
Kata kunci: Kecelakaan kerja, BPJS, pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja

Abstract

Occupational accidents are accidents that occur related to work relationships, including
sickness arising from work relationships, as well as accidents that occur on the way to leave
from home to work, and return home via the usual or reasonable road. Occupational accident
classification consists of 3 namely Acciden, Inciden and Near miss. Every accident will cause a
loss that is economic losses both directly and indirectly. BPJS is a non-profit legal institution for
social protection in guaranteeing all people to be able to meet the basic needs of a decent life as
well as being formed to carry out social security programs in Indonesia. Prevention and
prevention of work accidents must be aimed at recognizing and discovering the causes, not
symptoms, and then reducing or eliminating wherever possible.
Keywords: Occupational accidents, BPJS, prevention of work accidents

Pendahuluan
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan sangat
menentukan dalam kegiatan perusahaan yang mempunyai peran sama dengan faktor produksi
lainnya (dana permodalan, alat produksi, dan sebagainya). Dalam melaksanakan pekerjaannya,
setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang datang
dari pelaksanaan tugas mereka tersebut seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Jika tempat
kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara efektif dan
efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan
dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan
produktivitas berkurang bagi perusahaan.1

Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan kerja menurut UU No 3 tahun 1993 Tentang jaminan sosial tenaga
kerja bab 1 pasal 1 ayat 6 berbunyi, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi
berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyait yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat
kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.2
Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan kematian. Kecelakaan yang
menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya yang menyebabkan luka perlu
mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa melihat apakah itu menyebabkan
kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan perhatian. Kecelakaan yang tidak menyebabkan
kerusakan peralatan, material dan kecelakaan fisik dari personil kerja dapat menyebabkan
kecelakaan lebih lanjut.2
Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan tempat kerja
merupakan tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber cahaya.3
Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak di-
harapkan. Tidak terduga maksudnya tidak dilatar belakangi unsur kesengajaan, dan tidak
direncanakan, karenanya peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah di luar niang lingkup
keeelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian material
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja, dalam
kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian
muncul dua permasalahan:
a. Kecelakaan sebagai akibat langsung dari pekerjaan atau;
b. Kecelakaan terjadi saat melakukan pekerjaan.
Adakalanya ruang lingkup keeelakaan kerja diperluas, sehingga meliputi kecelakaan tenaga
kerja pada saat perjalanan dari dan ke tempat kerja. Kecelakaan di rumah, atau pada waktu
rekreasi dan cuti berada di luar makna kecelakaan kcrja, sekalipun pencegahannya sering
disertakan dalam program keselamatan kerja/kesclamatan perusahaan. Keeelakaan demikian,
termasuk kecelakaan umum yang mcnimpa tenaga kcrja di luar pekerjaannya

Penyebab kecelakaan kerja

Kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu:2

 Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts).
Faktor kecelakaan yang diakibatkan dari manusia atau pekerja berhubungan
dengan adanya suatu kecenderungan untuk celaka dari manusia itu sendiri (accident
pronensess). Dan kecenderungan dari tiap orang atau pekerja berbeda antara satu dengan
yang lain. Pada kenyataannya, pada pekerja-pekerja tertentu terdapat kecenderungan
untuk mengalami kecelakaan–kecelakaan. Ada beberapa orang yang bersifat sembrono,
semaunya saja dalam bekerja, terlalu lambat atau mungkin tergesa-gesa dalam bekerja,
masa bodoh, suka melamun, dan lain-lain. Hal-hal tersebut bisa saja mengakibatkan
terjadinya suatu kecelakaan. Dari sini sangat jelas bahwa betapa pentingnya faktor
manusia dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja.
 Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions).
Segala sesuatu selain manusia termasuk keadaan lingkungannya yang tidak aman
seperti lingkungan kerja terlalu sesak atau terdapatnya bahan yang mudah meledak.
Faktor mekanis dan lingkungannya ini masih dapat dibagi atau diklasifikasikan lagi
dalam beberapa kelompok antara lain menurut jenis kecelakaan dan penyebabnya.

Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu
kecelakaan adalah :2

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan
terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
6. Teori Domino (Domino Sequence Theory)
Kecelakaan kerja yang terjadi selalu ada penyabab dan pastinya juga ada akibat yang
perlu ditanggung. Seperti kerugian ekonomi, fisik, sosial dan lain-lain.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah
faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari
suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan.

Klasifikasi kecelakaan kerja

Menurut Bird dan Germain (1990) terdapat 3 jenis kecelakaan kerja, yaitu:3

 Accident, yaitu kejadian yang tidaak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi
manusia maupun terdapat harta benda.
 Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.
 Near miss, yaitu kejadian hamper celaka dengan kata lain kejadian ini hamper
menimbulkan kejadadian incident atupun accident.
1. Teori Heinrich (Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian .
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan,
kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau
kerugian.

Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,


yaitu:4

a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)

Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan
kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang
rawan terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti prosedur
keselamatan kerja, menggunakan alat yang sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan
ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.

b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)

Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab
terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe
condition ini contohnya adalah kondisi permukaan tempat bekerja (lantai yang
licin) tangga rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan (pencahayaan
kurang), terlalu bising, dan lain-lain.

Gambar 1: Mekanisme terjadinya cekelakaan kerja.


Biasa dikenal dengan istilah “Sebab Ganda Kecelakaan” “Teori Domino” atau “Loss of
Cousation Model”. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan faktor penyebab
suatu kecelakaan. Adapun rentetan sesuai urutan dari teori ini adalah: 4

1. Lack of Control Management (kurang kontrol dari manajemen)


 Ada atau tidak suatu Program.
 Ada atau tidak suatu Prosedur.
 Jika ada apakah dijalankan Program & Prosedur tersebut.
2. Basic Couse (Sebab Dasar)
 Personnel Factor (Faktor Manusia)
 Kurang pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
 Tidak adanya motivasi
 Masalah fisik dan mental
3. Job Factor (Faktor Jenis Pekerjaan)
 Kurang atau tidak adanya standard
 Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai, dll
4.Immeidate Couse (Penyebab Langsung)
 Sub Standard Act (Tindakan yang tidak aman)
 Sub Standard Condition (Kondisi yang tidak aman)
5. Incedent(celaka)

Terjadi akibat adanya ketimpangan-ketimpangan dari 3 unsur diatas

Kerugian akibat kecelakan kerja


Setiap kecelakaan akan menimbulkan kerugian yaitu kerugian yang bersifat ekonomi baik
langsung maupun tidak langsung antara lain kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan,
biaya pengobatan dan perawatan korban, hilangnya waktu kerja, menurunnya jumlah maupun
mutu produksi dan sebagainya. Kerugian yang bersifat non ekonomi, yaitu berupa penderitaan si
korban baik itu merupakan luka atau cedera berat maupun ringan maupun penderitaan keluarga
bila korban meninggal dunia atau cacat. Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian yaitu
kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedian, kelainan atau cacat dan kematian.2
Kerugian–kerugian tersebut bisa diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya
kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya
langsung adala biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan,
biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya
perbaikan mesin serta biaya atas kerusakan bahan–bahan. Biaya tersembunyi meliputi segala
sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini
mencakup berhentinya proses produksi karena pekerja – pekerja lainnya menolong atau tertarik
oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang
sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat
itu, dan lain – lain.2

Investigasi kecelakaan kerja


Investigasi kecelakaan adalah pengkajian dan pengujian secara sistematis dan
pengungkapan fakta-fakta mengenai kecelakaan untuk mengetahui penyebab kejadian sehingga
didapatkan usul tindakan perbaikan. Sebelum melakukan analisis terhadap terjadinya suatu
kecelakaan kerja diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan
seperti: apa, siapa, bilamana, mengapa, dimana, dan bagaimana kecelakaan terjadi.2
Hasil dari penyelidikan diperlukan untuk menyusun program pencegahan atau tindak lanjut
untuk cara pengendaliannya. Dalam penyelidikan kecelakaan kerja yang sekaligus mengarah
kepada analisis selanjutnya, diperlukan adanya:
a. Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi.
b. Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tersebut.
c. Pemeriksaan tempat kejadian.
d. Mempelajari semua hal yang berkaitan dengan peristiwa kecelakaan.
e. Menyusun formula untuk interpretasi.
f. Menentukan faktor penyebab utama atau akar permasalahan.
g. Melakukan rekonstruksi ulang bila diperlukan.
Setelah penyelidikan dilakukan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam untuk menentukan
faktor penyebab dasar (basic causal) atau ada tidaknya kekhilafan pada aspek manajemen. Hasil
penyelidikan dan analisis kecelakaan kerja digunakan sebagai dasar untuk merekomendasikan
pemilihan tindakan koreksi/ perbaikan agar kecelakaan yang sama tidak terulang.2,4

Analisis kecelakaan kerja


Analisis merupakan lanjutan dari penyelidikan kecelakaan.. di Indonesia setiap kejadian
kecelakaan kerja wajib dilaporkan kepada Departemen Tenaga kerja selambat-lambatnya 2 kali
24 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Undang-Undang yang mewajibkan laporan itu adalah
UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang
jaminan sosial tenaga kerja. Kecelakaan wajib dilaporkan adalah kecelakaan dalam perjalanan
yang berkaitan dengan hubungan kerja. Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja
ialah agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dan tunjangan.
Agar dapat dilakukan penyelidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah terulangnya
kecelakaan serupa.3

Panitia Pembina Keselamatan Kerja (P2K3)


Tugas dan Fungsi P2K3 Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang bernomor Per-
04/Men/1987, Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang harus mempunyai Tim
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Peraturan tersebut juga berlaku bagi
perusahaan yang memiliki tenaga kerja kurang dari 100 orang tetapi menggunakan bahan, proses
dan instalasi dengan risiko besar terjadi peledakan, kebakaran, keracunan dan sinar radioaktif.5
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perakitan Elektronika
pada umumnya menggunakan Mesin-mesin Produksi yang berisiko terhadap keselamatan kerja
dan juga mempergunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksinya sehingga diwajibkan
untuk membentuk Tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dalam
definisinya, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah badan pembantu
di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).5
Dengan adanya pembentukan P2K3 di tempat kerja, diharapkan dapat membantu
manajemen perusahaan ataupun pengusaha dalam menerapkan K3 di tempat kerja, menjadi
wadah bagi pekerja untuk menyampaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan K3 dan
juga sebagai Media kerjasama antara Manajemen perusahaan (Pengusaha) dengan pekerja dalam
memecahkan masalah K3 serta untuk mendidik dan memotivasi pekerja mengenai penerapan K3
di tempat kerja.
Dalam Panitia Pembina K3, keanggotan P2K3 harus terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Hal yang perlu diperhatikan
adalah Sekretaris P2K3 harus merupakan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3) dari
perusahaan yang bersangkutan dan telah lulus pendidikan AK3 umum oleh Departemen Tenaga
kerja & Transmigrasi Republik Indonesia. Sedangkan Ketua merupakan Pengusaha ataupun
Pengurus (Manajemen) di tempat Kerja. Anggota P2K3 lainnya dapat terdiri dari wakil
departemen ataupun ditunjuk untuk mewakili pekerja dan Manajemen.
Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja PER-04/MEN/1987 pasal 4 adalah memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Untuk melaksanakan Tugas tersebut, P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :6

 Mengadakan Pertemuan/rapat rutin P2K3


 Membantu dalam penyusunan program kerja K3 di tempat kerja
 Melaksanakan kegiatan identifikasi bahaya seperti Inspeksi, audit dan monitoring
 Menerima dan menindaklanjuti permasalahan K3 yang disampaikan oleh pekerja
 Mengadakan Kegiatan penyuluhan atau pelatihan K3 kepada tenaga kerja
 Berpartisipasi dalam kegiatan penyelidikan kecelakaan kerja.
 Membuat laporan hasil kegiatan P2K3 kepada pihak Internal ataupun Eksternal
perusahaan
 Membahas kegiatan atau kinerja pelaksanaan program-program K3

BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan UU No 24 tahun Badan Penyeggara Jaminan Sosial. dalam undang-undang
ini BPJS merupakan sebuah lembaga hukkum nirlaba untuk perlindungan sosial dalam menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia. BPJS terdiri dari dua bentuk, yaitu
BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.7
Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada prinsipnya sama
dengan program PT Jamsostek (Persero) yang dicabut oleh UU No 40 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelengara Jaminan Sosial. Merupakan program pemerintah yang bersifat wajib para pekerja
yang menyelanggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun
dan jaminan kematian.7

Program JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja)


Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, karena pada umunnya kecelakaan bisa jadi akan
mengakibatkan:

 Kematian, yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya bisa


meninggal dunia.
 Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang
menderita kecelakaan. Cacat ini terdiri dar cacat tetap dan cacat sementara. Cacat
tetap yaitu kecelakaan-kecelakan yang mengakibatkan penderitanya mengalami
pembatasan atau gangguuan fisik atau mental yang bersifat tetap. Sedangkan
cacat sementara yaitu kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya
menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.4

Yang dimaksudkan dengan cacat dalam program jaminan kecelakaan kerja BPJS
Ketenagakerjaan adalah sakit yang mengakibatkan tidak berfungsinya sebagian anggota tubuh
yang tidak bisa sembuh (tidak berfungsi lagi), ketidakmampuan bekerja secara tetap atau total,
dan mengakibatkan timbulnya risiko ekonomis bagi penderitanya.7
Dalam menanggulangi hilangnya sebagaian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun
mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.7
Karakteristik Program Jaminan Kecelakaan Kerja adalah sebagai berikut:
1. Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
2. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk menjamin pemberian manfaat pelayanan kesehatan
dan santunan uang tunai bagi pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja. Kepesertaan perorangan.
3. Manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, dan uang tunai untuk
pekerja yang mengalami cacat tetap total atau meninggal dunia
Perubahan Program JKK Tahun 2015

Gambar 2. Perubahan program JKK tahun 2015. 8


Gambar 3. Perubahan program JKK tahun 2015. 8

Gambar 4. Perubahan program JKK tahun 2015. 8


Manajemen Keselamatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat di pisahkan dengan kelncaran
pelaksanaan produktifitas di perusahan. Oleh karena itu, dalam pasal 86 UU No. 13 tahun 2003.
Dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, karena tanpa adanya pelindungan ini bisa jadi
menimbulkan kecelakaan kerja bagi pekerja atau buruh. Ada beberpa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, bisa terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi
yang tidak aman tetapi jika di lihat lagi jika terdapat kesalahan dari manajeman keselamatan dan
kesehatan (K3) akan membuat peluang untuk terjadinya kecelakaan kerja lebih besar karena
tidak di benahi perilaku pekerja sebagai salah satu faktor terjadinya kecelakaan kerja.9

Gambar 5. Henrich priciple.9

Menurut penelitian Frank E. Bird pendekatan yang kurang efektif ini harus di ubah. Di
mana pada piramida perbandingan kecelakaan diatas memperlihatakan bahwa angka kejadiaan
kecelakaan di pegaruhi oleh kelemahan system pengendalian manajemen yang terjadi. Jika pada
kasus terjadinya accident, inciden atau nerr mis yang tidak dilakukan analisis yang mendalam
tentang penyebabnya, kita akan kehilana informasi penting untuk memperbaiki kelemahan
system yang menjadi penyebab kecelakaan kerja. Akibat dari hilangnya informasi penting ini
membuat kelemahan sisteem pengendalain manajemen akan tetap ada. Akibatnya lanjutannya,
kejadiain berikutnya bisa menelan korban jiwa, di samping itu kelemahan system pengendalian
manajemen ini juga menyebabkan operasi perusahaan tidak unggul. Sehingga perusahaan perlu
melakukan pengendalian kecelakan kerja dengan cara melakukan identifikasi bahaya,
menentukan resiko,menetapkan pengendalian, program kerja perbaikan dan pemantauan dan
tinjauan.9
Gambar 6. Mengendalikan dan mengelola resiko bahaya kerja.9

1. Identifikasi bahaya
Mengidentifikasi antara kegiatan dan potensi bahaya yang mungkin timbul (contoh:
kegiatan pengelasan, iritan mata, kebakaran, terbakar,dl)
2. Menentukan risiko
3. Menetapkan pengendalian
4. Program kerja perbaikan
5. Pemantauan dan tinjauan

Pencegahan

Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian
yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar
300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan Menurut International Labour Organization
(ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau
kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk
mengenal dan menemukan sebab sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat
mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan sebab-sebab terjadinya kecelakaan atau
kekurangan-kekurangan dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun rekomendasi
cara pengendalian yang tepat.10
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam
industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:11
 Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal seperti kondisi
kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan
pengoperasian peralatan industri, kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja,
pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
 Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi.
 Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi.
 Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari bahan
berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker pernapasan, penyelidikan
berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu dan pencarian bahan-bahan yang paling
cocok serta perancangan tali kerekan dan alat kerekan lainya.
 Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-faktor
lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya
kecelakaan.
 Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang dapat
menyebabkan kecelakaan.
 Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa banyak,
kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan seperti apa dan
apa saja yang menjadi penyebab.
 Pendidikan, meliputi subjek keselamatan sebagai mata ajaran dalam akademi teknik,
sekolah dagang ataupun kursus magang.
 Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi instruksi praktis bagi para pekerja,
khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja.
 Persuasi, sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan untuk
mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”.
 Asuransi, yaitu merupakan usaha untuk memberikan perlindungan dengan memberikan
jaminan terhadap kecelakaan yang terjadi.
 Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing individu

Kesimpulan
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan
kerugian pada manusia dan harta benda. Kecelakaan kerja dapat di identifikasi dari penyebabnya
melalui beberapa teori factor penyebab kecelakaan kerja. Pencegahannya dengan bantuan K3
serta manajemen dari K3, selain itu dengan mengetahui dan mematuhi SOP yang ada. Tujuan
penyelenggaraan adalah untuk menjamin pemberian manfaat pelayanan kesehatan dan santunan
uang tunai bagi pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

Daftar Pustaka

1. International Labour Organization. Keselamatan dan kesehatan kerja sarana untuk


produktivitas. Jakarta: ILO;2013
2. Chundawan E. Kecelakaan kerja dan penerapan k-3 dalam pengoperasian tower crane
pada proyek industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra;
3. Okti FP. Keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2008
4. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga; 2007.h.113-20.
5. Harrington JM. Buku saku kesehatan kerja. Jakarta: EGC;2003.h.9-10
6. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.20.
7. Mayendra O. Kecelakaan kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia; 2009
8. Suardi R. Sistem manajemen k-3 dan manfaat penerapannya dalam sistem manajemen
keselamatan dan kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34
9. Restuputri DP. Analisis kecelakaan kerrja dengaan menggunakan metode hazard and
operability study.Jurnal ilmiah teknik industry.2015;14(1): 24-17
10. Gunawn FA. Risk based behavioral safety. Gramedia Pustaka Utama:2015.
11. Asyhadie HZ. Hukum ketenagakerjaan dalam teori dan praktik Indonesia.Prenadamedia
group;2019.

Anda mungkin juga menyukai