Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Jumlah Penduduk yang Tinggi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat

Abstrak

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak di dunia. Untuk

mengatasi masalah kependudukan maka diberlakukan kebijakan kependudukan. Kebijakan

kependudukan merupakan upaya yang mengatur pengendalian jumlah dan pertumbuhan

penduduk dengan cara mempengaruhi tiga variabael utama kependudukan, yaitu kelahiran,

kematian, dan migrasi. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi

pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi salah satunya adalah dengan melaksanakan

program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang

dikembangkan di negara-negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi dan sering

dibarengi oleh kepadatan penduduk yang tinggi pula. Pemerintah Indonesia telah memulai

program Keluarga Berencana dengan tujuan utama menurunkan fertilitas guna mengatasi

masalah jumlah penduduk yang tinggi. Melalui KB, angka kelahiran total (total fertility rate)

dari perempuan usia subur Indonesia mengalami penurunan cukup drastis, yang berdampak

pada terhambatnya laju pertumbuhan penduduk.

Kata kunci: Kependudukan, keluarga berencana, angka kelahiran total

Abstract

Indonesia including country with the number of the most many in the world. To address the

issue population then enfoced policy population. The policy of the population is an effort to

set the control of the number of and population growth in a way affect three variable main

population, the birth, death, and migration. Efforts made the Indonesian government in

addressing the growth of the population of Indonesia high one is to carry out the Familly

1
Planning. Familly Planning is the program developed countries as populated high levels of

the growth and often coupled by the population density high anyway. The government of

Indonesia has started yhe Family Planning with the main purpose of fertility in order to

handle addressing the issue of the number of the high. Through the Familly Planning the

total fertility rate of girls ages fertile Indonesia descreased quite dramatically, the impact on

the pace of the population growth is hampered.

Keywords: Population, family planning, total fertility rate

Pendahuluan

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang paling banyak di dunia.

Berdasarkan data kependudukan World Pupulation Data Sheet yang dikeluarkan oleh

population reference Bereautahun 2006, Indonesia berada di urutan keempat setelah Cina,

India dan Amerika Serikat dari 10 negara yang penduduknya diatas 125 juta jiwa. Sementara

itu, dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya, jumlah penduduk

di Indonesia berada di urutan ketiga setelah Cina dan India, yaitu sebanyak 225 juta jiwa.

Akibat banyaknya jumlah penduduk, kondisi kesehatan di Indonesia menjadi tertinggal.

Meskipun Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) selalu menurun dan

indikator kesehatan lainnya menunjukkan adanya perbaikan, tetapi jika dibandingkan dengan

negara-negara ASEAN tingkat kesehatan penduduk indonesia masih sanagt rendah.1

Untuk mengatasi masalah kependudukan baik di Indonesia maupun di negara-negara

lain diberlakukan kebijakan kependudukan. Kebijakan kependudukan merupakan upaya yang

mengatur pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk dengan cara memengaruhi tiga

variabael utama kependudukan, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi pertumbuhan penduduk Indonesia yang

tinggi salah satunya adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).

2
Melalui program KB, angka kelahiran total (total fertility rate) dari perempuan usia subur

Indonesia mengalami penurunan cukup drastis, yang berdampak pada terhambatnya laju

pertumbuhan penduduk.2 Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih mengerti

dan memahami tentang pengaruh jumlah penduduk yang tinggi terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Dengan adanya penulisan makalah ini, maka diharapkan pembaca dan penulis

dapat menambah pengetahuannya.

Pembahasan

Paradigma sehat adalah model, cara pandang, atau pola pikir pembangunan kesehatan

yang bersifat holistik, proaktif, antisipatif, menyeluruh, melihat masalah kesehatan sebagai

masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan bersifat lintas sektor dalam

satu wilayah. Paradigma sehat merupakan merupakan model pembangunan kesehatan yang

upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan yang

lebih dikenal dengan preventif dan promotif.3,4 Paradigma sehat ini tersirat dalam

pencanangan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi nasional

Menuju Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 1 Maret 1999.

Paradigma sehat dapat dipahami secara mikro dan makro. Paradigma sehat secara makro

yaitu semua sektor pembangunan harus memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan,

memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan perilaku dan lingkungan sehat.

Paradigma sehat secara mikro yaitu pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya

preventif dan promotif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.3

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan

kemampuan bagi setiap orang dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Dalam mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan kebijakan dan Visi Indonesia Sehat

2010. Visi Indonesia Sehat 2010 tersebut terdiri dari tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat,

3
perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu. Berdasarkan SK Mekes RI No

1193/2004, perilaku sehat ditetapkan sebagai pilar utama dalam mencapai Visi Indonesia

Sehat 2010 dengan menetapkan kebijakan nasional mengenai promosi kesehatan.4

Departemen kesehatan melalui Visi Indonesia Sehat ditahun 2010 mengharapkan akan

tercapainya tingkat kesehatan tertentu, yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam

lingkungan yang sehat; mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat; serta mampu

menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi (optimal).5,6 Visi ini melandaskan

pembangunan kesehatan kepada paradigma sehat yang mengarahkan pembangunan kesehatan

untuk lebih mengutamakan upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan

(preventif), tanpa meninggalkan upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).5

Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pengembangan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan,

serta pusat layanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal

dalam suatu wilayah tertentu.7 Secara umum puskesmas harus memberikan pelayanan

preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).8

Ada tiga fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat di wilayahnya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam

rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya. Peran puskesmas

sebagai lembaga kesehatan yaitu menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal

pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan

4
secara mandiri.8 Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis dan keadaan infrastruktur

lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Di kota

besar, wilayah kerja puskesmas bisa hanya satu kelurahan dan puskesmas di ibukota

kecamatan menjadi puskesmas rujukan yang berfungsi sebagai pusat rujukan dari puskesmas

kelurahan. Selain itu, puskesmas di kecamatan juga menjadi fungsi koordinasi. Sasaran

penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.7

Puskesmas memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam satu

wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayanan kesehatan

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang

harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang

disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya

kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi mayarakat, upaya

pemcegahan dan pemberatasan penyakit menular (P3M), dan upaya pengobatan.8

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat

agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan atau

kemandirian masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberan informasi (seperti

kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut berbagai

penggalangan berbagai dukungan di masyarakat.9 Program promosi kesehatan dikembangkan

dalam tiga daerah utama, yaitu sekolah, tempat kerja, dan kelompok masyarakat. Dalam

pelaksanaan program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa promosi kesehatan di

masyarakat, sekolah, dan tempat kerja cenderung paling efektif. Sasaran lain dalam promosi

kesehatan adalah pelayanan medis dan media.9,10 Agar lebih spesifik, sasaran promosi

5
kesehatan dibagi menjadi sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah

sasaran yang mempunyai masalah, yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan

memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku tersebut. Sasaran sekunder adalah

individu atau kelompok yang memiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran

sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran

primer. Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang

berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan

desa/kelurahan).9

Penerapan promosi kesehatan dalam program-program kesehatan pada dasarnya

merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan.

Strategi global promosi kesehatan dari WHO yaitu advokasi kesehatan, bina suasana, dan

gerakan masyarakat atau pemberdayaan. Advokasi kesehatan adalah upaya pendekatan

kepada pimpinan atau pengambil keputusan supaya dapat memberikan dukungan,

kemurahan, dan semacamnya pada upaya pembangunan kesehatan. Fokus advokasi kesehatan

adalah sasaran tersier dengan output adanya kebijakan. Bina suasana (social support) adalah

upaya membuat suasana yang kondusif atau menunjang pembangunan kesehatan sehingga

masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Fokus bina suasana

adalah sasaran sekunder dengan output adanya kemitraan dan suasana yang mendukung.

Pemberdayaan (empowerment) adalah upaya memandirikan individu, kelompok, dan

masyarakat agar berkembang kesadaran, kemauan, dan kemampuan dibidang kesehatan atau

agar secara proaktif, masyarakat mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat. Fokus

pemberdayaan adalah sasaran primer dengan output adanya kegiatan masyarakat. Ketiga

strategi tersebut merupakan satu kesatuan meskipun masing masing memiliki fokus yang

berbeda.5,9

6
Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung

tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.11 Menurut WHO, kesehatan

lingkungan berhubungan dengan seluruh faktor fisik, kimia dan biologis eksternal terhadap

orang, dan semua faktor yang berkaitan yang berdampak terhadap perilaku. Ini meliputi

penetapan dan pengendalian faktor-faktor lingkungan tersebut yang dapat berfungsi

merugikan kesehatan. Hal ini ditargetkan pada pencegahan penyekit dan menciptakan

lingkungan yang sehat.12

Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan. Faktor

lingkungan terdiri dari tiga bagian besar, yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan

lingkungan sosial.11,12 Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba,

dirasakan, antara lain bangunan, jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah. Benda mati

yang dapat dilihat dan dirasakan, tetapi tidak dapat diraba (api, asap, kabut, dan lain-lain).

Benda mati yang tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, namun dapat dirasakan (udara, angin,

gas, bau-bauan, bunyi-bunyian/suara dan lain-lain). Lingkungan biologis, terdiri dari

makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan,

kehidupan akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak bergerak (tumbuhan,

karang laut, bakteri, dan lain-lain). Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan

biologis. Lingkungan sosial tidak berbentuk nyata, namun ada dalam kehidupan di bumi ini.

Lingkungan sosial terdiri dari sosio-ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat,

agama/kepercayaan, organisasi kemasyarakatan dan lain-lain. Malalui lingkungan soial

manusia melakukan interaksi dalam bentuk pengelolaan hubungan dengan alam dan

buatannya melalui pengembangan perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya sehingga dapat

menentukan arah pengembangan lingkungan yang selaras dan sesuai dengan daya dukung

lingkungan yang sering disebut dengan etika lingkungan.12

7
Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu, penyediaan air minum,

pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat,

pengendalian vektor, pencegahan dan pengendalian pencemaran tanak oleh ekskreta manusia,

higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran udara, pengendalian

radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek

kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaan daerah dan perkotaan, pencegahan

kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan

dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam, dan perpindahan penduduk, serta tindakan

lingkungan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Sasaran kesehatan lingkungan,

yaitu tempat umum (hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis),

lingkungan pemukiman (rumah tinggal, asrama dan pemukiman yang sejenis), lingkungan

kerja (perkantoran, kawasan industri, dan kawasan yang sejenis), angkutan umum (kendaraan

laut, darat, dan laut yang digunakan untuk umum), dan lingkungan lain yang bersifat khusus

(lingkungan yang berada dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara

besar-besaran, reaktor atau tempat yang bersifat khusus).11

Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk terutama tentang fertilitas, mobilitas,

dan mortalitas. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, pesebaran geografis,

komposisi penduduk dan karakter demografis lainnya, serta bagaimana faktor ini berubah

dari waktu ke waktu. Para ahli demografis terutama tertarik pada statistik fertilitas

(kelahiran), mortalitas (kematian), dan mobilitas (perpindahan tempat) karena ketiga variabel

ini merupakan komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk. Ketiga komponen

tersebut diukur dengan tingkat kelahiran, tingkat kematian dan tingkat migrasi yang

menentukan jumlah penduduk, komposisi umur dan laju pertambahan atau pengurangan

penduduk.13

8
Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang dikembangkan di negara-negara

yang tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi dan sering dibarengi oleh kepadatan penduduk

yang tinggi pula. Sebelum program KB diintrodusir, banyak keluarga yang mempunyai

pandangan tentang jumlah anak yang mereka inginkan dan yang berusaha untuk mengatur

jumlah kelahiran sesuai dengan keinginan mereka. Pemerintah Indonesia telah memulai

program Keluarga Berencana dengan tujuan utama menurunkan fertilitas guna mengatasi

masalah penduduk. Dengan mengintrodusir program Keluarga Berencana diharapkan

masyarakat dapat memanfaatkannya untuk menjarangkan dan membatasi kelahiran. Akan

tetapi sejauh mana program ini tercapai bergantung pada pola motivasi penduduk, terutama

jumah anak yang diinginkan oleh masing-masing keluarga.14

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,

untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh

pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.15 Posyandu merupakan kegiatan

masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus pelayanan profesional oleh petugas sektor,

serta non-profesional (oleh kader) dan dilaksanakan atas usaha masyarakat sendiri. Posyandu

dapat dikembangkan dari pos pengembangan balita pos imunisai, pos KB, pos kesehatan.

Kegiatan posyandu meliputi: KB, KIA, imunisasi anak dan balita, pencegahan dan

penanggulangan diare, serta upaya peningkatan gizi keluarga. Kegiatan posyandu

dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan di tempat yang mudah dijangkau

masyarakat.15,16

Sasaran posyandu adalah semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu

menyusui, bayi dan anak balita, serta pasangan usia subur.15 sistem pelayanan posyandu

adalah sistem lima meja. Meja pertama: pencatatan dan pelaporan, meja kedua: penimbangan,

meja ketiga: penerangan dan pendidikan, meja keempat: peningkatan tentang gizi/ASI, meja

9
kelima: pelayanan kesehatan (pemeriksaan hamil, imunisasi balita, anak dan ibu hamil;

program keluarga berencana dan pemberian tablet besi dan vitamin A). Meja pertama sampai

keempat dilayani oleh kader desa, sedangkan meja kelima oleh tenaga kesehatan.16

Di daerah dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah, kemiskinan

semakin terasa sehingga kesiapan masyarakat untuk berobat masih kurang dan sebagian besar

masyarakat berorientasi pada pengobatan tradisional. Kemiskinan merupakan masalah yang

sulit diatasi sehingga merupakan hambatan penting untuk pelaksanaan sistem rujukan yang

baik dan lancar. Dengan jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang

cukup tinggi, pemerintah dan lembaga lainnya menghadapi kesulitan untuk menyediakan

fasilitas yang cukup sehingga dapat terjadi kecemburuan sosial antardaerah.16

Kesimpulan

Keluarga Berencana (KB) merupakan program yang dikembangkan di negara-negara

yang tingkat pertumbuhan penduduknya tinggi dan sering dibarengi oleh kepadatan penduduk

yang tinggi pula. Pemerintah Indonesia telah memulai program Keluarga Berencana dengan

tujuan utama menurunkan fertilitas guna mengatasi masalah jumlah penduduk yang tinggi.

Dalam kasus ini, untuk mengatasi jumlah penduduk yang tinggi maka dilakukan revitalisasi

KB dan program lainnya maka angka kelahiran dan total fertility rate akan menurun.

Daftar Pustaka

1. Samadi. Geografi. Bogor: Yudhistira; 2007.h.91.

2. Supriatna N, Ruhimat M, Kosim. IPS Terpadu. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama;

2006.h.57.

10
3. Siswanto H. Kamus populer kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2003.h.86-7.

4. Purwandari A. Konsep kebidanan: sejarah dan profesionalisme. Jakarta: EGC;

2008.h.44.

5. Birawa ABP. Ilmu dan aplikasi pendidikan. Jakarta: Grasindo; 2007.h.270-2.

6. Leimena J. Pemberdayaan kesehatan masyarakat sebagai praksis pelayanan. Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia; 2007.h.106-7.

7. Harnilawati. Pengantar ilmu keperawatan komunitas. Sulawesi Selatan: Pustaka As

Salam; 2013.h.24-5,33.

8. Ismainar H. Administrasi kesehatan masyarakat: bagi perekam medis dan informatika

kesehatan. Yogyakarta: Deepublish; 2015.h.37-9.

9. Maulana HDS. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.h.12,22-4.

10. Mukti AG. Kesehatan masyarakat: administrasi dan praktif. Jakarta: EGC;

2008.h.313-4.

11. Efendi F, Mkhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h.72-4.

12. Suyono, Budiman. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2010.h.3-5.

13. Soeroso S. Mengharusutamakan pembangunan berwawasan kependudukan di

Indonesia. Jakarta: EGC; 2005.h.2-3.

14. Soesastro H, Budiman A, Triaswati N, Alisjahbana A, Adiningsih S. Pemikiran dan

permasalahan ekonomi di Indonesia dalam setengah abad terakhir. Yogyakarta:

Kanisius; 2005.h.479-81.

15. Kemenkes RI. Buku pegangan kader posyandu. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.h.2-7.

16. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC;

2007.h.15,21.

11
12

Anda mungkin juga menyukai