Anda di halaman 1dari 13

Konjungtivitis Virus ODS

Abstrak
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyebab konjungtivitis
antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit sistemik.
Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus,
dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan.
Kata kunci: Konjungtivitis, konjungtivitis virus.

Abstract

Conjunctivitis is inflammation of the conjunctiva or inflammation of the mucous membranes


that cover the back of the petals and eyeball, in acute and chronic forms. The causes of
conjunctivitis include bacteria, chlamydia, allergies, viral toxic, related to systemic diseases.
Viral conjunctivitis is a common disease that can be caused by various types of viruses, and
ranges from serious illnesses that can cause disability to minor infections.
Key words : Conjunctivitis, viral conjunctivitis.

Pendahuluan

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang


menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyebab
konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit
sistemik.1 Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi
konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di
pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan
adenopati preaurikular.1

Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.1 Cara penularannya dapat
melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Jika tidak diobati sesuai dengan
penyebabnya bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi atau bahkan kebutaan walaupun
biasanya konjungtivitis virus akut dapat sembuh sendiri tanpa pemberian obat-obatan khusus.

1
Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dengan


pasien/keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang
bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan
lingkungan pasien, selain itu juga tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan
dokter pasien yang profesional dan optimal.

Hal-hal penting yang biasanya ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:1
1. Identitas pasien, seperti nama, alamat, umur, pekerjaan dan sebagainya.
2. Keluhan utama pasien, hal utama yang membuat pasien datang menemui dokter. Keluhan
utama digolongkan menurut lama, frekuensi, lokasi, berat dan keadaan lingkungan saat
timbul juga sangat penting, demikian pula dengan gejala tambahan seperti gangguan
penglihatan, fotofobia, demam dan radang tenggorokan. Tanyakan juga apakah ada cairan
atau air mata yang keluar.
3. Riwayat penyakit dahulu, apakah pasien memiliki penyakit sistemik tertentu seperti
diabetes dan hipertensi. Tanyakan apakah ada riwayat alergi, juga penglihatan buruk pada
satu mata sejak lahir atau rekurensi penyakit sebelumnya.
4. Riwayat pengobatan, apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obat yang toksik terhadap
mata seperti isoniazid, klorokuin atau ethambutol.
5. Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan
pada mata seperti strabismus, ambliopia, glaukoma, katarak, dan masalah retina seperti
ablatio retina atau degenerasi makula. Penyakit sistemik diabetes juga perlu ditanyakan.
6. Riwayat pribadi, seperti konsumsi alkohol, merokok dan lingkungan tempat tinggal atau
kerjanya.

Dari skenario didapatkan:

 Identitas: laki-laki berusia 41 tahun


 Keluhan utama: kedua mata gatal dan berair sejak 3 hari yang lalu
 Mata merah disertai dengan sekret jernih dan kental

2
 Rekan kerja pasien menderita sakit mata yang sama
 1 minggu sebelumya batuk dan pilek
 Anak pasien yang berusia 4 tahun sedang pilek

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi mata2
 Adakah kelainan yang terlihat jelas (misal: proptosis, mata merah, asimetris, nistagmus
yang jelas atau ptosis)?
Lihat konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan kelopak mata.
 Apakah pupil simetris? Bagaimana ukurannya? Apakah keduanya merespon normal
atau seimbang pada cahaya dan akomodasi?
 Adakah ptosis? Periksa menutup kelopak mata.
2. Tajam penglihatan atau visus
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Biasanya
pemeriksaam tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca
huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Untuk mengetahui tajam
penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang
maka tajam penglihatan diukur dengan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi
sinar. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau
20/20 kaki). Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang.2

3
Gambar 1: Snellen Chart

3. Funduskopi
Funduskopi merupakan tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada
fundus okuli. Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus
dan gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat yang diperlukan adalah oftalmoskop dan obat melebarkan pupil (tropicamide
0.5%-1% (mydriacyl)/fenilefrin hidroklorida 2.5% (kerja lebih cepat))

Gambar 2: Fundus Normal

4. Tonometri
Tonometri schiotz merupakan salah satu pemeriksaan yang ditujukan untuk
menghitung tekanan intraocular. Pemeriksaan ini menghitung sejauh mana kornea dapat
diindentasi pada pasien yang sedang terletang. Semakin rendah tekanan intraocular,
semakin dalam tenggelam pin tonometer dan semakin besar jarak pergerakan jarum. Bila
tekanan bola mata lebih rendah maka beban akan mengindentasi lebih dalam permukaan
kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi. Tekanan bola mata normal adalah 10-20
mmHg.3

4
Gambar 3: Tonometri Schiotz

Dari skenario didapatkan:

 Visus: Okuli Dextra 6/12


Okuli Sinistra 6/10
 Segmen anterior ODS:
Palpebral ODS: edema ringan
Konjungtiva tarsalis: reaksi folikular (+)
Konjungtiva bulbi: injeksi silier, kemosis (+), secret mukopurulent
Lensa dan kornea jernih
COA: dalan tanpa sel-sel
 Tonometry: nornotonus
 Segmen posterior ODS: reflex fundus (+)
 KGB leher dan telinga: membesar

(pinhole, tonometry dan oftlmoskopi detail dilakukan bila mata sudah tidak infeksius)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan viral pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel monosit dan limfosit. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya

5
hiperemia konjungtiva/ injeksi konjungtiva, ada juga pendarahan pada konjungtiva, sekret
serus, bisa ditemukan pembesaran KGB preaurikular.2,3

Namun untuk lebih spesifik dapat dilakukan pemeriksa sebagai berikut:


1. Mikrobiologi
Seperti membrane mukosa lainnya, konjungtiva dapat dikultur dengan swab
untuk identifikasi bakteri. Specimen untuk pemeriksaan diperoleh dengan mengorek
palpebral konjungtiva secara ringan dengan spatula platinum kecil setelah anastesi
topical. Untuk evaluasi sitology konjungtivitis, Giemsa merupakan pewarnaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi jenis sel inflamasi, sementara pewarnaan gram
menunjukan tipe bakteri.

Gambar 4: Pengambilan Spesimen dari Konjungtiva

Terhadap spesimen dilakukan :

 Pemeriksaan direct smear dengan pewarnaan metode gram.


 Segera di kultur pada media: blood agar, chocolate agar, Loeffler media (untuk
Corynebactyerium).
 Dikultur dalam candle jar untuk bakteri tersangka Neisseriae dan
Corynebacterium.
 Dikultur dalam anaerobic jar untuk tersangka bakteri anaerob.
 Semua kultur harus dalam 48 jam.

Differential Diagnosis

Tabel 1. Perbandingan Konjungtivitis4

Virus Bakteri Alergi

6
Etiologi Adenovirus Staphylococcus, Tepung sari, rumput,
Streptococcus, bulu hewan
Haemophilus

Gejala Mata merah, berair Kelopak mata lengket, Mata sebentar-sebentar


berat, conj. bengkak, mata berpasir merah, musim tertentu,
pilek, fotofobia riwayat alergi

Sekret Serous-mukous Purulen / mukopurulen Mukous (bening, kental)

Air mata Banyak Sedang Sedikit

Kemosis +- ++ ++

Gatal Sedikit Sedikit Berat

Merah + + +

Kelenjar Membesar Jarang Membesar


preaurikular

Sakit Kadang-kadang Jarang -


tenggorokan

1. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau
obat (atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat
kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga
berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di
udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.4
Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing). Dapat juga terjadi karena reaksi
hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen.
Pada keadaan yang berat mempakan bagian dari sindrom Steven Johnson, suatu
penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi

7
alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi
reaksi alergi.
Tanda: mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering
berulang dan menahun, bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat
atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada
konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat
menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis
berat.4
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjuntivitis
flikten, konjungtivitis vermal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri,
konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Steven-Johnson,
pemfigoid okuli dan sindrom Syogren.
Prinsip terapi yang dapat diberikan adalah tetes mata anti histamin, Na
chromoglycat, pemirolast, dsb. Bila sudah sangat berat gejalanya yaitu saat korena
terkena imbas misalnya terjadi keratitis atau ulkus berikan tetes mata steroid, tetapi
harus diingat akan efek samping pemakaian steroid jangka panjang.

2. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan
objek yang terkontaminasi. Terdapat 2 bentuk konjungtivitis akut (dapat sembuh ±14
hari) dan biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra/ obstruksi duktus
nasolakrimalis.2
Gejala umumnya: mata merah, konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva,
visus normal, sekret purulent (putih, kuning, hijau).5 Bila sudah terasa silau, sakit,
fotofobia (sakit bila melihat cahaya) artinya sudah terdapat komplikasi keratitis (radang
kornea) atau terjadi peradangan konjungtiva dan kornea sekaligus
(keratokonjungtivitis).
Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis
pemberian: bila ringan berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat 6 kali 2 tetes perhari
atau lebih/ bisa 2 jam sekali diluar waktu tidur. Contohnya: kloramfenikol, tetrasiklin,
gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin, ofloxasin, dsb.2,5

8
Working Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, working diagnosis dari kasus pada
scenario adalah konjungtivitis virus ODS. Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang
dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan.6

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu


diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe tipe menurut penyebabnya.
Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan
dan frekuensi gejala, faktor faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan
diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga
apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi. Konjungtivitis virus sulit untuk
dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus
dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena
menghabiskan waktu dan biaya.5,6

Etiologi

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah
virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,
picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular
melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites)
dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.5

Epidemiologi

Konjungtivitis virus adalah penyakit mata umum di seluruh dunia. Karena begitu umum
dan banyak kasus yang tidak dibawa ke klinik atau rumah sakit, statistik yang akurat pada
frekuensi penyakit ini tidak tersedia. Infeksi virus sering terjadi pada epidemi dalam keluarga,
sekolah, kantor dan organisasi militer. Konjungtivitis virus dapat terjadi sama pada pria dan
wanita dan dapat terkena pada semua usia. Konjungtivitis viral dapat mengenai semua umur,
tergantung dari etiologi virus penyebab. Biasanya, adenovirus menyerang pasien usia 20-40 tahun.
Virus herpes simpleks dan infeksi varisela-zoster primer biasanya mengenai anak kecil dan bayi. Herpes
zoster oftalmikus berasal dari reaktivasi infeksi laten virus varisela-zoster dan dapat muncul pada semua

9
usia. Khasnya, picornavirus menyerang anak-anak dan dewasa muda yang kelas sosioekonominya
rendah. Epidemi tersebar melalui rute mata-tangan-mata.6

Patofisiologi

Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi


dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran
dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitis.
Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air
mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja
memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma
konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus
dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau
gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau
badan siliare berarti kornea terkena.

Gejala klinis

Gejala klinis yang dapat ditemukan dari konjungtivitis viral akut antara lain:3,4

 Hiperemia/injeksi konjungtiva.
 Mata seperti berpasir/kelilipan.
 Konjungtiva tampak seperti berdarah.
 Edema kelopak mata
 Banyak mengeluarkan air mata (epifora).

10
 Pembesaran kelenjar preaurikular.
 Sekret serous.
 Fotofobia.
 Kemosis
 Disertai gejala sistemik seperti suhu badan meningkat dan pegal-pegal/malaise

Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis.


Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau
parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit.5

Penatalaksanaan

 Konjungtivitis virus tidak memerlukan terapi yang definitif karena penyakit ini
merupakan penyakit yang self-limited (biasanya akan membaik dalam 7-14 hari).4
 Pengobatan suportif dan simptomatik seperti obat untuk demam dan pegal-pegal.
 Obat antivirus sistemik.5
 Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, contohnya Erythromycin 5mg/gr (0.5%)
eye ointment 6x sehari selama 7-10 hari.
 Steroid topical

Pencegahan

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih, Usahakan untuk tidak
menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit, Jangan menggunakan handuk
atau lap bersama dengan penghuni rumah lain, Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk
dari dokter dan pabrik pembuatnya, Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih
setiap hari, Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain, Usahakan tangan
tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek
mata, Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan kotoran mata.5

Prognosis

11
Prognosis dari konjungtivitis viral biasanya baik karena konjungtivitis viral akut
umumnya bisa sembuh sendiri, tetapi untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder dapat
diberikan antibiotik.5

Kesimpulan

Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan terkait, dapat disimpulkan bahwa laki-laki 41
tahun yang datang ke poli umum dengan keluhan utama kedua mata gatal dan berair sejak 3
hari yang lalu tersebut menderita konjungtivitis viral ODS, dimana dijelaskan bahwa anak
pasien menderita batuk pilek dan rekan kerjanya juga mengalami sakit mata yang sama.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis viral dapat berupa hiperemia, banyak air
mata, kelopak mata bengkak, mata merasa seperti kelilipan, dan sebagainya. Penanganan
konjungtivitis viral ini juga tidak spesifik, karena pada umumnya konjungtivitis ini bisa
sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Daftar Pustaka

1. Voughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC;
2009.h.30-121.
2. Ilyas, H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;
2005.h.121-140.
3. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2003.h.44-5.
4. James B., Chew C., Bron A. Lecture Note Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2005.
5. Morosidi S.A., Paliyama M.F. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UKRIDA; 2011.h.38-45.
6. Scott IU. Viral conjunctivitis. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. 26 Maret 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai