Anda di halaman 1dari 11

Sistem Pernapasan serta Transpor O2 dan CO2 dalam Darah

Abstrak

Respirasi adalah keseluruhan proses yang melaksanakan pemindahan pasif O2 dari atmosfer
ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta pemindahan pasif terus-menerus CO2
yang dihasilkan oleh metabolisme dari jaringan ke atmosfer. Sistem pernapasan berperan
dalam homeostasis dengan mempertukarkan O2 dan CO2 antara atmosfer dan darah. Darah
mengangkut O2 dan CO2 antara sistem pernapasan dan jaringan. Fungsi utama respirasi
adalah memperoleh O2 untuk digunakan sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang
diproduksi oleh sel. Pengaturan asam basa tubuh merupakan salah satu
mekanisme penting tubuh untuk mempertahankan tingkat keasaman (pH)
cairan tubuh. Rasio asam basa normal adalah 1:2 0, menunjukan satu bagian
CO 2 (H 2 CO 3 ) terhadap dua puluh bagian HCO 3 - . Jika keseimbangan ini
berubah, maka akan mempengaruhi perubahan pH, dimana jika kelebihan
asam dan pH <7,4 maka akan terjadi asidosis, dan jika kelebihan basa dan pH
>7,4 maka akan terjadi alkalosis.
Kata kunci: Respirasi, pH, asidosis, alkalosis.

Abstract
Respiation is the overall process of carrying out the transfer of passive O2 from atmosphere
to tissues to support cel metabolism, as well as the removal of continuous passive CO2
produced by metabolism from the tissues to the atmosphere. The respiratory sytem plays a
role in homeostasis by exchanging O2 and CO2 between the atmosphere and the blood. Blood
transports O2 and CO2 between the respiratory system and the tissues. The main function of
respiration is to obtain O2 for use of the cells of the body and to excrete the CO2 produced by
the cells. Setting the body's acid-base is one of the important mechanisms of the body to
maintain the level of acidity (pH) of body fluids. Normal acid-base ratio is 1:20, shows one
part of CO2 (H2CO3) to twenty parts of HCO3-. If the balance is changed, it will affect the
changes in pH, wherein if the excess acid and pH <7.4, there will be acidosis, and if the
excess alkaline and pH> 7.4 will occur alkalosis.
Keywords: Respiration, pH, acidosis, alkalosis.

Pendahuluan
Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan oksigen untuk reaksi metabolik yang
melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada waktu yang sama,
reaksi tersebut melepaskan karbondioksida. Konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida
terjadi di dalam mitokondria seiring dengan terjadinya respirasi seluler. Jumlah
karbondioksida yang berlimpah menghasilkan keasaman yang bersifat racun bagi sel tubuh,
maka karbondioksida yang berlimpah tersebut harus dibuang dengan cepat. Dua sistem yang
memasok oksigen dan membuang karbondioksida adalah sistem kardiovaskular dan sistem
respiratori. Sistem respiratori memberikan pertukaran gas, mengambil oksigen dan
membuang karbondioksida, sedangkan sistem kardiovaskuler mengangkut gas dalam darah

1
antara paru dan sel-sel tubuh. Kesalahan kerja salah satu dari kedua sistem tersebut berakibat
sama pada tubuh yaitu kekacauan homeostasis dan kematian sel-sel dari kekurangan oksigen,
serta terbentuknya hasil limbah.1
Sistem respirasi melibatkan sejumlah organ seperti hidung, mulut, faring, trachea,
bronchus, dan paru. Fungsi sistem respirasi adalah memfasilitasi pertukaran gas antara
atmosfer, paru-paru dan sel-sel jaringan dalam tubuh.1 Tujuan penulisan makalah ini adalah
agar mahasiswa lebih mengerti dan memahami tentang kelarutan gas serta tranpor oksigen
dan karbondioksida dalam darah. Dengan adanya penulisan ini, maka diharapkan pembaca
dan penulis dapat menambah pengetahuannya.

Pembahasan
Proses pernapasan sangat penting untuk dapat mensuplai oksigen ke semua jaringan
tubuh dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh darah melalui paru-paru.
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir
di gelembung- gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir
dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada
lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut
dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis.2
Fungsi utama sistem pernapasan adalah sebagai penyediaan oksigen (O2) untuk
kelangsungan proses metabolisme sel-sel di dalam tubuh yang nantinya akan mengeluarkan
karbon dioksia (CO2) dari hasil metabolisme secara terus-menerus. Pernapasan pada manusia
berlangsung dengan cara mengubah tekanan udara di dalam paru-paru yang dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan
di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Perubahan tekanan ini akan menyebabkan
udara dapat keluar dan masuk dari dan ke dalam paru-paru, peristiwa inilah yang disebut
bernapas.
Proses bernapas pada manusia melalui 2 (dua) tahap yaitu, inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume rongga dada
dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah dan sangkar tulang rusuk
membesar. Tekanan udara dalam paru-paru akan turun di bawah tekanan udara atmosfer, dan
udara akan mengalir ke dalam paru-paru. Sedangkan ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk

2
dan diafragma berelaksasi. Volume rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma
bergerak naik dan sangkar tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik
melebihi tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru. Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga
dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.3
Karena sebagian besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat
terjadinya pertukaran gas, maka udara pada awalnya harus bertukaran dengan darah, darah
harus bersirkulasi, dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas.
Berdasarkan tempat terjadinya, pernapasan dibedakan atas dua yaitu, pernapasan internal
yang mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria,
yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi dari molekul
nutrien dan pernapasan eksternal yang mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang
terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan
eksternal memiliki empat langkah, yaitu:4
1. Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru-paru, sehingga dapat terjadi
pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru.
Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan, atau ventilasi. Kecepatan
ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara antara atmosfer dan alveolus
disesuaikan dengan kebutuhan metabolik tubuh untuk menyerap O2 dan
mengeluarkan CO2.
2. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler
pulmonalis melalui proses difusi.
3. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.
4. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi
melintasi kapiler sistemik (jaringan).

Faktor - Faktor yang mempengaruhi Kelarutan Gas dalam Cairan


Suatu gas dikatakan dapat larut dalam sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor kepolarannya, faktor adanya ikatan atau jembatan hidrogen, faktor Temperatur,faktor
tekanan dan faktor adanya zat terkarut lainnya
1. Faktor kepolaran suatu zat
kelarutan suatu gas dalam cairan akan besar jika ada kepolaran antara gas

3
tersebut dengan cairan tersebut. Jadi senyawa Polar jika bertemu dengan senyawa
polar, maka akan mudah untuk larut, sedangkan senyawa Non polar bertemu dengan
senyawa polar maka akan tidak atau sedikit saling melarutkan.
2. Faktor ikatan atau Jembatan Hidrogen
Adanya ikatan atau jembatan hidrogen, akan mempercepat kelarutan gas
dalam cairan terutama antara suatu senyawa yang mengandung atom N, O dan F
dengan senyawa lain yang mengandung unsur H pada senyawa air, kemungkinan akan
cepat larut dibanding senyawa senyawa yang tidak mengandung atom N, O dan F hal
ini karena ke tiga atom diatas sangat elektronegatif dan jika bertemu dengan atom H
pada senyawa air yg juga elektronegatif maka akan semakin mudah kelarutannya.
3. Faktor Temperatur
Kelarutan suatu gas dalam cairan juga ditentukan oleh temperatur, dimana jika
temperaturnya tinggi, maka kelarutan gas dalam cairan akan semakin kecil begitu pula
jika temperatur suhunya diturunkan maka kelarutan suatu gas dalam cairan makin
mudah. Kenaikan temperatur atau suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam cairan
makin kecil hal ini terjadi karena pada temperatur yang meningkat menyebabkan
energi kinetik gas meningkat, molekul gas bergerak semakin cepat sehingga mudah
meninggalkan pelarutnya.
4. Faktor Tekanan
Kelarutan gas dalam cairan akan meningkat jika tekanan meningkat, begitupun
sebaliknya jika tekanannya menurun maka kelarutan suatu gas dalam cairan juga
menurun. Kelarutan gas dalam cairan ini meningkat karena jika tekanan di tingkatkan
berarti kita paksa gas tersebut masuk kedalam larutan, malah kelarutan gas dalam
cairan dinyatakan dalam satuan atm.
5. Faktor zat terlarut lain
Faktor zat terlarut lainnya adalah dalam liqiud atau cairan terdapat zat terlarut
lain selain gas. adanya faktor zat terlarut lainnya ada dua efek yaitu dapat menaikan
atau menurunkan kelarutan gas dalam larutan. Apabila zat terlarut lain dapat bereaksi
dengan gas terlarut, kelarutan gas naik. contoh CO2 dalam larutan NaOH. Pada contoh
ini terjadi reaksi CO2+NaOH yang terjadi adalah NaCO2 (natrium carbonat). Apabila
zat terlarut lain tidak bereaksi dengan gas terlarut, kelarutan gas berkurang.
contohnya O2 dalam larutan NaCl (garam).5
Difusi Gas O2 dan CO2
Secara umum difusi adalah peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
4
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Peristiwa difusi
yang terjadi di dalam paru-paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli
melintasi membran kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah, selanjutnya
menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke interior sel darah merah sampai
berikatan dengan hemoglobin. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan
molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi. Difusi memiliki
beberapa tahapan, yaitu:
1. Difusi pada fase gas
Udara di atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat. Ketika
dekat alveoli, kecepatannya berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru
masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam
alveoli. Kecepatan gas berdifusi disini berbanding terbalik dengan berat molekulnya.
Gerak molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas
karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Pencampuran
antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk
akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli
yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema,
percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih
lambat.
2. Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi yang melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler
pembuluh darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam
hal ini, Pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh
darah (endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding sel darah merah (eritrosit).
Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan gas dalam cairan.
Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat kecepatan
difusi oksigen. Semakin tebal membran pembatas, halangan bagi proses difusi
semakin besar.
3. Transpor Oksigen dan Karbondioksida
Apabila oksigen telah berdifusi kedalam darah paru, maka oksigen ditranspor
dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin (HBO2) ke kapiler jaringan dimana
oksigen dilepaskan untuk digunakan di sel. Dalam sel, oksigen bereaksi dengan
5
berbagai bahan makanan (reaksi metabolisme) dan menghasilkan karbondioksida.
Karbondioksida selanjutnya masuk kedalam kapiler jaringan dan di transport kembali
ke paru-paru. Selanjutnya dibuang melalui napas. Dengan demikian, transpor oksigen
dilakukan oleh hemoglobin (Hb) dimana 1 gr Hb dapat mengangkut 1,4 ml oksigen.
Hal ini terjadi oleh karena hemoglobin mempunyai daya afinitas terhadap oksigen.
Daya afinitas Hb terhadap oksigen ini dapat tinggi atau meningkat dapat pula rendah
atau menurun yang diperngaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi
afinitas hemoglobin dan oksigen tersebut, antara lain:
a. pH darah
Nilai pH darah menunjukan tingkat keasaman darah dalam tubuh. Nilai
normal pH darah adalah 7,35–7,45. Nilai pH darah ini berkaitan erat dengan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Pada kondisi asidosis (pH darah
menurun) afinitas Hb terhadap oksigen berkurang, sehingga oksigen yang
ditrasnport oleh darah berkurang. Pada kondisi alkalosis (pH darah meningkat)
afinitas Hb terhadap oksigen meningkat. Akibatnya uptake oksigen dalam paru
paru meningkat, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan terganggu
sehingga tubuh tetap kekurangan oksigen.
b. Kadar CO2 darah
Kadar karbonddioksida dalam darah erat kaitannya dengan keseimbangan
asam basa. Kondisi keseimbangan tersebut kemudian berhubungan dengan
afilitas Hb terhadap oksigen sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.6

Transport Gas O2
Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskular. Proses
pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran
darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), serta kecepatan difusi dan kapasitas membawa
oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan
dengan oksigen. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin
berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur
dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan
mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah,
membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan.
Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di jaringan, maka O2 akan

6
ditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang dapat mempengaruhi transpor O2 selain PO2
adalah pH.
Transpor oksigen merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu pertukaran
gas antara atmosfer dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru
dan darah, transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan pertukaran gas antara darah
dan sel. Normalnya, sekitar 98,5% oksigen ditranspor dari paru-paru ke jaringan terikat
dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin dan sisanya 1,5% terlarut dalam plasma.
Oksigen tidak mudah larut di dalam air. Sekitar 93% plasma adalah air sehingga
untuk memudahkan oksigenisasi darah diperlukan molekul khusus pengikat oksigen, yaitu
hemoglobin. Konsentrasi oksigen (O2) dalam darah, juga disebut kandungan O2 (O2 content),
merupakan gabungan O2 yang terikat pada hemoglobin dan O2 yang terlarut dalam plasma.
Konsentrasi O2 terlarut dalam plasma ditentukan oleh kelarutan O2 dalam air (plasma) dan
tekanan parsial oksigen (PO2) dalam darah. Kelarutan O2 dalam air dipengaruhi suhu
(kelarutan akan meningkat saat suhu menurun).7

Transport Gas CO2


Karbondioksida (CO2) merupakan produk akhir utama dari metabolisme oksidatif.
Karbon dioksida berdifusi ke eritrosit dan dengan cepat dihidrasi menjadi asam karbonat
(H2CO3) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion
hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain itu, beberapa
karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino
membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim.
Hemoglobin yang berkurang O2 (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon
dioksida dengan lebih mudah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena
mentrasportasi sebagian besar karbon dioksida. CO2 ditranspor secara difusi pasif, yaitu
mengikuti gradien konsentrasi, dari konsentrasi tinggi ke rendah. Mekanisme transpor CO2
akan ditranspor dalam 3 bentuk yaitu, 7% terdisolusi di plasma, 23% berikatan dengan Hb
membentuk karbaminohemoglobin, dan 70% akan berbentuk ion bikarbonat.
Saat tekanan parsial CO2 (PCO2) di jaringan lebih tinggi, maka CO2 akan ditranspor
dari jaringan ke darah. Hidrasi CO2 dan perubahannya menjadi asam karbonat merupakan
proses berkelanjutan dan keadaan ini perbedaan terus menerus yang menggerakkan CO2 ke
dalam larutan. Karena CO2 terus menghilang, volume CO2 total dalam larutan dapat melebihi
volume larutan.
Transpor CO2 merupakan proses yang kompleks. Titik temu dari transport CO2 adalah

7
reaksi CO2 dengan air (H2O). Pada tahap pertama reaksi ini melibatkan pembentukan asam
karbonat (carbonic acid). Tahap ini biasanya reaksi lambat dan berlangsung 40 detik hingga
selesai. Karbonat anhidrase terbatas pada sel darah merah dan tidak terdapat di dalam plasma.
Kemudian CO2 akan cepat terhidrasi hanya di dalam sel darah merah sehingga membuat
perbedaan tekanan yang menyebaban CO2 masuk ke dalam sel.
Asam karbonat langsung berdisosiasi menghasilkan ion hidrogen dan bikarbonat.
Fraksi besar bikarbonat yang terbentuk dalam sel darah merah dimasukkan kembali ke dalam
plasma bertukar dengan klorida. Ion hidrogen yang dibentuk dalam sel darah merah disangga
(buffered) oleh hemoglobin. Melalui jalur ini, CO2 yang masuk ke dalam sel darah merah
terurai dan bagian yang disimpan (hemoglobin) dan bagian yang dilepas (bikarbonat) agar
ada ruangan untuk CO2 lain yang akan masuk ke dalam sel darah merah. Proses ini membuat
tempat untuk menyimpan CO2 dalam sel darah merah dalam jumlah besar.
Fraksi kecil CO2 dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok amino bebas di
hemoglobin untuk menghasilkan asam karbamat (carbamic acid), yang berdisosiasi untuk
membentuk residu karbamino (HbNHCOO) dan ion hidrogen. Reaksi ini memberi
kesempatan hemoglobin berperan sebagai penyangga (buffer).8

Sistem Buffer
Keseimbangan asam dan basa pada tubuh kita dalam batas yang normal adalah pH
pada rentang yaitu 7,37–7,43. Untuk menjaga pH dalam tubuh ini normal maka
diperlukanmenkompensasi pernapasan agar metabolik O2 dan CO2 dapat teratur dengan baik
sehinga tidak mengangu pH yang normal pada tubuh.Pengaturan asam basa tubuh merupakan
salah satu mekanisme penting tubuh untuk mempertahankan tingkat keasaman (pH) cairan
tubuh. pH arteri merupakan pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi ion hidrogen
(makin besar konsentrasi, makin asam larutan dan makin rendah pH dan sebaliknya jika
makin rendah konsentrasi, makin basa larutan dan makin tinggi pH) dan mencerminkan
keseimbangan antara karbon dioksida (CO2), yang diatur oleh paru- paru dan bikarbonat
(HCO3-), basa yang diatur oleh ginjal. CO2 terlarut dalam larutan untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3) yang merupakan kunci komponen asam dalam keseimbangan asam basa.
Rasio asam basa normal adalah 1:20, menunjukan satu bagian CO2 (H2CO3) terhadap dua
puluh bagian HCO3-.9
Ion H+ secara normal dan kontinu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber,
yaitu dengan pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat, katabolisme zat organik, dan disosiasi asam organik pada metabolisme

8
intermedia.
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H di dalam tubuh, maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara mengaktifkan sistem buffer kimia,
mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan, dan mekasnisme pengontrolan pH oleh
sistem perkemihan.Terdapat 4 sistem buffer, yaitu:10
1. Buffer bikarbonat; merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non – bikarbonat
2. Buffer protein; merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Buffer hemoglobin; merupakan sistem buffer di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
4. Buffer fosfat; merupakan sistem buffer di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem buffer ini dinyatakan dalam persamaan Henderson-Hasselbach. Dengan rasio
asam basa normal adalah 1:20, yang menunjukan satu bagian CO2 (H2CO3) terhadap dua
puluh bagian HCO3-. Jika keseimbangan ini berubah, maka akan mempengaruhi perubahan
pH, dimana jika kelebihan asam dan pH <7,4 maka akan terjadi asidosis, dan jika kelebihan
basa dan pH >7,4 maka akan terjadi alkalosis.
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika
dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH
akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H+
dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal
mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H+ secara lambat dengan menskresikan ion H+
dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja sistem buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka
panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk
jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35–7,45.11

Kesimpulan
Sistem pernapasan merupakan proses pertukaran gas yang terjadi di dalam tubuh,
sangat penting untuk kelangsungan hidup. Gas-gas berdifusi menuruni gradien tekan dalam

9
paru-paru dan organ-organ lain. Oksigen dan karbondioksida berdifusi dari tempat di mana
tekanan parsialnya lebih tinggi ke tempat di mana tekanan parsialnya lebih rendah. Difusi
memiliki beberapa tahapan yaitu, difusi pada fase gas, difusi pada membran plasma, dan
transpor gas oksigen dan karbondioksida. Transpor gas oksigen terdiri dari sistem paru dan
sistem kardiovaskular. Normalnya, sekitar 98,5% oksigen ditranspor dari paru-paru ke
jaringan terikat dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin dan sisanya 1,5% terlarut
dalam plasma. Sedangkan mekanisme transpor CO2 akan ditranspor dalam 3 bentuk yaitu,
7% terdisolusi di plasma, 23% berikatan dengan Hb membentuk karbaminohemoglobin, dan
70% akan berbentuk ion bikarbonat. Keseimbangan asam dan basa pada tubuh kita dalam
batas yang normal adalah pH pada rentang yaitu 7,37 - 7,43. Perubahan pada pH darah dapat
menyebabkan beberapa gangguan yaitu asidosis dan alkalosis. Salah satu contoh penyebab
terjadinya asidosis yaitu dimana tubuh kehilangan HCO3- dalam jumlah besar yang
disebabkan oleh diare hebat atau kondisi-kondisi lain, yang menyebabkan hilangnya sekresi
pankreas, yang bersifat alkali dan mengandung HCO3- lebih tinggi daripada plasma darah.

Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-6. Jakarta: EGC; 2012.
h.496.
2. Gunardi, S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2007.
3. Djojodibroto RD. Respirology (respiratory medicine). Jakarta : EGC;2009.H.42-5
4. Human Physiology - Respiration [Internet]. People.eku.edu. 2016 [cited 20 May
2017]. Available from: http://people.eku.edu/ritchisong/301notes6.htm
5. Kamiati A, Sukmaria M. Kimia kedokteran. Jakarta : Kharisma Publishing
Group;2010.h.258-9
6. Movement of oxygen into the blood [Internet]. Rci.rutgers.edu. 2016 [cited 20 May
2017]. Available from: http://www.rci.rutgers.edu/~reptools/1Functpage11.html
7. Sherwood, L. Fisiologi manusia. Jakarta: Penerbit EGC; 2001.
8. Guyton,Hall. Buku saku fisiologi kedokteran guyton & hall. ed. 17. Jakarta: EGC;
2009.
9. Horne MM, Swuaringen PL. Keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Jakarta:
Penerbit EGC; 2007.
10. Blood Buffer - Chemical Buffer [Internet]. Harpercollege.edu. 2016 [cited 20 May
2017]. Available from: http://www.harpercollege.edu/tm-ps/chm/100/dgodambe/
thedisk/bloodbuf/zback2.htm

10
11. Processes of the Kidneys [Internet]. Mcb.berkeley.edu. 2016 [cited 20 May 2017].
Available from: https://mcb.berkeley.edu/courses/mcb135e/kidneyprocess.html

11

Anda mungkin juga menyukai