Anda di halaman 1dari 27

CASE BASED DISCUSSION

MOLA HIDATIDOSA
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Program Pendidikan
Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Disusun oleh :
Nugraha Wirawan
30101507529

Pembimbing :
dr. FX. Sunarto, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
BAB I
STATUS PASIEN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Nama Mahasiswa : Nugraha Wirawan


NIM : 30101507529
Pembimbing : dr. FX. Sunarto, Sp.OG

A. IDENTITAS PASIEN
 Nama penderita : Ny.S.H.
 Umur : 31 tahun
 Jenis kelamin : Perempuaan
 No.RM : 01-39xxx
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjan : Swasta (pedagang)
 Alamat : Ploso Karangtengah Demak
 Status : Menikah
 Tanggal masuk : 2 Oktober 2019
 Ruang : Baitun Nisa 2
B. ANAMNESIS (SUBJEKTIF)
Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 3 Oktober 2019
pukul 07.00 WIB di bangsal Baitun Nisa 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang dan didukung dengan data medik pasien.
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan flek-flek darah dari jalan lahir sejak
2 bulan yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G4P2A1 31 tahun usia kehamilan 17 minggu datang ke poli
kandungan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal 2
Oktober 2019 dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir. Keluhan ini
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Jumlah darah yang keluar dari
jalan lahir tidak menentu yaitu kadang banyak dan sedikit. Darah yang
keluar dari jalan lahir berwarna merah kehitaman, kadang disertai
gumpalan darah. Keluhan perdarahan tersebut tidak berkurang dengan
istirahat dan tidak bertambah dengan aktifitas. Keluhan lain yang dirasakan
adalah nyeri perut dibagian bawah yang hilang timbul. Keluhan Mual,
muntah, pusing, disangkal, BAB dan BAK nya normal. sebelumnya pasien
berobat ke RSUD Demak dan diberikan obat penambah darah kemudian
dirujuk ke poli kandungan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
3. Riwayat Haid
- HPHT : 05 Juni 2019
- Menarche : usia 12 tahun
- Siklus haid : teratur 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan 9 tahun. Pasien menikah di usia 22 tahun.
5. Riwayat Obstetri
 G4P2A1
 G1: Anak pertama, laki laki, persalinan normal dengan bidan, 2800
gram, sehat, usia 6 tahun
 G2 : abortus pada hamil 15 minggu
 G3 : Anak kedua, laki-laki, persalinan normal dengan bidan, 2400
gram, sehat, usia 2 tahun
6. Riwayat ANC
- Rutin di bidan klinik
7. Riwayat KB
- Pasien tidak pernah menggunakan KB
8. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat penyakit paru : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat operasi diperut : disangkal
9. Riwayat Penyakit Keleuarga
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat penyakit paru : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat penyakit yang sama : disangkal
10. Riwayat operasi
Kuretase di RSI NU tahun 2014
11. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien seorang pedagang. Biaya kesehatan mandiri.
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis (GCS 15)
- Antropometri :
TB : 155 cm
BB : 64 kg
LLA : 33 cm
- Tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 0C
Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping
hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, mamae membesar (-), hiperpigmentasi
areola mamae (-), papila mamae menonjol (-), benjolan abnormal (-)
- Jantung
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : dbn
 Auskultasi : suara jantung I dan II murni, reguler, suara
tambahan (-)
- Paru
 Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris statis dan
dinamis
 Palpasi : stern fremitus simetris dextra dan sinistra, nyeri
tekan (-), krepitasi (-)
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
- Abdomen
 Inspeksi : perut tampak membesar, bekas operasi (-)
fluktuasi (-)
 Auskultasi : bising usus (+)
 Perkusi : timpani pada seluruh abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (+) di kuadran inferior sinistra, defans
muscular (-)
- Genitalia
 Externa : darah (+), vulva oedem (-), pus (-), ulcus (-), lesi
kecil-kecil (-), massa (-).
 Interna :
 VT :
- Dinding vagina : masa (-)
- Portio, ukuran sebesar jempol tangan, permukaan licin,
konsistensi kenyal
- Oue tertutup
- corpus uterus : berbentuk bulat
- Adneksa tak tampak massa
- cavum douglass tidak ada penonjolan
 Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
- Extremitas :
Superior Inferior
Varises -/- -/-
Refleks fisologis +/+ +/+
Refleks patologis -/- -/-
CRT < 2 detik < 2 detik
Oedem -/- -/-

D. STATUS GINEKOLOGI
Genitalia
 Externa : darah (+), vulva oedem (-), pus (-), ulcus (-), lesi
kecil-kecil (-), massa (-).
 Interna :
 VT :
- Dinding vagina : masa (-)
- Portio, ukuran sebesar jempol tangan, permukaan licin,
konsistensi kenyal
- Oue tertutup
- corpus uterus : berbentuk bulat
- Adneksa tak tampak massa
- cavum douglass tidak ada penonjolan
 Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium :
tanggal 02 Oktober 2019
2/10/2019 Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 gr/dL 11,7 – 15,5
Hematokrit 37,2 % 33 – 45
Leukosit 12,47 (H) 103/µL 3,6 – 11,0
Trombosit 234 103/µL 150 – 440
Anti HIV Non reaktif
Hbsag Negatif
FT4 58,27 (H) pmol/L 9-20
TSh-s <0.05 uIU/ml 0,25- 5,0

 USG :
Deskripsi :
Vesika urinaria : terisi urine cukup, uterus : antefleksi tampak massa
dengan septa-septa ukuran probe tak cukup , adneksa : tak tampak massa
Kesan : Mola Hidatidosa
F. RESUME
Pasien G4P2A1 31 tahun usia kehamilan 17 minggu datang ke poli
kandungan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu. Jumlah darah yang keluar dari jalan lahir tidak menentu yaitu kadang
banyak dan sedikit. Darah yang keluar dari jalan lahir berwarna merah
kehitaman, kadang disertai gumpalan darah. Keluhan perdarahan tersebut
tidak berkurang dengan istirahat dan tidak bertambah dengan aktifitas.
Keluhan lain yang dirasakan adalah nyeri perut dibagian bawah yang hilang
timbul. Keluhan Mual, muntah, pusing, disangkal, BAB dan BAK nya
normal. sebelumnya pasien berobat ke RSUD Demak dan diberikan obat
penambah darah kemudian dirujuk ke poli kandungan Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang.

Pemeriksaan fisik : dalam batas normal


Status internus : dalam batas normal
Status Obstetri :
G4P2A1
- HPHT : 5-06-2019
- HPL : 12-03-2020
- UK : 17 minggu
- Status pasien : Keadaan umum lemah, sakit sedang
Status Ginekologi :
- Genitalia Externa :
darah (+), vulva oedem (-), pus (-), ulcus (-), lesi kecil-kecil (-), massa
(-).
- Genitalia Interna :
 VT :
- Dinding vagina : masa (-)
- Portio, ukuran sebesar jempol tangan, permukaan licin,
konsistensi kenyal
- Oue tertutup
- corpus uterus : berbentuk bulat
- Adneksa tak tampak massa
- cavum douglass tidak ada penonjolan
 Inspekulo : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan peningkatan leukosit, FT4

G. DIAGNOSA AWAL
Wanita usia 31 tahun G4P2A1 31 hamil 17 minggu dengan mola hidatidosa.

H. PENATALAKSANAAN
- Rawat inap
- Infus RL 20 tpm
- Pengawasan : KU, vital sign, laboratorium darah rutin
- Pro kuretase tanggal 03/10/2019 dan 09/10/2019
- Cefadroxil 3x1
- Methylergometrin 3x1
- Ferofort 1x1
- Asam mefenamat 3x1
I. PROGNOSA
dubia ad bonam

J. EDUKASI
1. Memberitahu kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan program
kuretase.
2. Mengurangi aktivitas fisik berlebih
3. Mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter
FOLLOW UP

Follow up post-operasi ( 3 Oktober 2019)

S O A P

Lemes, - TD : 110/80 Post op curetage Planning Tx:


keluar 1 mola
- HR : 83x/mnt - Cefadroxil 3x1
darah dari hidatidosa H-0
jalan lahir - RR : 20x/mnt - Methylergometrin 3x1
sedikit
- Suhu : 37ºC - Ferofort 1x1

- Hb : 10,4 - Asam mefenamat 3x1

- Monitoring TTV & KU

Pro kuretase kedua tanggal


09/10/2019

Follow up post operasi (4 Oktober 2019)

S O A P

Masih keluar - TD : 120/70 Post op curetage Boleh pulang


darah dari 1 mola hidatidosa
- HR : 90x/mnt
jalan lahir H-1
namun - RR : 22x/mnt
jumlahnya
- Suhu : 36,5ºC
berkurang
- Hb : 10,4

Follow up (8 oktober 2019)


S O A P

keluar flek - TD : 165/70 Post op curetage Rencana kuretase kedua


darah dari 1 mola tanggal 9/10/2019
- HR : 100x/mnt
jalan lahir hidatidosa
- RR : 22x/mnt

- Suhu : 36,5ºC

- Hb : 10,4

Follow up post operasi (9 Oktober 2019)

S O A P

Nyeri perut - TD : 120/80 Post op Planning Tx:


post curetage kedua
- HR : 98x/mnt - Cefadroxil 3x1
operasi H-0
- RR : 22x/mnt - Methylergometrin 3x1

- Suhu : 36,7ºC - Ferofort 1x1

- Hb : 10,4 - Asam mefenamat 3x1

-
Follow up post operasi (10 Oktober 2019)

S O A P

Tidak ada - TD : 125/80 Post op curetage Terapi lanjut


keluhan kedua H-1
- HR : 99x/mnt Boleh pulang

- RR : 20x/mnt

- Suhu : 36,8ºC

- Hb : 10,4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak

wajar dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai


dengan perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan
janin, hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi

hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang


membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang
diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada

vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon human chononic


gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan
biasa (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007; Prawirohadjo, 2009).

2.2 Epidemiologi

Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1


per 120 kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan).
Di Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting
dengan insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan),
faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih
berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia
kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis
dan genetik (Prawirohadjo, 2009).

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko


Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan
yang membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta
berfungsi memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola
hidatidosa, jaringan berkembang menjadi suatu masa yang abnormal

sehingga tidak dapat berfungsi secar normal (Sebire, 2008).

Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan

genetik dimana sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah

kehilangan nukleusnya atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada

lebih dari 90 persen mola komplit hanya ditemukan gen dari ayah dan 10

persen mola bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri

dari kromosom triploid yang memberi kesan gangguan sperma sebagai

penyebab (John, 2006).

Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan

baik sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas

terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.

Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi

hCG, tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena

sintesis hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada.

Peningkatan kadar hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein

di dalam ovarium (Mochtar, 1998)

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun


faktor penyebabnya yang kini telah diakui adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati,


tetapi terlambat dikeluarkan.
2. usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50%
terkena penyakit ini.
3. imunoselektif dari sel trofoblast
4. keadaan sosioekonomi yang rendah
5. paritas tinggi
6. defisiensi vitamin A
7. kekurangan protein
8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patogenesis

Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola


hidatidosa yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang
terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya
mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan karena pembuluh darah villi
tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim
villi (Sumapraja, 2005; Prawirohadjo,2009).

Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan


mola memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini.
Kebanyakan mola hidatidosa adalah mola “lengkap” dan mempunyai 46
kariotipe XX. Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X
itu diturunkan dari ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa
komplit berasal dari pembuahan pada suatu “telur kosong” (yakni, telur
tanpa kromosom) oleh satu sperma haploid (23 X), yang kemudian
berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom diploid (46 XX).
Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY (John, 2006; Mochtar, 1998,
Cunningham,2006).
Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya
suatu triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah
69 XXX atau 69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini,
berbeda dengan mola lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara
bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat (John, 2006; Cunningham,
2006).

Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa.


A. Sumber kromosom dari mola lengkap. B.

Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. (Hacker).

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblas (Sumapraja, 2005):

1. Teori missed abortion.

Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-


5 minggu ( missed abortion). Hal inilah yang menyebabkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah
gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu
disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine
pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya
gangguan angiogenesis.

2. Teori neoplasma

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit


trofoblas, yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya
juga menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi
cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan
gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah
dan kematian mudigah.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa

gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga

menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil

anggur atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari

beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1)

Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan

kesembaban;

(3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak


seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial
giantik ( syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak dijumpai
ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih
(25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (Sumparja, 2005;
Hacker, 2001).

2.5 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak
disertai janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan
bila disertai janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials
mole (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007; Cunningham, 2006).

Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

2.6 Gejala Klinis

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.


Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran
rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang
terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta
keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang


menyebabkan 10% pasien masuk RS

2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih


besar)
3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan
berkeringat, kulit lembab
4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan
tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada
air seni)
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan
mola yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan
kehamilan normal, namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama
trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut (Cunningham,
2006) :

1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan

bervariasi mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak.

Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum abortus atau yang

lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-

minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut

gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi

merupakan gejala yang sering dijumpai.

2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang

sebenarnya dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan

balotement dan tidak teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas
sympisis, secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin,
sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun.
Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan
mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal.
Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit
yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang hidup.

4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau

tanpa stroma villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran

darah vena. Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga

menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut bahkan

kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah

trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang menimbulkan

embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk menghasilkan

penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut

trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi

metastase yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi

tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (koriokarsinoma

metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa

metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan

dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera

setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan

kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan

menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan

pengobatan yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah
keluar sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari
dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar
kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang
lebih dari 28 minggu (John, 2006).

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda


yang berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung
berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti busa.

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola

komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari

desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh

karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir

melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.

(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang


berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon
β-HCG.

(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi,


tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala
preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik
hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300 mg.dl), dan edema
dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Palpasi :
• Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan,
teraba lembek

• Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan


gerakan janin. Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut
jantung janin

Pemeriksaan dalam :

• Memastikan besarnya uterus

• Uterus terasa lembek

• Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar B-hCG BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml


Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi


parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang
menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik
subunit β pasca mola (Cunningham, 2006).

Pemeriksaan kadar T3 /T4

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,


mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4)
meningkat. Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa
hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi
labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat tetapi berat badan
menurun dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid tidak
terkontrol yang disertai hipertermia, kejang, kolaps
kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran sampai
delirium-koma (Cunningham, 2006).

4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
• Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
• Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran
seperti badai salju.
b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

• Bila mola sudah keluar spontan dilakukan


kuret atau kuret isap
• Bila Kanalis servikalis belum terbuka
dipasang laminaria dan 12 jam kemudian
dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik,


uterotonika dan perbaiki keadaan umum
penderita.

c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan


kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa
jaringan.

d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko

tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau

lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu

setinggi pusat atau lebih

2. Pengawasan Lanjutan

• Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan


dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

• Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3


tahun :

o Setiap minggu pada Triwulan pertama

o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya,


dan selanjutnya setiap 3 bulan.

• Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :


a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

o Keadaan Serviks

o Uterus bertambah kecil atau tidak c.

Laboratorium

• Reaksi biologis dan imunologis :

o 1x seminggu sampai hasil negatif


o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus
dicurigai adanya keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari


Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa
2.9 Prognosis

Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada,

mortalitas akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis

yang lebih dini dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang

kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan

5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena

perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja,

2005; Cunningham, 2006).

Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi


keganasan trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap
dilakukan pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien
mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional
(Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola


invasive, dimana akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan
menimbulkan perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada
akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat
berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat
menyebar dan membesar (Cunningham, 2006).

2.10 Komplikasi
• Perdarahan yang hebat sampai syok

• Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

• Infeksi sekunder

• Perforasi karena tindakan atau keganasan


DAFTAR PUSTAKA

Cunninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik


Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S,
Martaadisoebrata D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin,
dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta

Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial
Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta

John T. 2006.Gestational Throphoblastic Disease. The American College of

Obstetricians and Gynecologists.Lippincott Williams &Wilkins.

Diakses darihttp://www.utilis.net/Morning %20Topics/Gynecology/GTN.PDF ,


pada 25 Oktober 2012

Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar


Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta

Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi


kedua. EGC:Jakarta

Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai